> ABSOLUT ROMANCE

Tanpa judul




 CHAPTER 5


 PERTARUNGAN TERAKHIR




POV OJOU




Pada pertandingan olahraga yang diadakan beberapa hari lalu, kelas 1-A Tenjo Gakuen, baik laki-laki maupun perempuan, berhasil meraih kemenangan. Sebagai hadiah, kami mendapatkan tiket ke salah satu taman hiburan terbesar di Jepang, Wonder Festival Land.


Aku, Kageto, dan si kucing pencuri  Hane Otoha, akhirnya memutuskan untuk pergi bersama menggunakan tiket tersebut.


... Sejujurnya, aku lebih suka pergi berdua saja dengan Kageto. Itu pasti yang terbaik.


Tapi, karena aku sudah bisa membaca tindakan Otoha sebelumnya, sebagai langkah pencegahan, kami memutuskan untuk pergi bertiga. Bagaimanapun juga, ini bisa dibilang sebagai kencan di taman hiburan.


Untuk hal lain, mungkin aku masih bisa berkompromi. Tapi jika sudah berhubungan dengan kencan di taman hiburan, aku tidak mau berkompromi. Aku ingin menjadi yang terbaik.


"Terlebih lagi, waktu itu aku juga kalah dari Kageto..."


Dengan tekad bulat, aku mencoba meminta hadiah, tapi pada akhirnya, aku malah kalah dari Kageto lagi. 


Mengingat kemungkinan Otoha akan terus muncul ke depannya, aku merasa perlu mengambil langkah inisiatif sekarang.


"....."


Aku merangkai pikiran di kepalaku, memutuskan langkah yang akan diambil, dan mengangkat Hp-ku. 


Saat itulah tiba-tiba ada panggilan masuk—namanya 'Hane Otoha'. Aku berniat meneleponnya lebih dulu, tapi siapa sangka dia yang menghubungiku lebih dulu.


"Ada apa? Lebih baik kau tidur lebih awal untuk persiapan besok, kan?"


"Aku ingin membicarakan sesuatu. Aku yakin kamu juga memikirkan hal yang sama."


"... Benar. Aku baru saja akan menghubungimu."


Sepertinya, dia juga tidak berniat untuk dengan mudah mengikuti usulanku.


"Tentang kencan besok. Kita berdua ingin memiliki waktu berdua saja dengan Kageto."


"... Boleh saja. Tapi biarkan aku yang menentukan aturannya."


"Itu juga yang ingin kukatakan. Pertama—"


Setelah itu, kami saling bertukar pendapat dan merumuskan aturan.


Aku, tentu saja, sudah memikirkan beberapa strategi licik sebelumnya, dan sepertinya Otoha juga begitu. 


Hanya butuh waktu kurang dari lima menit untuk menyelesaikan aturan.


"... Aku sudah mengirimkan aturan tertulisnya. Tolong diperiksa."


"... Sudah aku periksa. Tidak ada masalah."


"Selanjutnya tinggal menentukan siapa yang akan mengambil giliran pertama."


"".....""


Sesaat kami berdua terdiam. Di dalam pikiranku, tergambar dua samurai yang saling memegang pedang, menunggu lawan untuk bergerak lebih dulu.


"... Mari kita tentukan dengan mengatakan secara bersamaan."


"Baik."


"Siap... mulai."


"Giliran pertama." "Giliran kedua."


Ada keheningan lagi, tapi kali ini bukan karena kami saling menunggu gerakan lawan. Mungkin dia hanya merasa bingung dengan keputusanku.


"Oh, apa kamu terkejut aku memilih untuk mengambil giliran kedua?"


"Tidak juga. Hoshine biasanya kau terlihat agresif, tapi akhirnya kau selalu berada di posisi kedua."


"....."


Belum lama ini, aku mencoba mengambil langkah agresif, tapi malah kalah dari 'kecerdikan' Kageto.


"..... Ya, kurasa? Aku memang sedikit... terlalu bersemangat sebelumnya."


"Sedikit...?"


"Heh, jangan meragukannya."


Aku bisa membayangkan dia menggelengkan kepala dengan wajah cantiknya yang sedikit bingung.


Mudah bagiku untuk membayangkan dia terlihat sangat cantik dan manis saat ini.


"Sebenarnya, aku selalu selangkah lebih maju. Aku ini yang terdepan."


"Aku akan biarkan kamu percaya itu."


Memang ada sedikit kesombongan dalam kata-kataku, tapi bukan hanya itu.


Pada kenyataannya, aku telah mencoba berbagai cara untuk mendekati Kageto. Namun, semuanya gagal... tidak, sebenarnya, aku malah sering kalah. 


Oleh karena itu, aku akan mengubah caraku untuk menyerang. Mengubah metodenya.


Jika aku gagal dengan mengambil inisiatif, maka aku akan memilih untuk mengambil langkah kedua.


Aku akan memenangkan pertarungan ini dengan cara yang berbeda.


"Inilah pertarungannya. Mari kita bertanding dengan adil."


"Aku siap menghadapi tantangan."




"Eh? Saya harus pergi sendirian...?"


"Benar sekali."


Pada hari di mana aku, Ojou, dan Otoha-san akan pergi ke Wonder Festival Land. 


Mau tak mau aku melebarkan mataku mendengar kata-kata yang tiba-tiba diucapkan Ojou kepadaku di meja sarapan.


"Ojou bukankah anda juga menantikan perjalanan ini, kan?"


"Jangan salah paham. Aku akan bergabung dengan mu di siang hari... lagipula, aku giliran kedua."


"...? Saya tidak terlalu mengerti, tapi jika Ojou akan datang siang nanti, saya akan memberi tahu Otoha-san..."


"Tidak perlu khawatir. Aku sudah memberi tahu Otoha."


"Sejak kapan?"


"Tadi malam, sebentar saja."


Sungguh, 'sejak kapan' adalah hal pertama yang terlintas di pikiranku.


"Ada apa? Kau terlihat senang."


"Tidak, hanya saja saya senang melihat Ojou dan Otoha-san bisa akrab."


"......"


Dia menatapku dengan ekspresi paling aneh di wajahnya.


"Pokoknya, kau pergi dulu ke tempat pertemuan. Aku akan bergabung di siang hari."




