Kamu saat ini sedang membaca Eromanga no Akuyaku ni Tensei Shita Ore ga, Netoranakute mo Shiawase ni Naru Houhou volume 1, chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
PENJAHAT MULAI BERINTERAKSI
Ketika hubungan berubah, sepertinya pemandangan sehari-hari pun sedikit berubah.
"Ah, selamat pagi, Akio-kun!"
Di pagi hari, dalam perjalanan ke sekolah.
Saat aku berjalan santai di rute sekolah, aku tiba-tiba bertemu dengan Himari.
"Kebetulan sekali kita bertemu di tempat seperti ini."
"Jangan berbohong."
"Fufufu."
Angin sepoi-sepoi membuat rambut merah mudanya berkibar.
Matanya, yang tertuju padaku, penuh dengan kasih sayang.
Memikirkan lokasi rumah Himari, tidak masuk akal kalo kami bertemu di tempat seperti ini.
Dia mungkin datang untuk mencariku.
"Kau datang lebih awal hari ini, ya? Biasanya kau berangkat dari rumah lebih lambat, kan?"
"Kadang-kadang aku bangun pagi."
"Mungkinkah kau ingin melihatku lebih cepat?"
"...Bagaimana jika iya?"
Himari, dengan senyum, menerjang ke arahku.
Meskipun kekuatannya cukup besar, dengan tubuh berotot Akio Gouda, aku bisa menerimanya dengan mudah.
Sejak Himari...sejak Himari dan yang lainnya menjadi wanitaku, mereka menjadi lebih langsung dalam mengungkapkan kasih sayangku pada mereka.
Meskipun aku mencoba mengikuti rute yang sopan dan benar, berbeda dari manga aslinya, aku tetap berakhir dengan para pahlawan wanita.
Tapi aku tidak lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk.
"Ah... Akio-kun♥"
Aku memeluk tubuh halus Himari.
Meskipun tubuhnya ramping, sensasi payudaranya yang menekan tubuhku sangat menggairahkan.
Mungkinkah penulis aslinya menyukai heroin dengan payudara besar?
Himari, tentu saja, tapi Haaya dan Erika juga memiliki daya tarik tersendiri.
Aku telah mengalaminya secara langsung.
Tubuh yang akan mempesona pria mana pun.
Kalo ditunjukkan seperti itu, menjaga ketenangan adalah tugas yang sulit.
"...Bagaimana kalo kita pergi ke sekolah?"
Aku menjauh dari Himari.
Perasaan nostalgia yang besar menyerbu diriku, tetapi kami tidak bisa terus berpelukan di luar selamanya.
"Hei... Tidak bisakah kita seperti ini sedikit lebih lama?"
Aku tidak bertanya apa yang dia maksud.
Bibir penuh Himari sedikit terbuka, mengeluarkan desahan melankolis.
Aku tidak berpikir itu salahku kalo itu terlihat cabul bagiku.
Karena dialah yang menggodaku.
"Bagaimana kalo kita pergi ke sekolah?"
"Kita masih punya waktu. Kalo kita tidak terlambat, tidak apa-apa."
"Apa itu kata-kata seorang siswa teladan?"
"Fufufu. Mungkin seseorang mengubahku menjadi gadis nakal."
Aku menyerah membujuk Himari, yang tersenyum tanpa penyesalan.
Ini gila sejak pagi.
Tapi aku mendapati diriku mencari tempat yang cocok.
"Himari, kemari."
"Ya♥"
Aku menggenggam tangan Himari.
Dia membalasnya dengan senang hati, dan mengikutiku seperti penjahat, aku tahu kalo iini salah.
Aku adalah karakter dari manga bokep. Dan aku adalah manusia yang hidup dalam kenyataan ini.
...Untuk saat ini, aku akan membiarkan diriku terbawa oleh perilaku manga bokep.
Kalo heroin menginginkannya, jadi mau bagaimana lagi.
★★★
Sejak aku bermimpi tentang Akio Gouda, sensasi panas tak terkendali di bagian bawah perutku menghilang.
Aku tidak tahu apakah itu karena mimpi itu atau hanya karena frekuensi aku 'melegakan diri' meningkat.
Mengenai waktunya, bisa jadi salah satu dari keduanya.
Yah, aku 'melegakan diri' pagi ini, jadi aku akan menjalani hari ini dalam kondisi sempurna.
"Halo, Haaya. Selamat pagi."
"Ah... Selamat...pagi..."
Aku berhasil sampai di sekolah tepat waktu.
Ketika aku menyapa Haaya dari tempat dudukku, wajahnya memerah seperti tomat dan membalas salamku dengan suara pelan.
Gadis gyaru pirang itu memiliki reaksi seorang gadis pemalu.
Dia terlihat seperti gadis pemalu yang tiba-tiba diajak bicara oleh kekasihnya.
Meskipun, kalo aku mengatakan itu, itu akan menjadi kejam.
Hari itu, Haaya menjadi wanitaku bersama dengan Himari.
Dia selalu pemalu, tapi setelah kehilangan akalnya karena kesenangan, dia meminta lebih, bahkan itu mengejutkanku.
Pasti itu sesuatu yang luar biasa, karena bahkan Erika pun terkejut.
Dan ketika Haaya kembali normal, dia menggeliat karena malu.
Dia memiliki kepolosan yang tidak terlihat seperti seseorang yang berpengalaman.
Menanggapi reaksi itu, Himari, yang juga baru saja berhenti menjadi tidak berpengalaman, akhirnya mengejeknya dan mengatakan 'betapa lucunya dia'.
"Meskipun kita melakukannya kemarin, apa kau baik-baik saja?"
"Lebih dari baik-baik saja... yah, eh... Ugh, Akio baka!"
Gadis gyaru pirang, merah seperti tomat, menatapku dengan mata berkaca-kaca.
Aku merasa normal, saat mendapati dia menggemaskan ketika dia menatapku seperti itu.
Aku membelai kuncir samping Haaya dengan santai.
Meskipun aku menyentuh rambutnya tanpa izin, dia menunjukkan kegembiraan di wajahnya, dan aku akhirnya menyentuh dagu kecilnya.
"Hauuuuu~~♥"
Kalk aku membelai dagunya, Haaya merelakskan ekspresinya dengan berantakan.
Aku bisa membayangkannya mengibaskan ekor seperti anjing.
Bagian bawah perutku bereaksi terhadap kelembutannya.
Hei, aku baru saja 'melegakan diri' beberapa saat yang lalu.
Aku pikir itu sudah tenang, tapi kurasa 'si nakal' tidak akan tenang semudah itu.
Aku berhenti bermain dengan Haaya dan bersiap untuk kelas.
"Akio..."
Suara Haaya terdengar sedih.
Kedengarannya seperti anjing yang menangis sedih, jadi aku tidak bisa mengabaikannya.
"Sampai jumpa nanti."
Senyum yang Haaya berikan ketika aku mengatakan itu... Cukup menghancurkan untuk membuatku merasa memiliki misi untuk memanjakannya dengan sekuat tenaga nanti.
★★★
"Ayo kita berfoto 'purikura' untuk memperingati kencan pertama kita."
Setelah sepenuhnya menikmati reaksi menggemaskan Himari dan Haaya di sekolah, tibalah waktunya pulang.
Kami bertiga berhenti di pusat permainan terdekat.
Himari yang mengusulkan untuk pergi ke pusat permainan, dan kalimat di atas juga miliknya.
Ke mana perginya citranya sebagai siswa teladan yang serius?
Haaya dan aku, terbawa olehnya, yang seharusnya pendiam, akhirnya berfoto di mesin 'purikura'.
"Wah~. Begini ya isinya."
Haaya, dengan mulut sedikit terbuka, menatap layar, benar-benar seorang pemula.
Meskipun dia terlihat seperti gyaru pirang yang seharusnya terbiasa dengan ini, di sekolah kami, di mana berandal sangat sedikit, dia mungkin tidak punya teman untuk pergi keluar.
Himari, meskipun seorang siswa teladan, sepertinya lebih akrab dengan ini.
Jadi kami menyerahkan semua pengaturan padanya.
"Baiklah, Akio-kun, kau di tengah. Haaya-chan, mendekatlah sedikit."
"Y-ya."
"A-apa begini sudah benar?"
Situasi ini, di mana dua berandal dipimpin oleh seorang siswa teladan... Kalo kau tahu cerita aslinya, ini bahkan lebih aneh.
"Buat pose yang bagus, ayo kita ambil fotonya. Ekspresi kalian berdua sangat tegang. Senyum, senyum."
Apa itu 'pose yang bagus'?
Duo berandal, Haaya dan aku, tersenyum canggung.
Aku merasa perasaan kami sinkron saat ini.
Suara robot menghitung mundur dengan ceria 'Klik!' Suara shutter.
Sepertinya sesi foto berjalan lancar.
Aku menghela napas lega. Tapi itu belum selesai.
Suara robot yang menuntut pose berikutnya sampai ke telingaku yang tidak siap.
"Haaya-chan, jangan pergi! Akio-kun, jangan lengah! Ayo kita lanjutkan!"
Sepertinya mesin 'purikura' tidak selesai dengan satu foto saja.
Haaya dan aku menjadi gugup dengan permintaan pose yang berturut-turut.
"Ayo, Haaya-chan. Buat pose kucing yang imut 'nya nya'.**"
"Nya, nya? A-Apa yang harus kulakukan!?"
Himari melakukan pose kucing yang lucu 'nya nya♥'.
Haaya meniru pose itu sebaik mungkin... Aku ingin memberinya telinga kucing.
"Sebenarnya, aku selalu ingin mencoba ini♥"
"Nnn."
Aku difoto mencium Himari, dengan lengannya melingkari leherku.
Meskipun terdengar aneh dari seorang penjahat, apa tidak apa-apa memotret gadis secantik itu dengan wajah se-cabul itu?
"Uf... Baik, sekarang giliranmu, Haaya-chan."
"Eeeh!? Ini... memalukan..."
"Kalo begitu, kau mau giliranku lagi?"
"Ti-tidak aku akan skip!**"
"Mng."
Kali ini, Haaya dengan wajah merah menciumku.
Itu bukan ciuman erotis seperti si rambut merah muda itu, tapi ciuman energik dengan mata tertutup rapat.
Sedikit sakit, tapi seorang pria sejati akan menahannya tanpa mengeluh.
Hanya dengan foto itu, Haaya terengah-engah.
Matanya yang mengantuk meningkatkan motivasiku.
"Haaya-chan, sekarang kita berdua bersama..."
"Y-ya, aku tahu..."
Kehangatan mendekat dari kedua sisiku.
Menyadari apa yang akan mereka lakukan, aku membuka lenganku.
"Ah, Akio-kun♥"
"Akio, tanganmu... sangat kuat♥"
Aku difoto memeluk kedua gadis cantik itu, dengan ciuman mereka di pipiku, dan aku menunjukkan wajah bahagiaku.
"Fufufu, itu kenangan yang bagus, kan?"
Setelah sesi foto, kami membagi 'purikura' yang dicetak.
"Tentu saja..."
Ini menampilkan adegan yang begitu penuh kasih sayang yang membuatku tersipu hanya dengan melihatnya.
Aku menyadari kalo mesin 'purikura' adalah tempat yang membuat siswa model menjadi berani dan gadis-gadis berandal menjadi malu.
★★★
Dengan semua ini, aku merasakan sedikit perubahan dalam kehidupan sehari-hariku.
"Hei, Gouda."
Sebuah bayangan mendekatiku.
Yah, hanya ada beberapa orang yang berbicara dengan Akio Gouda.
Salah satu dari sedikit teman sekelas itu.
Junpei Nosaka berdiri dengan tangan bersilang.
Saat itu jam makan siang di suatu hari.
Dia menghentikanku ketika aku berjalan di koridor untuk membeli roti di toko.
Dia memancarkan suasana yang tidak biasa.
Setiap kali dia berinteraksi denganku ada ketakutan dalam sikapnya, tapi kali ini dia menunjukkan sikap yang luar biasa kuat.
"Ada apa? Aku sedang sibuk sekarang."
Aku harus segera pergi ke toko atau rotinya akan habis.
Aku tidak ingin lagi melewati pelajaran sore tanpa makan siang.
Seolah tidak peduli dengan keadaanku, Nosaka mengangkat dagunya.
"Ada sesuatu yang penting yang ingin aku katakan. Ikut aku."
Nosaka mulai berjalan tanpa menunggu jawabanku.
Sikapnya tidak menyisakan keraguan bahwa pendapatnya akan berlaku.
".........."
Junpei Nosaka. Seorang anak laki-laki yang sangat biasa, tanpa karakteristik yang menonjol.
Begitulah dia digambarkan dalam cerita aslinya.
Satu-satunya hal yang dia banggakan adalah teman masa kecilnya, Himari.
Dia sepertinya memperlakukan gadis cantik itu, yang bisa dia pamerkan kepada semua orang, sebagai trofi yang telah dia menangkan.
『Junpei-kun selalu memanipulasiku. Dia akan marah kalo aku berbicara dengan anak laki-laki lain, jadi aku meyakinkan diriku kalo tidak baik berbicara dengan pria lain selain teman masa kecilku. ...Meskipun itu tidak masuk akal.』
Begitulah kata Himari.
Meskipun dia ikut campur dalam setiap detail tindakan Himari Shiratori, dia sendiri menggunakannya sebagai alat untuk memamerkan kecantikannya.
『Sekarang setelah aku pikirkan dengan tenang, mungkin begitulah situasinya』, desah Himari.
"...Jangan salah paham."
Wajar jika aku merasa benci pada pria itu.
Aku selalu berusaha memperlakukan Nosaka dengan baik.
Karena aku pikir dia adalah protagonis yang tertipu dan pria malang.
Itulah alasan kenapa aku bisa mengabaikan tindakannya yang menjengkelkan.
Tapi aku tidak lagi ingin mendukung Nosaka.
Kalo dia menyakiti Himari lagi, aku tidak akan berbelas kasihan.
"Sialan, kau mau membawaku ke mana?"
Aku menggaruk kepalaku. Aku merasa jengkel, tapi aku tidak akan memulai perkelahian.
Untuk saat ini, aku memutuskan untuk mengikutinya.
Nosaka terus berjalan dalam diam.
Meskipun dia terlihat seperti anak laki-laki yang lemah, dia memiliki sikap yang cukup arogan.
"Gouda."
Bordes tangga yang sepi.
Nosaka tiba-tiba berhenti dan menatapku tajam.
"Kau...tidak memberitahu Himari apa yang aku katakan waktu itu, kan?"
"Waktu itu? Kau bicara apa?"
Aku mencoba berpura-pura tidak tahu.
Nosaka membuka matanya lebar-lebar dan menunjukkan kemarahannya.
"I-itu fakta kalo Himari dan aku...berhubungan seks!"
Kau bohong. Aku sudah memastikan kalo Himari masih perawan.
Itu sudah terbukti sepenuhnya kalo Nosaka-lah yang berbohong.
"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa."
Aku tidak berbohong. Himari hanya ada di sana dan mendengarnya langsung.
Bukan aku yang memberitahunya.
"Kalo begitu kenapa Himari menjauhiku?!"
Nosaka mendekat. Teriakan amarahnya semakin keras, tapi itu sudah menggangguku.
Seperti yang aku duga, ini tentang Himari.
Dia tidak akan se-berangasan ini padaku kecuali itu tentang dia.
"Aku tidak tahu. Mungkin dia hanya sedang ingin begitu?"
"Tentu saja tidak! Himari selalu menghormati perasaanku. Tapi dia tidak...dia tidak akan mengatakan hal seperti itu padaku! Aku hanya bisa berpikir ada sesuatu yang terjadi pada Himari!"
Apa yang dikatakan Himari?
Yah, kalo dia bisa mengatakan apa yang dia inginkan, tidak apa-apa.
Aku hanya mendukungnya.
"Ya, tidak mungkin Himari mengatakan hal seperti itu sendiri... Gouda, aku hanya bisa berpikir kau melakukan sesuatu!"
Yah, aku memang melakukan sesuatu.
Tapi aku tidak punya kewajiban untuk memberitahukannya pada Nosaka... Meskipun itu juga karena aku tidak bisa dengan bangga mengatakan kalo kami memiliki hubungan romantis.
Selain itu, Nosaka hanyalah mantan pacar Himari.
Dan mereka berpacaran hanya karena mereka teman masa kecil.
Untuk Himari, itu adalah hubungan yang sudah berakhir, dan dia tidak lagi memiliki keterikatan.
Jadi tidak ada yang bisa kukatakan pada Nosaka.
Meskipun begitu, aku pikir kalo kami berbicara mungkin dia akan sedikit mengubah cara berpikirnya.
Bahkan pada tahap ini, aku tidak bisa meninggalkan pria bernama Junpei Nosaka.
Selain itu, fakta kalo aku melanggar janji 'tidak menyentuhnya' tidak berubah.
Meskipun itu adalah masalah antara 2 orang, untuk Nosaka, kurasa aku adalah seorang pengkhianat.
Aku pikir aku harus bertukar kata setidaknya beberapa patah kata untuk tanggung jawab itu.
"Aku tidak tahu apa yang dia katakan, tapi apa kau mendengar ceritanya dengan benar? Kalo kau benar-benar mencintainya, setidaknya kau pasti akan melakukan itu, kan?"
"Itu tidak penting!"
"...Eh?"
Apa yang baru saja dia katakan?
"Apa maksudmu tidak penting? Kau harus mengkonfirmasi perasaan orang yang kau cintai. Apapun yang kau lakukan, pembicaraan itu datang setelahnya, bukan begitu?"
"Aku tidak membicarakan itu! Tidak mungkin dia menolak teman masa kecilnya! Itu bukan sikap yang seharusnya Himari miliki terhadapku!!"
Nosaka menatapku tajam. Fakta kalo Himari selalu bersikap ramah padaku digunakan melawanku, dalam artian yang terburuk.
Kalo itu Akio Gouda yang asli, dia tidak akan bersikap seperti ini.
Apa dia menganggapku sebagai orang yang baik hati dan mengatakan apa pun yang dia inginkan?
"Nosaka, diamlah sebentar."
"Hiii!"
Aku membalas tatapan Nosaka.
Dengan itu, tenggorokannya menegang.
"Mengerti? Himari Shiratori mungkin teman masa kecilmu, tapi dia bukan milikmu. Kalo alasan kenapa kau tidak bisa menghormatinya adalah karena egomu, maka itu tidak ada nilainya sama sekali."
"E-egoku? Aku memikirkan kebaikan Himari─────"
"Kalo begitu, dengarkan ceritanya dulu. Kata 'melindungi' darimu terdengar seperti memaksakan diri."
"Apa...!?"
Nosaka terdiam. Dia membuka dan menutup mulutnya, dia tidak bisa membalas.
"Selain itu, dia dikorbankan demi kesombonganmu. Tidakkah kau berpikir bagaimana orang lain akan melihatnya saat kamu menjadikannya sebagai lelucon?"
"Tidak, tapi...dengan suasana seperti itu, tidak ada pilihan lain..."
"Sekali kau mengatakannya dan menyampaikannya kepada seseorang, tidak mungkin itu tidak akan sampai kepada orang yang bersangkutan. Karena itu, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau katakan."
"Grr..."
Nosaka menggertakkan giginya. Matanya menunjukkan permusuhan.
Meskipun tidak memiliki kata-kata untuk berdebat, dia masih berpikir bahwa dia bukan orang jahat.
Matanya berteriak 'Kau orang jahat!'
Apa tidak ada gunanya mengatakan sesuatu kepada seseorang yang tidak punya akal untuk mengerti?
Tepat ketika aku hendak menyerah, hal berikutnya terjadi...
"Itu dia, Akio-kun. Aku mencarimu."
Sebuah kepala merah muda muncul dari tangga bawah.
Yang tersenyum adalah siswi teladan yang terkenal dan cantik.
Dan teman masa kecil protagonis, yang menjadi pusat percakapan, heroin utama dari cerita aslinya, Himari Shiratori.
"Hi-Himari? Ke-kenapa kau ada di sini...?"
Nosaka jelas gugup karena kemunculan Himari yang tiba-tiba.
Sepertinya dia sadar kalo dia mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak didengar.
Tanpa memandang Nosaka yang gugup, Himari menaiki tangga dengan langkah ringan.
Dia melompat sedikit dengan wajah berseri-seri dan mendarat di depanku.
"Terima kasih, Akio-kun..."
Volume suaranya, seperti bisikan, hanya sampai ke telingaku.
Sepertinya Himari mendengar percakapan sebelumnya.
"Ayo, Akio-kun. Kalo tidak cepat, jam makan siang akan habis."
Himari menarik lenganku dengan manis.
Nosaka mencoba menghentikannya.