Dan begitu, aku meninggalkan rumah lebih dulu dan menuju ke tempat pertemuan di depan stasiun.


Karena ini hari libur, stasiun penuh dengan orang-orang. 


Biasanya, banyak siswa yang mengenakan seragam di sini, tapi hari ini sebagian besar orang mengenakan pakaian kasual.


"...Kageto."


Ketika aku mendengar suara jernih seperti lonceng mau tak mau aku secara refleks menoleh.


"Otoha-san. Selamat pagi."


"Selamat pagi. Dan, maaf membuatmu menunggu."


"Tidak, aku juga baru saja sampai."


"Kita masih punya satu jam sebelum waktu pertemuan. Kenapa kau datang sepagi ini?"


"Haha, aku sangat menantikan hari ini, jadi aku tidak bisa menahan diri untuk datang lebih awal."


"Kau... menantikannya?"


"Tentu saja. Siapa yang tidak senang bisa menghabiskan hari bersama wanita seperti Otoha-san? Bahkan Ojou pun pasti menantikannya."


".....Ya, aku juga menantikan hari ini bersama Kageto."


"Mendengarnya saja sudah membuatku senang."


Hari ini, Otoha-san mengenakan topi, rambutnya diikat rapi, dan memakai kacamata tanpa lensa. 


Meskipun saat ini dia sedang hiatus, tapi tetap saja dia adalah orang yang terkenal. Pasti ini bagian dari penyamarannya.


"Pakaian kasual Otoha-san selalu menawan, bahkan sejak pertemuan sebelumnya. Hari ini pun, meskipun ini adalah bagian dari penyamaran, aku pikir pakaian ini sangat cocok dengan citra cool-mu, dan kau berhasil memakainya dengan baik."


"...Terima kasih. Aku senang mendengarnya."


Otoha-san benar-benar tersenyum dengan bahagia.


Dia pasti sangat menantikan hari ini. Itu sebabnya aku merasa menyesal Ojou tiba-tiba mendapatkan urusan mendesak. 


Aku bahkan bertanya-tanya tentang urusan mendadak apa itu, tapi dia tidak memberikan jawaban yang jelas. Jika aku bisa menggantikannya, aku pasti akan melakukannya.


"Aku minta maaf. Meskipun aku yakin kau sudah diberitahu, Ojou mendadak ada urusan hari ini..."


"...Tidak apa-apa. Aku yang giliran pertama."


"...? Hm..."


Giliran pertama, giliran kedua... Aku merasa Ojou dan Otoha-san memiliki semacam pemahaman khusus hari ini. 


Meskipun aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.


"Oh, benar. Otoha-san, bisakah kau menunggu sebentar di sini?"


"Ada apa?"


"Aku ada urusan mendadak yang harus ku urus dulu. Aku akan segera kembali."


"...Baiklah."


Baiklah, pertama-tama aku akan menghubungi rekan-rekan yang bekerja di keluarga Tendou... karena Ojou akan bergabung nanti, lebih baik aku menyelesaikan ini dengan cepat.




POV NPC





Hari ini benar-benar keberuntungan berpihak padanya, pikir pria itu sambil menyeringai dari balik bayangan.


Secara kebetulan, dia melihat seorang gadis yang tampak seperti Hane Otoha, seorang diva yang saat ini sedang hiatus, berjalan di dekatnya. 


Tapi ini bukan sekadar 'tampak seperti'. Instingnya sebagai jurnalis mengatakan kalo gadis itu memang benar Hane  Otoha.


Ketika dia pertama kali mengumumkan hiatus, dunia menjadi gempar. Dan berita tentang kepindahannya ke suatu akademi juga dengan cepat menyebar. 


Untuk sebentar saja media menyerbu akademi tersebut, tapi pada waktu yang sama, skandal korupsi seorang politisi terungkap dan perhatian publik beralih ke sana.


Lagi pula, minat publik terhadap diva yang sudah hiatus tidak bertahan lama.


Tapi, ada rumor kalo pengungkapan skandal politisi itu sebenarnya adalah hasil rekayasa dari Tendou Group untuk melindungi Hane  Otoha. 


[TL\n: ehm.. Kaya di negara wakanda, setiap kali kalo politisi  kena jerat hukum\kasus, pasti ada aja berita yg nenggelamin tu berita si politisi, ya contohnya berita si sambo tengelam karena beritanya si byorka. Bahkan ampe sekarang tu kabar tua bangka gak tau, denger denger sih dia gak jadi di hukum mati, entah bener apa kaga] 


Benar atau tidaknya rumor ini masih belum jelas, tapi yang pasti adalah keluarga Tendou memiliki kekuatan yang ditakuti oleh seluruh industri.


Selain itu, ada juga banyak rumor yang beredar tentang Tenjo Gakuen, tempat dia bersekolah.


Katanya, ada murid-murid di sana yang memiliki kekuatan khusus.


Katanya juga, akademi tersebut memiliki kekuasaan yang sangat besar, bahkan bisa memengaruhi dunia politik.


Faktanya, rekan-rekannya juga memperingatkannya, 'Jangan terlalu terlibat dengan orang-orang di sana.' Bahkan, beberapa orang menganggap media yang mencoba meliput akademi tersebut hanya karena ketidaktahuan mereka.


(Konyol.)


Dia mengutuk dalam hati.


Sungguh konyol. Padahal itu hanya sebuah perusahaan dan sebuah akademi. Seberapa besar kekuatan yang mereka miliki?


Pria ini sudah menghancurkan banyak perusahaan dan selebriti melalui artikel-artikelnya.


Bukan karena alasan tertentu. Dia hanya suka melihat manusia jatuh. Dia ingin melihat orang-orang yang memiliki kekayaan, kekuasaan, dan bakat merangkak di tanah.


Untuk itu, dia tidak pernah ragu-ragu dalam menggunakan cara apa pun. Artikel palsu adalah hal yang biasa.


"Hiatus Hane  Otoha... Apa alasannya karena dia punya pacar?"


Di hadapannya ada Hane Otoha yang sedang menyamar dan seorang pemuda tampan.


Sikap dan penampilan pemuda itu tidak ada cacatnya. Tipe orang yang paling dibenci oleh pria ini.