"Hei, Himari! Apa yang kau lakukan? Dan 'Akio-kun'...? Bagaimana kalo dia salah paham!?"
"Ayyy!"
Nosaka mencengkeram pergelangan tangan Himari dengan kuat dan menariknya menjauh dariku.
Ekspresinya terdistorsi, mungkin karena kekuatan yang digunakannya.
Saat aku melihat itu, kepalaku memanas.
Sebelum aku menyadarinya, aku telah memelintir lengan Nosaka dan membantingnya ke dinding.
"Ugh...! Sakit, sakit, sakit!! A-apa yang kau lakukan─────!?"
"Itu giliranku. Jangan sentuh wanitaku."
"...Eh?"
Sial. Dalam panasnya momen, aku mengatakan 'wanitaku'.
Apa pantas mengatakan itu kepada mantan pacar teman masa kecilnya?
Ketika aku kembali menatap Himari untuk memastikan, dia mengangguk dengan ekspresi berseri-seri.
Itu terlihat seperti wajah heroin yang diselamatkan dari masalah oleh seorang pangeran.
Meskipun, harus kuakui, aku terlalu jahat untuk menjadi seorang pangeran.
Aku akan menunjukkan kenyataan kepada Nosaka, yang masih belum memahami arti kata-kataku.
"Himari dan kau hanya teman masa kecil. Meskipun kalian pernah berpacaran sebelumnya, kalian sudah putus, kan?"
"Ba-bagaimana kau tahu...? Seharusnya tidak ada yang tahu..."
Nosaka tercengang. Sepertinya dia belum memberi tahu siapa pun kalo dia sudah putus dengan Himari.
"Aku yang memberitahunya. Kalo aku putus denganmu. Dan aku juga memberitahunya bagaimana kau menyakitiku. Akio-kun menghiburku, bahkan menanggung rasa maluku. Tidak ada orang lain, bahkan kau sekalipun, Junpei-kun yang akan melakukan sebanyak itu untukku. Itulah kenapa aku jatuh cinta padanya...dan menyatakan perasaanku padanya."
"Eh...?"
Wajah Nosaka penuh keheranan.
Dia adalah tipe orang yang mudah menunjukkan emosinya.
"Tidak masalah berpacaran dengan gadis lajang, kan? Dia bukan lagi wanitamu."
"Gouda... ka-kau...? Apa...?"
"Seperti yang kau bayangkan. Himari menjadi wanitaku. Kami mengkonfirmasi perasaan kami. Apa kau ada keluhan?"
Aku pertama kali melihat saat wajah seseorang berubah menjadi seperti iblis.
"Gouda!! Kau telah menodai Himariku!? Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!!"
Nosaka melampiaskan amarahnya.
Dia memiliki kemarahan yang benar-benar bisa membuatnya membunuh seseorang.
Bahkan Akio Gouda, dalam mimpiku, tidak pernah menggunakan kata-kata berbahaya seperti itu.
Itu membuatku berpikir kalo, meskipun dia adalah penjahat terburuk, dia sebenarnya adalah pria yang sangat tenang.
Nosaka mencoba memberontak.
Tapi, karena dia terdesak ke dinding, dia tidak bisa bergerak.
"Sialan! Lepaskan aku! Lepaskan aku!! Ugh─────!"
Karena terlalu berisik, aku menekannya ke dinding, menekan paru-parunya.
Meskipun itu adalah tempat sepi, kalo dia terus berteriak seperti itu, bisa menimbulkan keributan.
Yah, aku tidak menyangka ini akan berakhir dengan damai.
Tapi kalo aku akan menjelaskan hubunganku dengan Himari, aku harus membuatnya jelas.
"Dengar, Nosaka. Aku tidak merebut Himari darimu. Aku berbicara dengannya, dan kami menjalin hubungan yang kami berdua setujui. Adalah tanggung jawabmu karena tidak bisa mempertahankan wanita sebaik itu. Jadi, jangan pernah mengatakan Himari adalah milikmu lagi."
"Gr... grrrrr..."
Nosaka mengeluarkan erangan yang tidak bisa dimengerti.
Aku pikir aku menekannya terlalu kuat, jadi aku melonggarkan tekananku sedikit.
"Pengecut... Pengecut, pengecut, pengecut! Kau bilang tidak akan menyentuhnya selama aku ada di dekatnya...!
Pembohong sialan!!"
"Pengecut? Pembohong? Apa yang kau bicarakan?"
Suara Himari dingin. Itu bukan tatapan yang akan diberikannya kepada teman masa kecil yang dekat.
"Junpei-kun, sepertinya kau membanggakan hubungan kita kepada teman-temanmu, kan? Kalo pengalaman pertama kita itu yang terbaik? Kalo aku menunjukkan sosok yang cabul berkat 'teknik'mu?"
Meskipun suaranya tidak terlalu keras, tekanan Himari meningkat setiap kata.
Nosaka, dengan wajah pucat, melemparkan kata-kata tajam kepadaku.
"Gouda! Sialan, kau menceritakan pada Himari!"
"Apa yang kamu bicarakan? Aku juga ada di sana."
"...Eh?"
Pikirannya menjadi kosong. Nosaka adalah tipe orang yang mudah menunjukkan emosinya.
Ekspresinya menunjukkan betapa buruknya situasi saat ini, tanpa perlu kata-kata.
"Aku mendengarmu berbicara dengan sangat senang dari sudut koridor. Kau sangat senang semua orang iri padamu, kan? Apa pengalaman pertama bersamaku seindah itu?"
"Tidak...itu...pasti salah..."
"...Meskipun kau tidak 'bangun'. Aku terkejut kau bisa mengarang begitu banyak kebohongan. Kau telah mengecewakanku melebihi kekagumanku padamu."
Wajah Nosaka dipenuhi keputusasaan mendengar kata-kata tegas dari teman masa kecil kesayangannya.
Ngomong-ngomong, aku tidak mengatakan apa-apa.
Aku hanya membayangkan 'benda' Nosaka tidak berfungsi, dan karena itu menyangkut reputasi seorang pria, aku ragu untuk mengatakannya karena spekulasi.
[TL\n: benda di sini maksudnya tu kon**l ya, paham aja lah, anjing.]
Himari mungkin menyadarinya dari sesuatu. Aku tidak tahu apa yang memicunya.
Dan, seperti yang aku duga, fakta itu adalah pukulan besar untuk Nosaka.
Sampai-sampai itu menjadi luka fatal.
"......."
Nosaka benar-benar terdiam.
Selain itu, dia telah kehilangan kekuatannya dan tidak menunjukkan perlawanan apa pun.
Dia sepertinya tidak akan lepas kendali bahkan kalo aku melepaskannya.
Faktanya, dia menekan wajahnya ke dinding.
Bukankah dia sudah menjadi seperti mayat?
"Akio-kun, kalo kita berlama-lama di sini, kita tidak akan punya waktu untuk makan siang. Ayo cepat."
"Eh? Apa tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Aku tidak tertarik pada seseorang yang hanya berpegang pada harga diri pria yang tidak ada. Apalagi seseorang yang hanya menyakitiku."
Nosaka tidak bereaksi. Tidak, aku mendengar suara samar seperti dia sedang mengendus. Apa dia menangis?
"Berbeda dengan orang itu, kau baik padaku dan melindungiku. Selain itu... 'ini' juga kuat, keras, dan luar biasa, tahu ♥?"
"O-Oi!"
Apa yang kau sentuh!? Kita ada di sekolah... Bukankah si merah muda ini terlalu mesum?
[TL\n: yah, tau lah apa yg dia sentuh, muehehe.]
Meskipun ada interaksi ini, Nosaka tidak bereaksi sama sekali.
Wajahnya yang tertekan ke dinding mungkin terlihat seperti yang biasa aku lihat di manga.
Ini akan menjadi berlebihan. Kalo dia tidak akan mengganggu kami, kami bisa membiarkannya. Aku tidak tertarik.
"Ayo, Himari. Sepertinya masalah Nosaka sudah selesai."
"Ya ♥"
Aku menuruni tangga bersama Himari.
Nosaka, yang tertinggal di belakang kami bahkan tidak memancarkan vitalitas.
"Kita benar-benar tidak punya banyak waktu. Ayo cepat, Akio-kun."
"Aku mengerti, jangan tarik aku."
Himari menarik lenganku.
Aku khawatir kata-kata Nosaka akan menyakitinya lagi, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda itu, jadi aku menghela napas lega.
Tempat kami tiba, saat aku diseret oleh Himari, adalah ruang kelas kosong yang digunakan Akio Gouda sebagai titik pertemuan.
"Kalian terlambat! Aku sangat lapar!"
Di ruang kelas, Haaya sedang menunggu kami.
Rupanya dia menunggu tanpa makan, dan mengibaskan kuncir kuda pirang di sampingnya sambil menunjukkan kemarahan kecil yang menggemaskan.
"Maaf, Haaya-chan. Akio-kun diganggu oleh pria aneh."
"Eh? Pria itu berani sekali mendekati Akio!"
"...Itu Junpei-kun."
"Ah... maaf..."
Sebenarnya, untuk Himari, dia adalah mantan pacar teman masa kecilnya.
Sepertinya rasa malu atas kebodohan Nosaka telah menyebabkan ketidaknyamanan baginya, dan dia menyembunyikan wajahnya karena malu.
"Itu bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan, Himari. Selain itu, berkat mu berbicara begitu jelas kepada Nosaka, dia menjadi tenang. Kalo aku mengatakan sesuatu dalam situasi itu, itu akan sia-sia."
Kalo Himari tidak datang, tidak akan ada kesempatan untuk berbicara.
Kata-kataku tidak akan sampai, itu hanya akan membuang-buang waktu.
"Eh? Apa yang terjadi? Aku penasaran...!"
"Itu bukan cerita yang bagus... Kenapa kita tidak makan siang saja? Kau pasti lapar, kan?"
"Setujui!"
Haaya mengangkat tangannya dengan gembira.
Himari menatapnya dengan senyum, seolah-olah dia menggemaskan.
Kalian berdua terlihat seperti kakak beradik yang sangat dekat.
Mereka berdua mengeluarkan bekal mereka.
Melihat mereka, aku teringat kalo aku belum membeli makan siang.
"Aku lupa akan membeli roti."
Nosaka menghentikanku ketika aku pergi ke toko.
Himari membuatku melupakannya sepenuhnya.
Haaya menghentikanku ketika aku mencoba pergi dengan cepat ke toko.
"Ja-jangan khawatir... Lihat, aku membuat satu untukmu, Akio..."
Haaya mengeluarkan bekal lain.