"Tapi itu saja tidak cukup. Bagaimana kalau... diva yang hebat itu terobsesi dengan seorang pria dan menghabiskan semua hartanya untuknya...? Tidak, selama aku punya fotonya, aku bisa membuat cerita apa pun..."


Dia mencoba memotret keduanya—dan baru menyadari bahwa pemuda itu sudah tidak ada di sana.


"Hah? Ke mana dia...?"


Lalu terdengar suara gemeretak, seperti sesuatu yang pecah.


"Apa...!? Kameraku...!"


Kamera kesayangannya hancur berkeping-keping. Seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan yang luar biasa dalam sekejap.


"Sial... apa yang terjadi...?"


Dia tersadar. Media penyimpanan yang berisi data juga hilang dari saku. Kemudian terdengar suara patahan, seperti sesuatu yang keras sedang dihancurkan. 


Suara yang aneh, tidak wajar, dan menimbulkan rasa takut. Ketika dia melihat ke bawah, sisa-sisa media penyimpanan yang hancur berkeping-keping ada di kakinya...


"Hiii...!"


Pria itu melarikan diri. Dia lari tanpa henti. Tidak tahu dari apa dia lari.


Tapi, dia merasakan adanya sesuatu yang mengancam hidupnya, jadi dia terus lari tanpa henti.


Lari. Lari. Lari—


"Ugh...!?"


Tiba-tiba, ada benturan. Tubuhnya diseret ke dalam celah sempit di antara bangunan. 


Dia tahu bahwa ada seseorang yang menahannya, tapi karena didorong ke tembok, dia tidak bisa melihat wajah orang itu. 


Kekuatan itu begitu besar, seperti penjepit besi. Bahkan ketika dia mencoba menggerakkan kepalanya, dia tidak bisa menggerakkannya sedikit pun. Keringat dingin mulai mengalir deras.


"――――■■■■"


Orang itu menyebutkan namanya, nama asli pria itu. Suaranya aneh, mungkin menggunakan pengubah suara, sehingga tidak bisa ditebak apakah itu suara pria atau wanita.


Kemudian, orang itu menyebutkan alamat pria itu, nama orang tuanya, tempat tinggal keluarganya, toko langganannya, bahkan merek botol minuman yang dibelinya di toko serba ada kemarin. 


Detail demi detail informasi yang diucapkan oleh orang itu membuat sesuatu yang dingin naik dari perutnya ke atas.


"Jangan dekati Hane Otoha."


"......!? ..."


Lalu, kesadaran pria itu perlahan menghilang.


"...Ini aku. ...Ya. Tangani seperti biasa. ...Tidak, dia tidak tampak seperti sedang mengincar Ojou. ...Ya, kumohon."


Pikiran terakhir yang terlintas di benaknya adalah peringatan yang dulu pernah diberikan oleh seorang teman.


"――――Jangan mendekati keluarga Tendou. Mereka memiliki penjaga yang berbahaya."


Mengapa dia tiba-tiba teringat keluarga Tendou sekarang? Bahkan dia sendiri tidak tahu. Dan kemudian, kesadarannya benar-benar tenggelam dalam kegelapan.




"Maaf telah membuat mu menunggu."


Setelah menyelesaikan urusan kecil, aku segera kembali ke tempat Otoha-san berada.


"...Apa itu urusan pekerjaan?" 


"Bukan." 


Otoha-san terlihat sedikit bersalah. Meskipun sekarang dia sedang hiatus, dia tetaplah seorang diva. 


Mungkin dia jarang memiliki kesempatan untuk keluar dan bersenang-senang seperti ini.


Sebelumnya, aku sempat memeriksa jadwal Otoha-san di masa lalu untuk mempersiapkan hari ini yang juga dinantikan oleh Ojou. 


Jadwalnya sangat padat, sehingga dia hampir tidak ada waktu untuk menikmati hari libur dengan tenang.


Justru karena itu, aku ingin dia menikmati hari ini dan tidak perlu merasa terbebani.


Jika ada pengganggu yang muncul, aku hanya perlu menyingkirkannya. Lagipula, jika teman Ojou diganggu, Ojou pasti akan sedih.


"Aku hanya melakukan sedikit persiapan agar Otoha-san bisa menikmati hari ini."


"Persiapan...?" 


Aku lalu mengulurkan tangan kananku ke arah Otoha-san yang sedikit memiringkan kepala dengan manis.


Setelah memperlihatkan telapak tangan kosong, aku melakukan trik sederhana dan tiba-tiba muncul sekuntum bunga kecil.


"Ini untukmu."


"...Hebat. Terima kasih."


Dengan mata yang berbinar, Otoha-san menerima bunga itu.


"Ini adalah bunga yang kusukai... Kamu tahu?"


"Dulu, kau kan pernah menyebutkannya dalam sebuah wawancara majalah. Aku kebetulan melihat bunga ini di toko terdekat."


"Jadi, persiapan yang kamu maksud adalah trik sulap ini?"


"Benar. Aku ingin memastikan Otoha-san bersenang-senang hari ini."


Syukurlah. Salah satu keterampilan yang aku pelajari demi Ojou akhirnya berguna.


Syukurlah. Penelitianku untuk memastikan Otoha-san bersenang-senang juga berbuah manis.


Syukurlah. Kebetulan, bunga kesukaan Otoha-san dijual di toko dekat sini.


"Kalo begitu ayo kita berangkat."


"...Ya."


Setelah kami bertemu, kami kemudian menaiki kereta menuju Wonder Festival Land.


Dari sini, perjalanan kereta akan memakan waktu sekitar 30 menit. Tidak terlalu lama, tetapi juga tidak terlalu singkat. 


Karena ini pagi hari di hari libur, kereta tidak penuh sesak, tetapi cukup banyak penumpang. Sepertinya tidak ada yang menyadari bahwa gadis di sebelahku adalah Hane Otoha, kecuali jurnalis tadi. Penyamarannya berhasil dengan baik.


"Gerbong ini cukup ramai, jadi kita tidak bisa duduk. Apa kita perlu pindah ke gerbong yang lebih sepi, Otoha-san?"


"...Tidak, tidak apa-apa. Sebagai gantinya, bolehkah aku berpegang  padamu, Kageto?"


"Tentu saja... Oh, Otoha-san, ada pegangan tangan yang kosong di sana."


"...Tidak perlu. Aku ingin berpegangan padamu, Kageto."


"Pegangan tangan itu lebih stabil, lho..."


"...Aku lebih suka berpegang padamu."


"Benarkah?"


Sambil mengabaikan kebingunganku, Otoha-san bersandar padaku.


Mungkin dia tidak suka menggunakan pegangan tangan. Kalau begitu, aku harus memastikan dia tetap aman. Aku akan melakukan yang terbaik agar Otoha-san bisa menikmati hari ini.




Atraksi-atraksi yang terasa seolah-olah dunia dari buku cerita anak-anak keluar dan menjadi nyata.


Di dalam taman, BGM yang menghiasi dunia tersebut terdengar teriakan dari roller coaster yang terkenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia menggema. 


Maskot-maskot dalam kostum karakter menampilkan pertunjukan dengan presisi tinggi, menghibur para pengunjung.


"...Hebat. Seperti sungguhan." 


"Otoha-san, apakah ini pertama kalinya kau ke taman hiburan ini?"


"...Iya, ini pertama kalinya. Jadi, aku sangat menantikannya." 


Otoha-san mengatakan itu dengan mata yang berbinar, menatap atraksi dan brosur di sekitarnya.


Sungguh disayangkan Ojou tidak bisa ikut serta. Jika dia bisa datang bersama teman baiknya, pasti akan lebih menyenangkan. 


Tapi, tidak ada gunanya terus memikirkan hal itu. Ojou memiliki urusan mendesak, dan justru karena itu aku harus memastikan Otoha-san menikmati harinya dengan sepenuh hati.


"Ada tempat yang ingin kau kunjungi?" 


"...Bagaimana denganmu, Kageto?" 


"Jangan khawatirkan aku. Hari ini, aku akan berusaha sepenuhnya agar Otoha-san bisa bersenang-senang!"


"....."


Tiba-tiba, sesuatu terjadi.


"....?"


Jari telunjuk Otoha-san yang putih dan indah menyentuh bibirku.


".. .Tidak ada gunanya jika hanya aku yang bersenang-senang." 



Karena jarinya menyentuh bibirku, aku tidak bisa menggerakkan mulut untuk berbicara.


Jika aku mencoba berbicara, jarinya yang cantik bisa saja masuk ke dalam mulutku secara tidak sengaja. 


Seolah dia sudah memperkirakan hal itu, atau mungkin dia tidak keberatan jika hal itu terjadi, Otoha-san tidak menggerakkan jarinya sama sekali.


"...Hari ini, ini kencan antara aku dan Kageto. Jadi kita harus bersenang-senang bersama." 


Dia benar... Dengan sikapku yang berusaha menjadi tuan rumah, Otoha-san tidak bisa menikmati hari ini dengan leluasa. Dengan kebaikannya, dia justru mungkin akan merasa terbebani.


Ini kesalahanku. Sangat memalukan kalo aku perlu diingatkan. Tapi, aku harus segera memperbaiki sikap ini, agar Otoha-san tidak perlu merasa tidak nyaman.


"...Ya?"


Jari Otoha-san akhirnya meninggalkan bibirku, membiarkanku berbicara lagi.


"...Benar sekali. Maafkan aku. Aku hampir saja masuk ke mode kerja."




"...Kamu memang Kageto, tapi hari ini...tidak, saat kamu bersamaku, lupakan pekerjaanmu. Aku juga memutuskan untuk melupakannya."


Otoha melangkah maju, menjinjitkan kakinya, dan berbisik manis di telingaku.


"Hari ini, aku bukan 'Diva'. Di depanmu, aku hanyalah 'Hane  Otoha'."


Suara diva yang memikat seluruh dunia, kini berbisik manis di telingaku. 


Hanya ditujukan padaku, seorang manusia biasa.


"Kageto, meskipun hanya untuk saat ini, lupakan kalo kamu bekerja untuk Hoshine. di depanku, aku ingin kamu menjadi Yogiri Kageto yang sederhana."


Apa ini yang disebut kekuatan mematikan seorang 'Diva'? Suaranya membuat punggungku bergetar manis.


Selama ini, aku selalu membayangkan Otoha seperti peri yang anggun.


Tapi, saat ini, dia melepaskan diri dari telingaku dan tersenyum sedikit misterius... hanya untuk saat ini, dia mengingatkanku pada seorang iblis kecil. 


Jika para penggemarnya tahu, mereka mungkin akan terkejut, tapi ini hanyalah salah satu pesona yang dimiliki oleh Otoha.


"Baiklah, jika itu yang diinginkan oleh Otoha-san, maka hanya untuk saat ini, aku akan menjadi Yagiri Kageto yang biasa, dan akan mengawalmu."


"...Ya. Tolong."


Otoha mengambil tanganku yang terulur dengan senyum lembut di wajahnya.


(Jadi, hanya sebagai Yagiri Kagehito yang biasa, ya?)


Itu berarti, diriku yang tidak melayani Ojou, kan?


Jujur, aku tidak bisa membayangkannya. Sejak hari ketika keluargaku membuangku dan Ojou menyelamatkanku, Ojou telah menjadi segalanya bagiku.


Sekarang dan selamanya, aku telah memutuskan untuk melayani Ojou, dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi berguna baginya. 


Itu adalah kehidupan yang telah kupilih.


...Jadi, jika aku kehilangan 'itu', jika aku menjadi 'hanya Yagiri Kageto', apa yang akan tersisa dariku?


(Aku harus semangat.)


Yang diinginkan Otoha-san adalah 'hanya Yagiri Kageto' itu.


Aku akan melakukan yang terbaik agar dia bisa menikmati hari ini sepenuhnya.




"Hebat sekali, rasanya. Gyuuun, dooon, dan baaam...!"


Setelah menaiki roller coaster terkenal di dunia, Otoha-san terlihat sangat bersemangat.


Penuh dengan suara tiruan... ini pasti karena Otoha-san adalah tipe jenius yang sangat peka terhadap perasaan.


Saat latihan basket, dia juga berkata, "...Umpanmu terlalu cepat. Harus lebih 'guh' dan 'shuu' kalau tidak," atau semacam itu. Bahkan Ojou juga tipe yang sama, dia pernah berkata, "Apa yang kamu bicarakan? Aku 'spa' lalu kamu 'zuba', itu saja sudah cukup, bukan?"