Itu besar, dan aku bisa melihat kalo itu dibuat untuk nafsu makanku.
"Aku tidak tahu apa kau akan menyukainya, Akio..."
Haaya menunjukkan wajah malu padaku. Dia membuatnya untukku...
Aku menerima bekal dari Haaya. Isinya sebagian besar daging, tapi juga berwarna-warni dengan sayuran.
Terlihat jelas kalo dia telah memikirkan rasa dan nutrisinya.
"Wah, kelihatannya enak. Kau yang membuatnya, Haaya?"
"Ba-baiklah, ya."
Meskipun penampilannya, mungkin tidak sopan untuk mengatakannya seperti gadis nakal, tapi sepertinya Haaya adalah gadis yang tahu cara memasak.
Nafsu makan muncul dan perutku keroncongan.
Haaya dan Himari menatapku dengan tatapan hangat, tapi saat itu aku tidak bisa memperhatikan mereka.
"Itadakimasu!"
Aku menyatukan tangan dan mulai makan bekal buatan rumah Haaya.
Ketika aku memasukkan sepotong hamburger yang dipotong seukuran gigitan ke dalam mulutku, meskipun dingin, sari dagingnya keluar berlimpah.
"Hmm, enak sekali..."
Ini adalah pertama kalinya aku makan bekal buatan gadis.
Meskipun itu membuatku bersemangat, keahlian memasak Haaya sangat mengesankan.
Apa yang aku lakukan sama sekali tidak sebanding.
Bahkan makanan dari toko swalayan pun tidak bisa bersaing.
Itu adalah rasa pada tingkat yang sama sekali berbeda.
Saat sari daging menyebar di mulutku, aku mengambil sedikit nasi putih.
Rasa hamburger dan nasi bercampur, dan aku merasakan rasa kebahagiaan.
"Akio, kau tidak perlu makan secepat itu..."
"Ini sangat enak sampai aku tidak bisa berhenti."
"A-ah... Kalo itu membuatmu senang, aku senang."
Haaya tersenyum hangat. Senyum itu begitu manis sehingga, entah kenapa, aku makan lebih cepat.
"Hmm... Akio-kun, lain kali aku yang akan membuatkanmu bekal."
"Ah. Aku sangat menantikannya."
Sepertinya Himari, melihat Haaya dipuji, mulai merasakan persaingan.
Dia adalah siswi teladan, dan dia pasti tahu cara memasak juga. Aku sangat menantikannya.
Aku dengan cepat memakan bekal buatan rumah Haaya.
Sementara itu, Himari dan dia mengawasiku dengan ekspresi tersenyum.
"Uf~. Aku sudah kenyang, kenyang. Terima kasih atas makanannya."
Bekal yang Haaya buat untukku memiliki jumlah yang cukup untuk mengenyangkan seorang siswa sekolah menengah.
Rasanya sangat enak sehingga, bahkan setelah aku menghabiskannya, aku masih merasa bahagia.
"Eh? Orang itu, Nosaka, mengatakan itu? Dia sudah tamat."
Haaya mengatakan itu tanpa berusaha menyembunyikan rasa jijiknya.
Itu adalah reaksinya setelah mendengar dari Himari kalo aku diganggu oleh Nosaka.
Dia mengerutkan kening, menunjukkan ketidaknyamanannya.
"Dia selalu menjadi orang yang bersikap baik di depan orang lain, tapi berbicara buruk tentang temanya di belakang mereka. Karena tidak secara langsung memengaruhiku, aku tidak khawatir...tapi kali ini dia keterlaluan."
[TL\n: jujur aja gua dan teman teman gua kaya gitu, bro, gua yakin kalin juga kan, hayo ngaku, jangan sok suci deh wkwkw.]
"Pria seperti itu, beraninya dia mengeluh tentang Akio di depan umum. Yah, belakangan ini Akio lebih baik... Mungkin dia jadi terlalu percaya diri karena itu."
Himari dan Haaya menghela napas bersamaan.
Aku sedang minum teh dengan anggun setelah makan.
Ngomong-ngomong, tehnya juga disiapkan oleh Haaya.
"Hei, Himari, apa kau juga tidak memberi tahu teman-teman sekelasmu kalo kau putus dengan Nosaka? Karena tidak ada yang tahu, semua orang percaya apa yang dikatakan pria itu, kan? Bukankah lebih baik menceritakannya?"
"Itu bukan hal yang begitu penting untuk diceritakan di depan semua teman sekelas. Makanya aku hanya memberitahu teman-teman dekatku. Tapi...kalo itu menyebabkan masalah bagi Akio-kun, mungkin aku memang harus mengumumkannya."
Himari mengepalkan tangannya seolah dia telah membuat keputusan bulat.
"Meskipun begitu, kau tidak bisa begitu saja mengatakan kalo kau adalah wanitaku sekarang. Kita tidak memiliki hubungan yang sehat."
Himari adalah wanitaku. Tapi, itu tidak berarti kami adalah pasangan kekasih.
Aku memiliki hubungan dengan beberapa gadis.
Tidak hanya dengan Himari, ada juga Haaya dan Erika.
Aku tidak bisa mengategorikan hanya satu sebagai pacarku.
"Aku tidak keberatan. Aku lebih suka mereka percaya kebenaran daripada mendengarkan kebohongan. Aku adalah wanitamu, Akio-kun."
Himari tidak ragu. Matanya menunjukkan tekad yang kuat. Dia bersedia diakui sebagai teman spesialku.
"...Lakukan sesukamu. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu."
"Akio-kun..."
Himari mendekat dalam diam.
Dia begitu dekat sehingga aku bisa merasakan kehangatannya.
Aku bisa merasakan kelembutan tubuhnya.
"Dan aku? Akan kau melindungiku jika terjadi sesuatu?"
"Tentu saja. Haaya, kau adalah wanitaku."
"~~~~~♥"
Haaya juga mendekatiku.
Aku terjebak di antara 2 gadis cantik.
Ini adalah 'sandwich' kebahagiaan...di mana aku adalah isiannya.
Baik Himari maupun Haaya menatapku dengan mata yang berapi-api.
Sepertinya nafsu seksual mereka meningkat setelah memuaskan nafsu makan siang mereka.
"Kita tidak punya banyak waktu."
Waktu makan siang akan segera berakhir.
Itu tidak cukup waktu untuk nge-segs.
"Kalo begitu, aku akan melakukannya dengan cepat ♥"
Himari mengatakan itu dengan wajah memerah.
Dan tangannya meraih ikat pinggangku.
Sebagai seorang siswi teladan, tekniknya halus.
"~~...♥♥♥"
Sepertinya aku juga bersemangat setelah makan.
Duo siswi teladan dan gyaru itu dengan cepat membuatku lega.
★★★
Kami berhasil sampai di kelas sore tepat waktu.
"Nosaka tidak ada? Hei, apa ada yang tahu sesuatu? Ada yang tahu alasan ketidakhadirannya?"
Tapi Nosaka tidak ada di sana.
Meskipun Sensei bertanya, tidak ada yang bisa menjawab.
Dan bahkan setelah pelajaran berakhir, pria itu tidak kembali.
★★★
Akio Gouda adalah orang yang berbahaya... Itu adalah kesan pertama yang aku dapatkan darinya, dan itu benar.
"Uuugh... Ini... ini mengerikan... Sesuatu seperti ini seharusnya tidak terjadi..."
Baru setelah menerima kerusakan yang terlalu besar, akhirnya aku menyadarinya.
Aku menyadarinya terlalu terlambat.
Gouda merebut Himari dariku, dan kata-katanya, yang bukan miliknya, menghancurkan hatiku.
Ketika akhirnya aku mengerti sifat sejati Gouda, semuanya sudah berakhir.
Ya...semuanya sudah berakhir... Himari adalah segalanya bagiku!
Dia adalah gadis yang aku suka sejak lama!
"Himari tidak... Himari tidak akan mengatakan sesuatu seperti itu padaku... Dia tidak akan melakukannya... Ini tidak mungkin...!"
Air mataku jatuh tanpa henti.
Seluruh tubuhku dikuasai oleh kesedihan.
Bahkan setelah Gouda dan Himari pergi, aku masih di sana, berdiri di pendaratan tangga.
Aku menempelkan wajahku ke dinding dan, berusaha menyangkal kenyataan, aku memebenturkan dahiku berulang kali ke sana.
Tapi aku tidak terbangun dari mimpi buruk apa pun... Rasa sakit tumpul dan terus-menerus membuatku merasa jelas bahwa ini nyata.
"Semuanya salah si pembohong itu... Dia membuatku lengah, dan memanfaatkan momen itu untuk merebut Himari dariku... Betapa liciknya dia...!"
Membayangkan wajah penjahat itu saja membuat amarahku mendidih di dalam.
Gouda berjanji. Dia bilang dia tidak akan macam-macam dengan Himari... Hanya karena dia menunjukkan sedikit kebaikan dalam ekspresinya, aku memutuskan untuk mempercayainya...
"Dia terisolasi di kelas, dan karena itu aku kasihan padanya dan bersikap baik padanya..."
Dan begitulah cara dia membayarku.
Dia membalas kebaikanku dengan pengkhianatan.
Menginjak-injak niat baik seseorang bukanlah sesuatu yang akan dilakukan oleh orang yang layak.
Semua orang di kelas takut pada Gouda.
Satu-satunya yang bisa berbicara dengannya tanpa rasa takut adalah aku.
Itu sebabnya aku menerima untuk pergi ke sesi belajarnya ketika dia mengusulkannya.
Aku bahkan mencoba menghidupkan suasana di karaoke, meskipun dia bernyanyi dengan mengerikan.
Dan begitulah cara dia menginjak-injak kebaikanku.
Apa seperti itu cara penjahat bertindak?
Tidak...ini sudah seperti penipu.
"Seorang penipu... menipuku...?"
Saat itulah aku menyadarinya. Ya, Himari sedang ditipu.
Himari adalah gadis yang baik dan perhatian.
Dia selalu memikirkanku sebelum dirinya sendiri, dan bertindak demi kebaikanku.
Mungkin dia mendekati Gouda yang berbahaya untuk mencegah sesuatu terjadi padaku.
Dia mencoba menahannya dan, dalam proses itu, dia ditipu dan digunakan olehnya.
Kalo aku melihatnya seperti itu, semuanya masuk akal.
"Begitu... Kalo begitu semuanya cocok... Itu menjelaskan kenapa Himari berakhir seperti itu!"