Ngomong-ngomong, sebenarnya aku sudah mempersiapkan hari ini dengan baik. 


Aku telah meneliti tentang Wonderland Festival Land ini sebelumnya, agar Ojou dan Otoha bisa menikmatinya sepenuhnya.


Aku juga sudah membuat rencana, dan ternyata itu sangat membantu.


Kami sudah mencoba beberapa atraksi, dan tampaknya Otoha-san cukup puas.


"Sebentar lagi waktu makan siang. Ayo kita coba satu atraksi lagi, lalu kita makan siang. Ojou juga akan bergabung dengan kita nanti."


Semuanya sesuai rencana. Ngomong-ngomong, aku juga sudah memilih atraksi berikutnya dan tempat untuk makan siang.


"...Sebentar lagi makan siang..."


"Ada apa?"


Otoha yang tadi sangat bersemangat tiba-tiba berhenti.


"Kageto, selanjutnya aku ingin mencoba yang ini."


Dia menunjuk sebuah titik di peta taman hiburan yang tercetak di pamflet. 


Itu adalah rumah hantu yang baru dibuka tahun lalu—ya, sebuah 'rumah hantu'.


"Ah, yang ini. Apa kamu tertarik dengan hal-hal semacam ini, Otoha-san?"


"...Iya. Aku sangat tertarik."


"Memang, atraksi ini sangat populer."


"...Aku tahu. Terutama sangat populer di kalangan pasangan."


Tampaknya Otoha-san sudah meneliti tentang atraksi ini sebelumnya. Dia pasti sangat menantikan hari ini.


"Baiklah, mari kita segera ke sana."


Untungnya, rumah hantu yang ingin dikunjungi cukup dekat dengan area kami saat ini.


Lebih beruntung lagi, kami bisa masuk tepat ketika antrian sedikit sepi, jadi kami tidak perlu menunggu lama.


Atraksi ini cukup sederhana: dua orang yang tersesat di sebuah mansion tua harus mencari jalan keluar.


Tapi, makhluk-makhluk yang muncul di dalamnya sangat realistis, dan efek yang menggunakan teknologi terbaru benar-benar memikat lima indera kita.


Ada peringatan bahwa ini tidak direkomendasikan bagi mereka yang tidak tahan terhadap hal-hal menakutkan.


Tapi jika Otoha-san sudah ingin mencoba setelah meneliti sebelumnya, dia pasti cukup percaya diri.


"Otoha-san, apa kamu suka hal-hal menakutkan seperti ini?"


"...Tidak, sebenarnya aku tidak suka. Malah, aku takut."


..............Eh?


"Benar begitu? Aku kira kamu ahli dalam hal ini karena kamu sendiri yang ingin mencobanya..."


"...Aku sangat takut. Jadi, Kageto, tolong lindungi aku, ya?"


Sambil berkata begitu, Otoha-san menyandarkan tubuhnya pada lenganku, dan melingkarkan tangannya di lenganku.


Dari luar, kami mungkin terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan.


"Um... itu tidak masalah, tapi kalau kamu takut, kita bisa keluar sekarang..."


"...Tidak perlu. Aku baik-baik saja."


"Kalau begitu, mari kita lanjutkan."


Tapi, apa tidak ada cara lain untuk mengubah posisi ini? 


Aku tahu betul kali aku tidak boleh memikirkan hal semacam ini tentang teman Ojou, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa Otoha memiliki tubuh yang cukup berkembang, dan dengan dia begitu dekat seperti ini...


"Kageto, bagaimana menurutmu?"


"Apa maksudmu?"


"...Payudaraku, tidak kalah besar dari milik Hoshine, kan?"


"........."


Sungguh komentar yang sulit untuk dibalas...!

 

Tentu saja, dari sensasi yang aku rasakan melalui lenganku, volumenya sebanding dengan punya-nya Ojou... 


Tidak, tidak, apa yang aku pikirkan!


"Dan hari ini, aku juga memakai pakaian dalam yang spesial."


"Itu... bagus untukmu."


Kenapa dia terdengar begitu bangga?


"Bagaimanapun, kita akan terus maju, kan?"


"...Ya. Oke."


Tapi, kenapa dia ingin mencoba atraksi horor yang dia takuti...?


...Tunggu. Atraksi ini sangat populer di kalangan pasangan.


Dan Otoha memilih untuk masuk ke sini bersamaku. Dia sendiri yang memintanya... Aku mengerti. Jika aku menghubungkan semua informasi ini, hanya ada satu jawaban yang mungkin.


(Otoha-san sedang mencoba mengatasi ketakutannya...!)


Itu menjelaskan semuanya.


Atraksi ini untuk dua orang. Tapi, tentu saja, dia tidak ingin memperlihatkan sisi lemahnya di depan Ojou. Dan masuk bersama orang asing juga tidak akan nyaman. Apalagi, Otoha adalah seorang selebriti.


Jika dia mengantri sendirian di sini, dia akan menarik perhatian.


Jadi dia memilihku. Dengan aku, seorang pria, di sampingnya, dia bisa berbaur dengan pasangan lain dan dia tidak akan terlihat menonjol. 


Dia bisa fokus sepenuhnya pada mengatasi ketakutannya.


(Meskipun ini hari libur, dia menggunakannya untuk mengatasi ketakutannya... Otoha-san adalah orang yang sangat pekerja keras.)


Mungkin dia selalu berusaha keras seperti ini, hingga akhirnya bisa disebut sebagai 'Diva'.


Mungkin itulah salah satu alasan kenapa dia dan Ojou bisa begitu akrab.


"Baiklah. Otoha-san, aku akan dengan senang hati menemanimu!"


"...Sepertinya kamu salah paham, tapi... yah, temani aku."


Bersama Otoha-san, aku terus melangkah ke dalam mansion yang remang-remang itu.


Interiornya sangat realistis, seolah-olah bukan sekadar replika. Jika seseorang dibawa ke sini dengan mata tertutup, mereka mungkin tidak akan menyadari bahwa ini hanya atraksi.


Ditambah lagi, suara lantai yang berderit dan sensasi dingin yang cukup nyata.


Volume musik latar juga diatur dengan sempurna, hingga aku hampir lupa bahwa ini hanyalah sebuah atraksi.


"......."


Otoha-san di yang ada sampingku tampaknya tidak terlalu ketakutan. Tapi, dia masih memegang erat lenganku, jadi dia pasti sedang menahan rasa takutnya. 


Aku juga harus berusaha keras agar bisa mendukungnya.


Dengan menghormati tekad Otoha-san yang ingin mengatasi ketakutannya, aku melanjutkan perjalanan kami ke dalam mansion. 


―――Kata... Kata... Kata... Kata.


Dari balik kegelapan yang redup, terdengar suara. Suara sesuatu yang bergerak.


Dikombinasikan dengan suasana interior mansion yang realistis ini, suasananya cukup mencekam.


Aku sih baik-baik saja, tapi mungkin ini agak berat untuk Otoha-san.


"Otoha-san, kamu baik-baik saja?"


"...Ada apa?"


Otoha-san menggelengkan kepala kecilnya dengan manis.


Dia tampaknya tidak mengerti maksud dari pertanyaanku... atau mungkin dia hanya berpura-pura. 


Aku tidak akan menekannya. Jika dia terlalu sadar akan ketakutannya, justru bisa membuatnya lebih takut.


"Kalau kamu baik-baik saja, ayo kita lanjutkan."


"...Ya."


Otoha-san lalu mengangguk. 


Karena sepertinya tidak ada jalan lain, kami melanjutkan perjalanan ke depan.


Suara itu semakin lama semakin keras... sampai akhirnya kami menemukan sumbernya.


Di atas meja lorong, terdapat boneka Barat yang berlumuran darah. Boneka itu bergerak sendiri dan tertawa.


...Hmmm. Aku sendiri tidak merasakan apa-apa. Setelah sering menghadapi orang-orang yang mengincar keluarga Tendou, hal seperti ini sudah sering ku lihat. 


Bahkan belum lama ini, ada juga yang mencoba masuk ke dalam mansion dengan menggunakan boneka seperti ini. Boneka itu penuh dengan pisau dan senjata api, yah memang boneka itu cukup merepotkan. Tapi aku menjatuhkannya dengan cepat dan mengalahkannya dalam jarak dekat, jadi tidak itu terlalu sulit.


Tapi, ini bukan tentang diriku. Pasti Otoha-san... takut dengan boneka ini...


"...(Jiii)"


Otoha-san hanya menatap boneka berdarah itu dengan pandangan kosong.


Tidak ada tanda-tanda ketakutan. Ekspresinya lebih seperti, 'Boneka yang rumit,' reaksi yang datar.


"Otoha-san?"


"...Apa?"


"Um... kamu baik-baik saja?"


"...Ada apa?"


Otoha-san terlihat bingung dengan pertanyaanku.


Dia tidak menyembunyikan ketakutannya kan... tidak. Bukan itu. Ini jelas bukan hal yang sama.


"Oh, tidak... aku hanya berpikir, apakah boneka ini tidak menakutkan buatmu..."


"......!(tersentak)"


Entah kenapa, Otoha-san tampak tersentak mendengar ucapanku, lalu berkata,


"...Kya, aku takut sekali."


Nada suaranya terdengar sangat datar.


"Otoha-san, kamu tidak benar-benar takut, kan...?"


"...Tidak, aku benar-benar takut."


"Tapi nadamu barusan terdengar sangat datar..."


"...Aku terlalu takut, sehingga tanpa sadar suaraku jadi datar."


Apakah ada orang yang saking takutnya sampai suaranya jadi datar...?


[TL\n: ya tentu aja gak ada lah...]


"...Lihat. Aku sangat takut sampai-sampai aku memeluk lenganmu, Kagehito."


"Tapi kau kan sudah dari awal memeluk lenganku..."


"...Benarkah?"


Ya, benar. Aku masih ingat dengan jelas, terutama karena pembicaraan tadi.


"Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan..."



POV OTOHA





...Ini di luar rencana.


Menurut informasi yang sudah aku kumpulkan sebelumnya, atraksi horor ini sangat populer di kalangan pasangan. Bahkan, banyak cerita yang mengatakan bahwa atraksi ini menjadi pemicu bagi mereka untuk menjadi pasangan.


Dan kalau ini rumah hantu, aku bisa berpura-pura ketakutan dan secara alami memeluk Kagehito. 


Rencananya sempurna... 


Setidaknya begitulah yang kupikirkan. Tapi ternyata, ada kesalahan fatal dalam rencana yang sudah kubuat.


(...Sekarang aku memikirkannya, aku sama sekali tidak takut dengan hal-hal seperti ini)


Interior mansion yang menakutkan, boneka yang bergerak dan mengeluarkan suara, bahkan sekarang, monster kerangka yang muncul... tidak ada satupun yang membuatku takut. 


Karena tidak merasa takut, aku jadi tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk berpura-pura ketakutan. 


Dengan begini, aku tidak bisa menciptakan suasana yang romantis dengan Kageto.


(...Tapi masih terlalu dini untuk menyerah)


Pertama-tama, aku harus mengakui bahwa ada kekurangan dalam rencanaku. Tapi, itu bukan berarti aku tidak bisa memperbaikinya.


Atraksi rumah hantu ini baru saja dimulai. Semakin jauh kami melangkah ke dalam, semakin besar kemungkinan ada kejutan yang lebih menakutkan yang akan muncul.


(...Aku hanya perlu menunggu momen yang tepat. Ketika sesuatu yang besar muncul, aku akan berteriak ketakutan. Ya, ini rencana yang sempurna)


Setelah mengubah rencana di dalam pikiranku, aku melanjutkan perjalanan bersama Kageto di dalam rumah hantu. ...Mataku mulai terbiasa dengan kegelapan. Berbekal pengetahuan tentang panggung, aku bisa menebak di mana saja jebakan akan muncul.


(...Yang perlu aku lakukan sekarang adalah menunggu sesuatu yang besar... sesuatu yang akan membuatku secara alami bisa berpelukan dengan Kagehito dalam ketakutan. Itu saja, dan semuanya akan sempurna...!)


...Seekor anjing berdarah dengan tulang yang mencuat. Tidak cukup menakutkan. Lanjut.


...Zombie dengan pisau tertancap di seluruh tubuhnya. Masih kurang. Lanjut.