Kata-kata kejam yang dia lontarkan padaku... Itu bukan sesuatu yang akan dia katakan.
Tapi bagaimana kalo Gouda memaksanya untuk mengatakannya?
Kalo, maka aku tidak bisa menyalahkannya.
Dia mengatakan hal-hal mengerikan... Aku yakin di dalam hatinya dia menangis.
Himari pasti menderita dan dia pasti mengkhawatirkanku.
"...Dia mengkhawatirkanku lagi..."
Dan karena itu aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri karena tidak menyadari sebelumnya kalo semuanya akan sampai pada titik ini.
Himari terluka. Aku yakin dia menyalahkan dirinya sendiri. Karena begitulah teman masa kecilku.
"...Tapi, caranya melakukannya terlalu salah."
Meskipun dia melakukannya untukku, mengorbankan tubuhnya seperti itu adalah salah.
Tubuhnya yang indah hancur.
Himari telah ternoda. Meskipun dia bilang dia tidak terangsang padaku, aku tidak yakin apa aku bisa melihatnya dengan cara yang sama.
"...Tidak, sekarang giliranku untuk mengkhawatirkan Himari."
Bayangan Himari meringkuk di samping Gouda melintas di benakku.
Amarah menyerbuku, dan...milikku mulai terangsang.
Himari bukan lagi perawan. Gouda mengambil kesuciannya... Dia telah menjadi jalang yang sederhana dan menyedihkan.
Dia berkorban begitu banyak untuk melindungiku.
Karena itu, dia tidak punya pilihan selain terus melayaniku.
Itu seharusnya menjadi satu-satunya cara Himari terus hidup.
Selangkanganku terbakar panas.
Aku akan menerima tubuhnya yang kotor.
Itu adalah tanggung jawabku dan kekhawatiranku.
"...Lalu apa yang harus aku lakukan?"
Gouda menodai Himari kesayanganku.
Tidak cukup hanya mempermalukannya! Seharusnya tidak cukup!
"...Lagipula, itu buruk kalk pria berbahaya seperti itu ada di sekolah."
Pria itu bukan dari spesies yang sama dengan kami di sekolah!
Keberadaan Gouda sendiri salah!
Selama pria seperti Akio Gouda ada di sekolah ini, para gadis akan berada dalam bahaya konstan.
Jadi, aku harus menghilangkan bahaya itu.
Tidak cukup hanya memberinya pelajaran kecil.
Mengisolasinya hanya akan meningkatkan kemungkinan dia mengambil tindakan drastis.
Itu tidak akan menyelesaikan apa pun.
Kalo aku akan melakukannya, biarlah itu menyeluruh.
Biarkan Gouda tidak bisa kembali ke sekolah... Hasil terbaiknya adalah mengeluarkannya dari sekolah.
"...Benar. Aku harus mengeluarkan Gouda."
Bahkan para Guru membenci Gouda.
Tidak, itu adalah kesalahan untuk membiarkannya masuk sekolah sejak awal.
Bisa dikatakan itu adalah tanggung jawab sekolah.
Aku dirugikan oleh keputusan yang salah dari orang dewasa.
Alih-alih para Guru yang tidak melakukan pekerjaan mereka, aku akan memberinya hukuman dengan tanganku sendiri.
"...Ini adalah pelaksanaan keadilan."
Kebencianku terhadap Gouda tumbuh.
Aku tidak berpikir aku bisa menahan amarah ini.
Perasaanku untuk Himari sekuat itu.
Dia benar-benar membuatku marah.
Kejahatannya pantas mati.
Dia akan terlambat untuk menyesal setelah jatuh ke neraka!
Aku akan menunjukkan padanya apa yang terjadi kalo dia membuatku marah...!
Aku akan mengukirnya di otaknya yang busuk!
"Ah, ini...kau Nosaka-kun, kan? A-apa kau baik-baik saja? Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?"
Ketika aku menoleh ke suara wanita itu, aku melihat Rino Kurobane, seorang teman sekelas, menatapku dengan khawatir.
"Kau tidak masuk kelas sore... Apa kau baik-baik saja? Matamu terlihat menakutkan dan wajahmu benar-benar pucat. Kau sepertinya merasa sangat buruk... ini... Apakah kamu dari ruang kesehatan?"
"...Kelas sore?"
"Ya. Kelas sudah selesai..."
Sepertinya aku begitu asyik memikirkan cara menghancurkan Gouda sehingga aku bahkan tidak mendengar bel.
Aku tahu bolos kelas itu buruk, tapi pertama-tama aku harus memikirkan cara menangani Gouda.
"Hei, Kurobane-san."
"Y-ya? Ada apa?"
Kurobane-san telah menjadi sahabat Himari sejak SMP.
Yaitu, sebagai teman masa kecilnya, aku juga sering berbicara dengan Kurobane-san.
Aku yakin aku bisa mengandalkannya sebagai sekutu.
".........."
"I-ini... Ada apa?"
Apa dia malu karena aku menatapnya?
Kurobane-san menggeliat.
Sampai sekarang, aku hanya memperhatikan Himari, dan tidak terlalu memperhatikan Kurobane-san.
Tapi ketika aku mengamatinya dengan cermat, meskipun dia memakai kacamata dan memiliki kesan yang tidak mencolok, fitur wajahnya halus.
Selain itu, meskipun kecil, dia memiliki payudra yang besar.
Kalo kau melihatnya dengan baik, dia memiliki payudara sebesar Himari.
Apa ini yang mereka sebut kecantikan tersembunyi?
Terlepas dari daya tarik fisiknya, sikapnya yang tidak menunjukkan minat pada pria sangat menyenangkan bagiku.
"Aku punya sesuatu di mana aku membutuhkan kerja samamu untuk menyelamatkan Himari."
Aku mengatakannya dengan senyuman.
Aku mendengar suara lengket, 'nichaa', dari mulutku, tapi mungkin itu hanya imajinasiku.
★★★
Festival olahraga ada di bulan Juni.
Awal cerita aslinya ada di bulan Juli, sebelum liburan musim panas.
Karena tidak ada deskripsi festival olahraga, aku hanya bisa menebak bagaimana jadinya.
"Apa ada lomba makan roti di festival olahraga?"
"Eh? Apa itu? Kedengarannya sangat menyenangkan! Aku bisa makan banyak."
Mata Haaya berbinar. Ini bukan kontes makan, tahu?
Yah, meskipun cerita aslinya adalah manga bokap, mereka mungkin akan mengadakan acara sekolah normal.
Ini bukan sesuatu yang harus kuhadapi dengan sangat hati-hati.
Dan begitulah, tiba saatnya bimbingan.
Diskusi diadakan tentang siapa yang akan menjadi anggota komite eksekutif festival olahraga.
"Eh, tentang komite eksekutif festival olahraga, apakah ada yang ingin melakukannya?"
Perwakilan kelas berdiri di podium, dan bertanya.
Semua orang menghindari tatapannya, seolah-olah tidak ingin melakukannya.
Mungkin semua orang berpikir kalo menjadi bagian dari komite eksekutif itu seperti menarik sedotan terpendek.
Bahkan tidak ada tanda-tanda kalo seseorang berpikir untuk mengangkat tangan.
Ruangan itu diselimuti keheningan yang berat.
Perwakilan kelas melihat sekeliling ruangan dengan ekspresi khawatir.
Sepertinya tidak ada yang mau melakukan kontak mata, dan dia terlihat benar-benar kehilangan arah.
Jadi aku menatapnya dengan intens.
Aku mencoba menyampaikan dengan mata 'aku bisa melakukannya kalo kau mau'.
Perwakilan itu segera mengalihkan pandangannya, Kenapa!?
"Eh...kita juga menerima nominasi dari orang lain, oke?"
Dengan satu kalimat itu dari perwakilan, ketegangan menyebar ke seluruh ruangan.
"Kau saja."
"Tidak, kau saja."
"Tidakkah menurutmu orang itu akan baik-baik saja?"
Pertempuran kecil saling dorong dimulai secara diam-diam.
Tidak ada yang mau melakukannya.
Tapi semua orang ingin diskusi cepat selesai. Perasaan itu terlihat jelas.
"Apa boleh kalo itu aku?"
Aku bertanya kepada perwakilan sambil mengangkat tanganku.
Mungkin dia tidak menyangka aku akan menawarkan diri atas inisiatif sendiri, karena ekspresinya benar-benar terkejut.
Bisikan dan bisikan. Kejutan menyebar ke seluruh ruangan.
Tapi, sepertinya tidak ada pendapat yang menentang.
"Ya... baiklah, kurasa."
Perwakilan kelas mengatakannya seolah-olah dengan susah payah.
Meskipun dia merasakan ketakutan tertentu terhadapku, dia terlihat lega bahwa akhirnya telah diputuskan siapa yang akan menjadi bagian dari komite eksekutif.
"Eh, orang-orang yang bertanggung jawab untuk komite eksekutif festival olahraga haruslah seorang laki-laki dan seorang perempuan, apa ada sukarelawan di antara para perempuan?"
Meskipun suasananya menjelaskan 'baiklah, tapi kalk itu dengan Gouda-kun...' Sebenarnya aku tidak peduli.
"Komite eksekutif festival olahraga...? Bisakah aku juga melakukannya?"
"Kurasa begitu. Kalo aku bisa, kau juga bisa, Haaya."
Faktanya, satu-satunya gadis yang mungkin akan setuju untuk melakukannya denganku adalah Haaya atau Himari.
Kalo tidak segera diputuskan, diskusi ini tidak akan berakhir, jadi salah satu dari mereka harus melakukannya.
"Aku."
Dengan suara manis, sebuah tangan kecil terangkat.
Itu bukan Haaya. Dia membeku dengan tangan terangkat setengah jalan.
Sepertinya dia tidak menyangka ada orang lain yang akan mendahuluinya.
"Eh?"
Aku juga terkejut. Karena bukan juga Himari yang mengangkat tangan.
"Eh... Kurobane-san, apa kau yakin?"
'Itu dengan Gouda-kun tahu?' perwakilan kelas seolah-olah ingin mengatakan itu dengan cara yang paling halus.
Tapi gadis itu tidak menunjukkan keraguan atau kebimbangan.
"Ya. Itu adalah sesuatu yang harus dilakukan seseorang."
Perwakilan kelas menghela napas lega dan meletakkan tangannya di dada.
Dia menulis nama-nama orang yang bertanggung jawab atas komite festival olahraga di papan tulis, dan dengan ekspresi puas, seolah-olah dia akhirnya menyelesaikan pekerjaannya, dia menunjukkan wajah berseri-seri.
Di papan tulis tertulis nama Akio Gouda dan Rino Kurobane.
★★★
Rino Kurobane. Aku mengetahui nama itu.
Bukan karena dia teman sekelasku...melainkan, tentu saja, karena dia adalah karakter dari manga aslinya.
Rambut hijau mengembang. Bukan hitam indah seperti yang lain, tetapi benar-benar hijau.
Dan seperti yang diharapkan, itu juga warna aslinya.
Wajahnya yang kecil membuat kacamata berbingkai hitam terlihat besar.
Mungkin terlihat agak kuno, tapi bahkan hanya melihatnya di manga, terlihat kalo dia cantik.
Payudaranya yang tidak proporsional untuk tubuhnya yang kecil.
Semua heroin berpayudara besar, mungkin itu karena obsesi penulis aslinya.
Aku tidak punya komentar lebih lanjut tentang itu.
Sekarang, masalahnya adalah peran yang dia mainkan.
Dalam manga aslinya, Kurobane adalah sahabat Himari sejak SMP.
Dan pada saat yang sama, dia juga seorang heroin yang memiliki perasaan terhadap Junpei Nosaka.
Himari diserang oleh Akio Gouda, dan selama periode liburan musim panas yang panjang, dia menjalani proses pelatihan.
Ketika Nosaka menyadari kalo gadisnya telah diambil, itu sudah terlambat...hatinya hancur dan dia jatuh dalam keputusasaan.
Kurobane yang menyadari hal itu menghibur Nosaka.
Dia menyadari kebaikan dan perasaannya dan berkat itu dia berhasil pulih.
Bagian dari cerita itu membuatku berpikir 'Gadis ini benar-benar perhitungan'. Karena meskipun sahabatnya telah diubah luar dan dalam oleh seorang penjahat, hal pertama yang dia lakukan adalah menghibur pria yang disukainya.
Yah, memang benar kalo keputusasaan Nosaka begitu besar sehingga mengkhawatirkannya bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal.
Tentu saja, Kurobane juga akhirnya jatuh ke tangan Akio Gouda.
Keputusasaan Nosaka, yang sudah jatuh cinta sepenuhnya padanya, sama mengejutkannya dengan ketika sahabat masa kecilnya direnggut.
Perbedaan kualitas dalam gambar membuatnya semakin jelas.
"Gouda-kun, mulai hari ini setelah kelas komite festival olahraga akan bertemu, jadi terima kasih atas kerja samamu."
"Tentu. Sama-sama, terima kasih atas dukunganmu."
Kang-NTR dan gadis yang direbut.
Mengetahui bagaimana cerita aslinya, melihat pasangan ini bekerja bersama dalam kegiatan sekolah terasa sangat aneh.
Konon, aku sangat meragukan kalo cerita akan mengambil jalan yang sama seperti di manga aslinya.
Sebagai permulaan, aku tidak memiliki niat seperti itu, dan aku sudah memiliki 3 gadis denganku, jadi aku tidak punya waktu atau energi untuk bertindak di luar kendali.
Kalo Kurobane menyadari kalo perasaan Himari ditujukan kepadaku, mungkin dia akan menghibur Nosaka.
Dan kalo itu terjadi dia pasti akan menganggap saya sepenuhnya sebagai penjahat dalam cerita.
Dia tidak akan mendekatiku lagi.
Tapi yah, begitulah keadaannya sejak awal, jadi itu tidak menggangguku sedikit pun.
"Ohh, sebenarnya, itu akan menjadi perkembangan yang cukup dekat dengan aslinya, kan?"
Kalo aku tidak melakukan apa pun sehubungan dengan Kurobane, mungkin Nosaka akan berakhir dalam hubungan dengannya.
Dan sejujurnya, itu akan membuat aku lebih tenang daripada kalo dia akhirnya membenciku karena alasan yang tidak masuk akal.
Kalo itu hanya gosip atau pembicaraan, aki bisa mengabaikannya tanpa masalah.
"Pertemuan komite ada di ruang rapat, apa kita pergi, Gouda-kun?"
"Ya. Ayo kita selesaikan ini dengan cepat."
Setelah kelas. Aku meninggalkan ruangan bersama dengan Kurobane.
Kami hanya perlu melakukan pekerjaan komite eksekutif festival olahraga secara normal.
Secara normal, kah?
Kalo kami melakukannya seperti itu, meskipun waktunya tidak sesuai dengan cerita aslinya, semuanya bisa kembali normal dan kita akan hidup dengan tenang.
Tepat sebelum meninggalkan ruang kelas, aku melirik ke meja kosong.
...Nosaka juga tidak datang hari ini.
★★★
Apa pekerjaan komite eksekutif festival olahraga?
"Selain bertanggung jawab menyiapkan dan mengumpulkan perlengkapan, kami harus memutuskan kompetisi, menyusun slogan, membuat notulen rapat... dan mungkin akan cukup sibuk pada hari acara tergantung pada peran kami."
Kurobane menjawab dengan serius pertanyaan sederhana yang sempat kubisikkan.
"Begitu. Terima kasih sudah memberitahuku."
"Sama-sama, kita kan teman di komite."
Rino Kurobane. Lebih dari sekadar tenang, dia selalu memberi kesan sebagai gadis yang gugup dan pemalu.
Faktanya, pada awalnya, ketika aku baru saja bereinkarnasi, aku rasa dia takut padaku.
Reaksinya mirip dengan teman-teman lain, dan dia terlihat khawatir tentang seberapa dekat Himari denganku.
Tapi sekarang dia sepertinya tidak takut padaku.
Sebaliknya, dia terlihat natural dan normal.
Seolah dia tidak lagi melihatku sebagai penjahat, melainkan sebagai teman sekelas biasa.
...Meskipun gadis ini, dalam cerita aslinya, jatuh cinta pada Nosaka.
"Ini ruang rapatnya. Aku gugup, aku tidak sering masuk ke sini."
"Ya. Tapi yah, yang harus kita lakukan adalah membantu agar festival olahraga sukses. Tidak perlu terlalu tertekan."
Di depan kami ada pintu ruang rapat.
Tepat sebelum masuk, Kurobane berkata dengan suara pelan...
"...Gouda-kun, kau memang ikut serta dalam kegiatan sekolah, kan?"
"Tentu saja, aku juga seorang siswa."
"Ah, maaf...aku tidak bermaksud begitu..."
Kurobane menggelengkan kepalanya sedikit tergesa-gesa.
Rambut hijaunya bergerak lembut mengikuti gerakan itu.
"Aku mengerti. Aku juga tahu bagaimana orang lain melihatku, kurang lebih."
"Bukan itu..."
"Pendapat-pendapat tentangku itu aku dapatkan sendiri dari tindakanku. Tapi sekarang aku ingin mulai melakukan hal-hal dengan serius, agar sedikit demi sedikit mereka bisa melihatku dengan cara lain."
Mata Kurobane berkedip di balik kacamatanya.
Mungkin karena wajahnya yang kecil, matanya terlihat semakin besar.
"Meskipun begitu, aku juga ingin merasakan apa yang disebut masa muda. Meskipun sudah terlambat."
"Masa muda, katamu?"
"Ya. Festival olahraga adalah acara yang terasa sangat masa muda, bukan begitu? Dan meskipun penampilanku, sebenarnya aku cukup bagus dalam olahraga."
"Aku rasa menjadi baik atau buruk dalam olahraga tidak ada hubungannya dengan menjadi anggota komite."
"Kau tidak perlu menunjukkannya secara langsung..."
Kurobane terkekeh. Itu adalah tawa lembut, yang mengingatkan pada binatang kecil, tetapi juga memiliki sentuhan keanggunan.
"...Seperti yang dikatakan Himari-chan, Gouda-kun, kau bukan orang yang menakutkan."
Kurobane bergumam pelan.
Sepertinya dia mengatakan sesuatu, tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas.
"Hmm? Apa kau mengatakan sesuatu?"
"Tidak, tidak ada. Ayo, kita masuk ke ruang rapat."
Benar. Kami ada rapat komite, ini bukan waktunya untuk mengobrol di sini.
Kami membuka pintu ruang rapat.
"Hii!?"
Ketika anggota komite dari setiap kelas yang sudah tiba melihat Kurobane dan aku, atau lebih tepatnya aku, mereka langsung terkejut.
Sejujurnya, menyakitkan hanya ditakuti karena muncul.
"Itu bukannya Gouda yang terkenal itu?"
"Aku pikir dia tidak akan pernah menjadi tipe orang yang ada di komite... Apa yang dia lakukan di sini?"
"Jangan-jangan dia datang untuk merusak festival olahraga...?"
Ya, mungkin mereka harus berbicara sedikit lebih pelan.
Dan juga memilih kata-kata yang lebih baik, tahu?
Akan bohong kalo aku mengatakan kalo kata-kata dan sikap yang ditujukan kepadaku tidak mempengaruhiku.
Tapi, seperti yang aku katakan pada Kurobane, itulah penilaian yang aku miliki sekarang, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ku hindari.
Untuk mengubah citra itu, aku hanya perlu bekerja dengan serius dan menunjukkan bahwa aku benar-benar telah berubah.
"Aku menjadi anggota komite agar bisa membantu menjadikan festival olahraga sukses! Aku harap aku bisa mengandalkan dukungan kalian!"
Aku menyatakan ini dengan lantang dan membungkuk.
Meskipun suasananya bingung, saya bisa mendengar jawaban seperti 'Y-Ya' dan 'A-aku juga' di antara yang hadir.
"...Gouda-kun, ayo kita duduk."
Mengikuti saran Kurobane, aku duduk di tempat kosong.
Mungkin baginya sedikit tidak nyaman harus menjadi pusat perhatian dengan salam mendadak ku, jadi aku sedikit menyesal.
Meskipun aku berharap kehadiranku bisa membuat suasana canggung, pertemuan berjalan lancar, seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Setelah menugaskan peran masing-masing, kami dimintai pendapat tentang acara-acara.
Aku mengusulkan lomba makan roti.
Aku mendapat banyak dukungan dengan komentar seperti 'itu kedengarannya menarik', jadi diputuskan untuk memasukkannya sebagai salah satu tes.
Kemudian, kami membagi diri sesuai peran dan mulai membuat keputusan tentang detailnya.
Mengejutkan, dan meskipun mungkin terdengar aneh, aku rasa kami cukup maju dalam pertemuan pertama ini.
"Aku rasa itu karena Gouda-kun sangat aktif. Seseorang yang mengangkat tangan di awal membuat semua orang lebih mudah memberikan pendapat mereka."