...Patung jelek yang terbuat dari tulang manusia. Tidak cukup mengesankan. Lanjut.


"Hah... Kita sudah cukup jauh ya. Kita sudah sampai di lantai atas, mungkin ini sudah mendekati akhir?"


"...!?"


Apa? Ketika aku sibuk memilih dan menunggu jebakan yang tepat, dan tanpa ku sadari kami sudah hampir di akhir...!


"Otoha-san?"


"...Tidak ada apa-apa."


Aku tidak menyangka rumah hantu yang begitu populer ini ternyata sangat mengecewakan.


Kalau Hoshine ikut merencanakannya, seharusnya mereka bisa memperbaikinya. Dengan begini, aku hanya bisa menikmati atraksi ini dengan Kageto seperti biasa... tapi tunggu, mungkin itu juga tidak terlalu buruk...?


(...Pokoknya, apa pun yang muncul berikutnya, aku harus berpura-pura ketakutan...!)


Aku menguatkan tekadku di dalam hatiku dan melanjutkan perjalanan, berharap ada jebakan yang lebih menakutkan di depan.


...Masih ada jebakan yang tersisa. Ketika aku membuka pintu ini, pasti ada sesuatu yang muncul.


Berharap ada sesuatu yang benar-benar menakutkan, aku membuka pintu.


"Di sini..."


Di dalam ruangan yang terbuka, ada banyak tali yang tergantung di mana-mana.


Yang tergantung pada tali itu adalah... manusia (tentu saja ini hanya tiruan). Tulang manusia (tiruan) tersebar di berbagai sudut ruangan.


Dan di ujung ruangan, ada sepasang mata merah menyala. Makhluk besar yang tampak seperti laba-laba raksasa (tiruan) dengan kulit berbulu, dan beberapa kaki yang bergerak dengan mengancam, menyambut kami.


"Hah..."


Aku merasa kecewa.


Kenapa harus laba-laba besar? Ini seperti memanfaatkan suasana mansion yang gelap dan suram tanpa kreativitas. 


Jujur saja, seharusnya mereka bisa melakukan lebih banyak hal. Kalau setting-nya mansion, kenapa tidak vampir... atau... tunggu. Bukan itu masalahnya sekarang. Sepertinya tidak ada lagi jebakan yang lebih menakutkan, jadi aku harus menerima laba-laba besar ini.


"Kyaa, aku takut."


Rencananya adalah langsung memeluk Kageto... tapi, tadi itu tidak berhasil. Kalau sekarang pun sama, efeknya akan kurang terasa. Di ruangan ini hanya ada laba-laba... aku harus menunjukkan ketakutanku dengan lebih jelas.


Aku berpura-pura ketakutan dan berlari keluar dari ruangan, menjauh dari laba-laba besar itu.


"O-Otoha-san!?"


Mengabaikan Kageto yang terkejut, aku terus berlari, dan berlari, dan berlari melalui kegelapan mansion ini...




"....Dan sekarang aku tersesat."


Saat aku terpisah dan menyadari bahwa aku punya orientasi arah yang... unik, bukan berarti aku tersesat.


"...Apa yang sedang kulakukan?"


Aku perlahan kembali tenang dan sadar. Rasanya, apapun yang kulakukan selalu berujung sia-sia.


...Aku sebenarnya tak ingin mengakui ini. Tapi, pada titik ini, aku tak punya pilihan selain mengakuinya.


Sepertinya, rencanaku gagal. Bahkan, kurasa aku melewatkan sesuatu yang mendasar.


(...Mungkin aku terlalu terburu-buru)


Sejak aku pindah, aku menyadari bahwa jarak antara Hoshine dan Kageto cukup dekat (meski aku tak tahu apakah perasaannya tersampaikan atau tidak). Ditambah lagi, hadiah dari turnamen olahraga ini. 


Mungkin aku terlalu bersemangat, menganggap ini sebagai kesempatan.


...Tidak, itu hanya alasan. Alasan yang dibuat-buat.


Sebenarnya, aku tahu apa yang terjadi. Aku terlalu bersemangat. Ini adalah cinta pertamaku.


Aku kehilangan kendali, kehilangan arah, dan semuanya terasa sia-sia... Semua ini adalah pengalaman pertama bagiku.


Aku tidak tahu bahwa cinta bisa mengubah diriku sedemikian rupa.


"Otoha-san."


"Kageto..."


"Kenapa tiba-tiba kau berlari seperti itu? Aku mencarimu tau."


"...."


Sulit untuk menjelaskan alasanku.


Terlebih lagi, pada Kageto. Itu tidak mungkin kulakukan.


"Uh... tidak ada apa-apa."


Aku hanya bisa mengelak. Karena aku tidak bisa menjelaskan kepadanya.


"...Aku tahu kau sedang berbohong."


"Ugh..."


Aku sudah menduga itu. Meski Kageto biasanya tidak peka, dia pasti menyadari kalo ada yang aneh dengan sikapku tadi.


"...Pokoknya, kita harus terus maju sekarang."


Meski dia tahu aku berbohong, aku tetap tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi.


Aku mencoba menghindar dengan melanjutkan perjalanan, tapi...


Kageto tiba-tiba memukul dinding dengan tangan, menghalangi jalanku.


"Eh...?"


"Kau tidak bisa begitu saja menghindar setelah membuat orang lain khawatir, Otoha-san."


Meskipun Kageto tersenyum seperti biasa... ada sesuatu yang berbeda kali ini.


Saat aku mencoba menghindar, tangannya lembut menyentuh pipiku, seolah-olah dia tidak mengizinkanku untuk mengalihkan pandangan.


"Kau sedang berbicara denganku sekarang. Lihatlah wajahku."


"Ah... ehm..."


Tangan Kageto menyentuh pipiku dengan lembut, tapi dia tetap tidak memberiku ruang untuk berpaling.


"Berlarian di dalam mansion yang gelap seperti ini berbahaya. Terlebih lagi, kau punya orientasi arah yang buruk."


"T-tidak... aku bukan..."


"Kau tidak ingin mengakuinya, kan?"


"...Ya..."


"Kalau begitu, ada sesuatu yang harus kau katakan, kan?"


"Apa?"