Kata Kurobane setelah pertemuan.
"Benarkah? Bukan karena aku melakukan sesuatu, aku rasa itu karena semua orang sangat antusias. Suasana ingin membuat festival olahraga yang bagus benar-benar terasa."
Aku terkejut betapa antusiasnya para siswa SMA akhir-akhir ini.
Yah, mengingat ini terjadi di dunia manga, aku rasa acara-acara biasanya ditanggapi dengan banyak energi.
...Meskipun, sesaat, aku diam-diam berharap bahwa festival olahraga dalam manga bokap akan menjadi serangkaian acara yang spicy.
Tapi saya hanya memikirkannya sebentar, jadi tidak apa-apa.
"Ah, Akio-kun, Rino-chan. Selamat datang kembali."
Kata Himari ketika kami kembali ke kelas.
Karena ini setelah jam pelajaran, tidak ada siswa lain.
Mungkin aku membuatnya menunggu terlalu lama.
"Aku tidak bosan karena sedang belajar."
Jawab Himari, seolah dia bisa membaca pikiranku.
Benar saja, di atas mejanya ada buku dan buku catatan yang terbuka.
"Rino-chan, bagaimana rapat komite tadi?"
"Semua orang sangat termotivasi dan itu menyenangkan. Festival olahraga tahun ini mungkin akan menarik. Himari-chan, kau juga harus menantikannya."
Himari dan Kurobane mengobrol dengan gembira.
Aku pikir mungkin aku sedikit lebih akrab dengan Kurobane, tapi cara interaksi sahabat sangat berbeda berbeda.
Ketika bersama sahabat, sepertinya penggunaan honorifik hilang.
Aku selalu berpikir kalo cara bicara seperti itu adalah norma, jadi itu terasa baru bagi saya.
"Selain itu, aku rasa kesan ki terhadap Gouda-kun sedikit berubah..."
"Ada apa dengan Akio-kun? Ceritakan padaku, Rino-chan."
Jadi─────"
Kurobane membisikkan sesuatu ke telinga Himari.
Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas, tapi ekspresi Himari mulai berubah menjadi senyuman.
Eh? Apa yang mereka bicarakan?
Aku cukup penasaran, tapi sepertinya itu obrolan rahasia antara gadis-gadis, jadi mereka tidak membiarkan saya mendengarkan.
"Ah, begitu, begitu. Akio-kun cukup manis, ya?"
"Hei, apa yang kalian bicarakan? Apa maksud 'manis' itu?"
"Bukan apa-apa, jangan khawatir, Akio-kun."
"Itu malah membuatku sedikit khawatir."
Himari dan Kurobane berkata serempak 'Eh!?' dan tertawa satu sama lain.
Meskipun berbeda, keduanya jelas terlihat seperti sahabat baik.
"Kalo begitu, Akio-kun, bagaimana kalo kita pergi?"
"Apa kau tidak akan pergi dengan Kurobane?"
Saat aku melihat ke arah Kurobane, dia sudah melambaikan tangan kepada kami.
"Aku ada kegiatan klub, jadi hati-hati dan pulang dengan aman, kalian berdua."
"Itu saja. Ayo, cepat! Haaya-chan juga menunggu!"
Himari menarik lenganku dan mulai menyeretku.
Saat mulai berjalan, dia memelukku, memberiku perasaan bahagia.
Sebelum keluar dari kelas, aku berbalik dan mengucapkan selamat tinggal kepada Kurobane.
"Baiklah, sampai jumpa, Kurobane. Terima kasih untuk hari ini. Hati-hati saat pulang."
"Ya, sampai jumpa. Kita akan terus bekerja sama di komite sampai festival olahraga."
Himari dan aku meninggalkan kelas sementara Kurobane melihat kami pergi.
"...Apa itu sifat asli Gouda-kun yang Nosaka-kun bicarakan?"
Gumaman Kurobane, yang tertinggal di kelas, seharusnya tidak terdengar olehku.
★★★
Aku kira Haaya akan menunggu di tempat lain.
Karena kami tidak bertemu saat keluar sekolah, aku sedikit sedih berpikir kalo dia mungkin sudah pulang lebih dulu.
"Selamat datang! Bagaimana? Bukankah ini jauh lebih bersih?"
Dia memang menunggu, ya, tapi tempat dia menunggu adalah apartemenku.
Sesampainya di sana, hal pertama yang aku lihat adalah wajah bangga Haaya.
Aku tidak tahu kenapa dia terlihat begitu puas, tapi sepertinya dia telah membersihkan apartemenki.
Apartemen berantakan seorang pria lajang telah dirapikan cukup rapi sehingga tidak memalukan untuk ditunjukkan.
"Apa kau membersihkan sepanjang waktu?"
"Ya, tentu saja. Belajar dengan Himari itu membosankan, jadi aku lebih suka melakukan sesuatu yang berguna, meskipun sedikit."
Haaya, gyaru berambut pirang, menyeka dahinya seolah dia telah berusaha keras.
Meskipun sikap 'gadis populer'nya terlihat, sepertinya dia benar-benar memiliki keterampilan rumah tangga yang mengejutkan.
"Terima kasih, Haaya. Kau banyak membantuku."
"Hehehe..."
Aku membelai kepalanya.
Meskipun gerakanku agak kasar, dia tidak terlihat kesal, melainkan senang.
"Lalu? Ada bagaimana dengan kunci cadangan itu?"
"A-a-a-ayyyy! Sakit, sakiiiiit!!"
Aku mencengkeram kepala Haaya dan menekan kuat.
Sebuah jeritan yang tidak feminim bergema di udara.
Aku tidak ingat pernah memberinya kunci cadangan.
Kalo dia membuatnya sendiri, alu harus memberinya pelajaran yang bagus.
"Eh? Erika-san yang memberiku kuncinya, tahu?"
Himari menunjukkan kunci cadangan yang dia miliki.
Kau juga punya?
Sejak kapan...?
Aku harus berbicara dengan Erika lain kali.
Yah, kalo itu dia, dia mungkin sudah berbicara dengan pemilik rumah.
Menyadari hal ini terlambat, aku harus mengakui kalo sudah kalah.
"Mungkinkah...kau tidak suka kami punya kunci?"
Himari menjatuhkan bahunya, dengan terlihat sedih.
Melihat wajahnya yang begitu muram, tiba-tiba aku tidak merasa begitu serius kalo dia melakukan ini tanpa izin saya.
Bagaimanapun, laki-laki harus diawasi, privasi tidak penting!
"Bukan berarti aku keberatan. Kalian adalah wanitaku, jadi kalian bisa datang kapan pun kalian mau. Misalnya, ketika kalian ingin... 'dipeluk'."
"Akio-kun...♥"
Himari menghela napas dengan tatapan gembira.
Aku tersenyum dengan senyum penjahat.
"Hei...! Apa itu!? Aku baru saja mengalami momen yang menyakitkan!"
Haaya mengeluh, tapi aku pura-pura tidak mendengarnya.
"Cukup! Akio-kun, betapa kejamnya kau!"
"Itu tidak penting, Haaya-chan. Apa kau sudah membeli apa yang kita butuhkan?"
"Itu tidak penting...? Himari, kau juga sangat kejam. Ya, ya, bahan-bahannya sudah ada di kulkas."
"Fufufu. Sekarang aku akan menunjukkan betapa hebatnya aku memasak."
Sepertinya Haaya juga telah berbelanja.
Dengan bahan-bahan di lemari es, Himari bertanggung jawab menyiapkan makan malam.
Sementara itu, aku memutuskan untuk tetap tenang dan mengobrol dengan Haaya.
"Aku tidak percaya kau terpilih untuk komite eksekutif festival olahraga! Kau yang serius, membuatku tertawa terbahak-bahak, Akio!"
"Aneh ya?"
"Tidak, sama sekali tidak. Kau sangat keren♥"
Haaya tersenyum konyol.
Aku tidak tahu apa pujiannya sulit dimengerti atau mudah dimengerti...tapi karena dia sangat cantik, aku akan memaafkannya.
"Dalam rapat komite festival hari ini, aku berhasil memasukkan lomba makan roti."
"Benarkah? Keren! Aku pasti akan berpartisipasi!"
Haaya menyingsingkan lengan bajunya dengan sikap tegas.
Apa dia tahu itu bukan kompetisi makan?
Sambil menikmati obrolan tidak masuk akal dengan Haaya, aroma kari yang lezat mulai memenuhi apartemen.
"Aku lapar."
"Aroma kari benar-benar membangkitkan selera makan."
Awalnya, Himari berencana membuat nikujaga, tapi ketika saya berkata 'Aku lebih suka makan kari daripada nikujaga', dia langsung mengubah rencana.
Haaya juga telah membeli bumbu kari dengan pemikiran seperti itu.
"Akio, apa kau tidak akan mandi sebelum makan malam?"
"Nanti saja tidak apa-apa, kan? ...Atau jangan-jangan kau ingin mandi dengan ku?"
"Tidak, tidak, tidak, bukan itu! Aku hanya berpikir apa tidak aneh kalo kau tidak mandi setelah sedikit berkeringat..."
Haaya langsung tersipu, wajahnya benar-benar merah.
Dia pasti tidak mengatakannya dengan maksud tersembunyi, tapi...
Memanfaatkan situasi itu, aku memutuskan untuk sedikit menggodanya.
Haaya pantas mendapatkannya karena berbicara tanpa berpikir.
"Oh, ya? Aku kira supaya kita bisa mandi bersama."
"Bersama!?"
"Tidak terlalu."
Aku merangkul bahunya. Meskipun aku pikir aku sedikit lancang, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak meletakkan tangan ku di payudaranya.
"Kau tahu, aku mengenalmu sepenuhnya."
"~~~~~!?"
Mata Haaya berputar ke sana kemari.
Meskipun aku mengatakan 'aku mengenalmu sepenuhnya' sedikit berlebihan, karena kami berbagi lebih dari sekadar momen bersama, dia seharusnya tidak begitu malu.
"Kalian sedang bermesraan saat saya sedang memasak, ya?"
Himari berbalik ke arah kami.
Dia tersenyum lebar, tapi entah kenapa aku merasakan merinding di punggungku.
Sejujurnya, aku takut melihatnya memegang pisau...
"Bukan berarti kami sengaja menunjukkannya, kan, Haaya?"
"Y-ya, tentu saja, sama sekali tidak begitu."
"Kita akan mandi bersama setelah makan malam."
"~~~~~!?"
Aku berbisik di telinganya sambil mengangkat kuncir kuda pirangnya.
Apa dia lengah?
Haaya menghela napas tak terdengar, hampir seperti jeritan tanpa suara.
"Apa Erika-san tidak akan datang hari ini?"
Haaya benar-benar diam, tersipu.
Sepertinya Himari menyadari ini, jadi dia melemparkan pertanyaan padaku.
"Erika tidak datang setiap hari. Sebenarnya, lebih jarang dia muncul di sini. Aku juga tidak tahu kapan dia akan datang."
"Wah, aku tidak menyangkanya."
"Apa itu sangat mengejutkan?"
Dari sudut pandangku, aku merasa lebih mengejutkan kalo dia memikirkannya.
Dia adalah seorang mahasiswi. Rencananya mungkin berbeda dari rencana kita.
Selain itu, Erika tidak datang menemuiku hanya karena ketertarikan atau kasih sayang, seperti kalian berdua.
Hubungan kami jelas adalah hubungan pertemanan segs.
Apa yang kami cari adalah memuaskan keinginan seksual kami.
Itulah yang dia sendiri katakan.
Meskipun dia ingin bertemuku, itu tidak berarti dia akan datang.
Mungkin jarak yang tidak nyaman itulah yang membuat hubungan kami berjalan.
"Sudah siap! Makan malam sudah siap."
Kari yang disiapkan Himari sangat lezat.
Dan, mengenai meja tempat kami bertiga makan, aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya...singkatnya, itu adalah sesuatu yang sangat baik.
"Terima kasih untuk makanannya. Kalo begitu, ayo kita mandi bersama?"
"Ya. Himari, kau menyiapkan makan malam dan Haaya, kau mengurus belanja dan membersihkan. Jadi, sebagai ucapan terima kasih, aku akan mencuci seluruh tubuh kalian."
"Kau membuatku sangat bahagia♥"
"Mencuci seluruh tubuhku...? A-A-Ah..."
Setelah makan malam, kami juga membantu membersihkan.
Kami bertiga mandi dan, setelah itu, kami merasa benar-benar segar.
★★★
Saat festival olahraga semakin dekat, pekerjaan komite eksekutif menjadi semakin intens.
Karena semua orang bekerja dengan sangat antusias, aku juga merasa termotivasi.
Suasana yang perlahan-lahan menjadi lebih hidup sama sekali tidak terasa buruk untukku.
Baik diriku di kehidupan lampau maupun di kehidupan sekarang, Akio Gouda yang dulu, tidak pernah menghargai masa muda seperti ini.
Tapi, setelah dewasa, aku menyadari kalo aku menyesal tidak sepenuhnya menyerahkan diri pada masa muda yang telah saya sia-siakan.
"Akio Gouda yang dulu, yang tidak pernah serius dalam hal apa pun, sekarang bekerja dengan serius untuk festival olahraga... Bagaimana menurutmu? Tidakkah itu membuatmu sedikit cemburu?"
Aku bertanya jauh di dalam dadaku.
Aku merasakan sedikit detak di hatiku.
Dan meskipun aku tidak bisa menjelaskannya dengan jelas, itu adalah sesuatu yang aku pahami hanya karena aku sekarang memiliki tubuh ini.
Sekarang, mengenai pekerjaanku di komite eksekutif...
"Hup...!"
"Biarkan aku membawa itu. Kalo ada yang berat, jangan ragu untuk meminta bantuanku. Aku percaya pada kekuatanku."
"Terima kasih, Gouda-kun. Kau adalah rekan yang dapat diandalkan."
Aku membantu membawa barang-barang menggantikan para Senpai.
"Ugh, ini cukup berat! Seseorang, bantuku!"
"Serahkan padaku. Haruskah aku pegang ini?"
"Oh, terima kasih, Gouda!"
Aku membantu teman-teman sekelasku membawa barang-barang mereka.
"Ugh... Aku tidak tahu di mana ikat kepalaku..."
"Itu ada di ruang perkakas. Ini dia."
"Go-Gouda-senpai! Wow, semua ikat kepala dari semua warna ada di dalamnya...! Kau membawakan kotak besar ini sendirian? Te-terima kasih!"
Aku membawa barang-barang yang dicari oleh para kouhaiku.
Sepertinya pekerjaanku hanya membawa barang.
Tapi aku tidak bisa berhenti menggunakan otot-otot ini, kan?
Bukan berarti aku memiliki tubuh ini hanya untuk merasa nyaman.
Semua orang memiliki peran. Aku, sebagai pria yang melakukan pekerjaan kotor, dimanfaatkan dengan nyaman.
Dan bukan hanya anggota komite yang memiliki peran.
"Gouda-kun, larimu cepat sekali! Posisi jangkar dalam lomba estafet adalah milikmu."
"Oh, itu diserahkan padaku!"
Latihan untuk berbagai kompetisi dimulai di kelas.
Tidak ada sedikit pun sikap 'hanya akan membiarkan waktu berlalu'.
Semua orang mengincar kemenangan. Latihan memiliki energi yang intens seperti romansa sekolah.
"Apa kau baik-baik saja, Akio-kun. Aku juga akan menjadi jangkar dalam lomba estafet, jadi ayo kita menangkan juara pertama bersama, oke?"
Himari dan aku memutuskan untuk berpartisipasi dalam lomba estafet.
Meskipun aku, dengan tubuh penipuku, tidak menjadi masalah, Himari benar-benar luar biasa, baik dalam studi maupun olahraga, berada di antara yang terbaik di angkatan kami.
Sungguh mengesankan bagaimana seseorang bisa begitu menonjol dalam segala hal.
"Akio, lihat, lihat! Bagaimana menurutmu lompatan ini? Aku yakin menang dalam lomba makan roti!"
Haaya melompat di depan ku, memantul ke sana kemari.
Saat dia melompat, dia menggerakkan mulutnya seolah sedang makan.
Sepertinya dia membayangkan bagaimana mengambil roti.
".........."
Senang melihat dia begitu antusias dalam latihannya, tapi dengan seragam olahraga yang begitu ringan, dadanya yang terbentuk indah bergoyang ke sana kemari saat dia melompat.
Selain itu, aku sempat melihat pusarnya, yang terbentuk sempurna.
Alangkah cerobohnya dia. Para pria menyadari hal ini, dan mereka mulai membungkuk ke depan.
Dengan begitu, aku tidak bisa lagi menyebutnya sebagai latihan yang serius.
"Haaya."
"Ya?"
"Kemarilah sebentar."
"Hei... tunggu, Akio... Bukankah ini sekolah...?"
Seperti yang kuduga, Haaya datang di belakangku, pipinya memerah.
Aku menjauhi anak-anak laki-laki dan mulai memarahinya dengan mengatakan, 'Kau harus memikirkan bagaimana para pria melihatmu'.
".........."
Mungkin bukan yang dia harapkan, tapi mata Haaya meredup setelah aku memarahinya.
Dia jelas kecewa. Ini tidak bagus, kalo terus begini bisa memengaruhi latihannya.
Aku harus membuatnya ceria kembali.
"Yah, nanti aku akan membuatmu merasa lebih baik."
"Ah, sudahlah! Akio, kau memang tidak bisa diperbaiki♥"
Dia adalah gadis yang cepat pulih.
Tapi reaksi tulus seperti itu yang membuatnya semakin menggemaskan.
Antara pekerjaan komite eksekutif festival olahraga dan latihan untuk lomba yang akan saya ikuti, hari-hari berlalu dengan sibuk, tetapi sedikit demi sedikit aku merasa kalo aku mulai berbaur dengan suasana semua orang.
Dan begitulah, hari festival olahraga semakin dekat.
Ketika aku menyadarinya, Nosaka, yang sempat absen, mulai datang ke sekolah.
".........."
Bukan berarti aku berbicara dengan Nosaka hanya karena dia kembali ke sekolah setelah beberapa waktu.
Setelah apa yang terjadi, aku pikir kalo aku berbicara dengannya, itu hanya akan membuatnya lebih canggung, jadi aku memutuskan untuk tidak khawatir yang tidak perlu.
"Gouda-kun, apa kau ada waktu sebentar?"
"Ya, ada apa, Kurobane?"
Karena kami berdua adalah bagian dari komite eksekutif festival olahraga, aku mulai lebih sering berbicara dengan Kurobane.
Sebagian besar percakapan adalah tentang pekerjaan, tapi terkadang kami juga bisa mengobrol sedikit.
Dia sepertinya tidak terlalu takut padaku, jadi aku rasa dia tidak memaksakan apa pun.
...Tapi, yang membuatku khawatir adalah kalo setiap kali aku berbicara dengannya, Nosaka menatapku dengan senyum aneh, seolah dia memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Aku khawatir dia sedang mempertimbangkan sesuatu yang buruk.
"Jangan terlalu khawatir tentang itu. Meskipun dia memikirkan sesuatu yang aneh, dia bukan tipe orang yang bisa mewujudkannya."
Kata Himari kepadaku ketika kuceritakan tentang Nosaka.
Sebagai sahabat masa kecilnya, kata-katanya memiliki sentuhan keyakinan yang tidak biasa.
"Tapi, yang membuatku khawatir adalah aku melihat kau akrab dengan Rino-chan, Akio-kun."
"Kami kan bagian dari komite yang sama, jadi kami harus berbicara sesekali."
"Bukan itu yang aku khawatirkan. Yang ingin aku tahu adalah apa kau juga punya niat lain. dengan Rino-chan.”
"...Apa aku terlihat seperti tipe pria yang tidak ragu untuk berkencan dengan wanita mana pun?"
Aku mengatakannya sendiri, tapi setelah memikirkannya, aku menyadari kalo hanya dengan penampilanku, aku terlihat seperti tipe pria yang akan berkencan dengan wanita mana pun tanpa berpikir.
Ya, aku punya wajah seseorang yang bisa merebut wanita orang lain.
Tapi, Himari menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Tapi kalo aku memberitahumu sebelumnya, kau akan mulai lebih sadar, kan?"
"Kau ini benar-benar..."
"Begini, Akio-kun, meskipun kau terlihat seperti tipe pria yang akan menyerang gadis-gadis, sebenarnya kau justru sebaliknya. Aku harus membuatmu menyadari hal itu."
Himari, sepertinya mengingat bagaimana dia menyatakan perasaannya padaku, tersenyum malu-malu.
Aku tidak tahu apa dia memiliki keinginan untuk memiliki atau tidak.
─────Dan begitulah, hari festival olahraga tiba.