"Sesuatu yang harus kau katakan kepada orang yang kau buat khawatir."


"...."


Hari ini, Kageto tampaknya berbeda dari biasanya.


Sedikit lebih usil, mungkin. 


Tapi aku tidak membencinya, malah... aku merasakan sesuatu yang membuat jantungku berdebar.


"Kalau aku mengatakannya... apa kau akan memaafkanku?"


"Itu tergantung pada Otoha-san."


Kageto tersenyum, senyum yang mempesona dan penuh daya tarik.


"...Maafkan aku... aah..."


Tangan Kageto perlahan membelai pipiku. Perlahan dan hati-hati.


Rasanya geli, nyaman, dan sedikit menggelitik. Seolah dia menikmati reaksiku, jarinya terus bergerak dengan lembut.


"Mm..."


"Ada apa?"


"Rasanya... geli..."


"Aku tidak bisa mendengarmu jika kau tidak mengatakannya dengan jelas."


"Kageto, kau jahat..."


"Itu mungkin benar."


Meskipun aku seharusnya merasa dipermainkan, aku tetap merasa jantung ku berdebar-debar saat berada di dekat Kageto.


"Kali ini aku memang sedikit usil. Karena Otoha-san berusaha menghindar setelah membuatku khawatir, aku jadi agak usil."


Aku ingin dia lebih banyak menyentuhku, lebih banyak membisikkan kata-kata lembut. Aku berharap momen ini tidak berakhir.


"....Apa Otoha-san suka dipermainkan seperti ini?"


"Kenapa...?"


"Sepertinya kau tampak sangat ingin."


"T-tidak mungkin!"


Aku terkejut dengan kata-kata Kageto dan langsung menyentuh wajahku. Jika ada cermin di sini, aku pasti akan memeriksa wajahku segera.


"Itu hanya bercanda."


"Ah... ah..."


Untunglah suasananya gelap. Aku yakin wajahku sangat merah saat ini.


"Cobalah untuk mengatakan, 'maaf'"


Permintaan Kageto terasa sangat sulit bagiku saat ini.


Jantungku terlalu berdebar-debar, lidahku sulit bergerak.


Aku harus mengatakan itu. Aku harus meminta maaf karena telah membuat Kageto khawatir.


(...Sebenarnya, bukan itu)


Aku segera menyadari kalo alasan itu hanyalah alasan belaka.


(Sebenarnya aku... berharap)


Aku berharap Kageto akan terus memainkanku, mungkin.


"...Maaf..."


Aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas, apa karena lidahku yang kaku atau... karena aku sebenarnya berharap Kageto terus memainkanku.


"Bagus sekali."


"Ah..."


Tangan Kageto akhirnya melepaskan pipiku. Alih-alih merasa lega, aku merasa sedih karena harus berpisah dengannya.


"...Mari kita lanjutkan. Kita hampir sampai keluar."


"Y-ya..."


Kageto yang kembali seperti biasanya menggenggam tanganku, dan kami melanjutkan perjalanan melalui mansion gelap hingga akhirnya mencapai pintu keluar.


Pada akhirnya, semua rencanaku gagal total.


(...Sepertinya aku malah menjadi sasaran)


Aku yang awalnya berusaha menyerang malah menjadi sasaran.


(...Aku mungkin sedikit aneh)


Detak jantung ini bukan hanya karena cinta, sepertinya.


(...Mungkin Kageto yang usil juga tidak buruk)











POV KAGETO





"Terus terang, aku terlalu berlebihan..."


Setelah menyelesaikan atraksi horor, aku tenggelam dalam rasa penyesalan. Aku khawatir dengan Otoha-san yang tiba-tiba menghilang di ruang gelap pagi ini. 


Sekarang, aku merasa kalo mungkin aku terlalu khawatir.


Aku terburu-buru mencarinya dan merasa lega saat mengetahui dia baik-baik saja.


Tapi, setelah Otoha-san berbohong padaku, meskipun aku tahu dia tidak berniat jahat, aku merasa godaan jahatku yang sudah aku tahan mulai muncul kembali. Melihat matanya yang basah membuatku semakin terpengaruh.


Kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa aku menjadi seperti ini?


...Rasa-rasanya, semua ini bermula dari hadiah untuk Ojou. Sejak saat itu, 'diriku yang usil' mulai muncul. Jujur, aku sendiri terkejut dengan diriku yang seperti ini.


"Aku harus menahan diri mulai sekarang..."


"...Kageto"


Saat aku memutuskan, Otoha-san menarik lengan bajuku. Wajahnya tampak memerah, mungkin karena dia baru saja keluar dari rumah hantu yang gelap.


"...Aku punya urusan sebentar."


“Jika ada yang harus kamu lakukan, aku bisa menemanimu."


Aku merasa kalo aku telah berlebihan sebelumnya jadi aku ingin membantunya jika aku bisa.


Tapi, Otoha-san menggelengkan kepalanya.


"...Tidak, tidak perlu. Segera, Hoshine-san akan datang, jadi kau ikuti dia saja."


Setelah mengucapkan itu, Otoha-san cepat-cepat pergi sebelum aku bisa menahannya.


"Dia mengatakannya seolah-olah kamu tahu kapan Ojou akan datang..."


Saat aku memiringkan kepalaku mendengar komentar Otoha-san, 


"Kageto"


"Hah?"


Muncul di sini seperti orang yang salah tempat. Mau tak mau aku memutar mataku ke arah Tao-yojo. Kata-kata Otoha-san seperti ramalan.


[TL\n: Tao-yojo" (道要術) adalah konsep dalam tradisi Taoisme, khususnya terkait dengan kesehatan, kebugaran, dan umur panjang. Dalam konteks ini, Tao-yojo berhubungan dengan serangkaian latihan, metode, dan kebiasaan yang dirancang untuk menjaga keseimbangan fisik, mental, dan spiritual, serta memperpanjang umur seseorang.]


"Saya mohon maaf, Ojou. Otoha-san tampaknya memiliki urusan..."


"Aku sudah tahu."


Apa mereka sudah saling berkomunikasi sebelumnya? Jika iya, maka itu menjelaskan kata-kata Otoha-san.


"Karena aku yang giliran terakhir."


"Gilir terakhir?"


"Itu urusanku. Pokoknya, Otoha baik-baik saja. Dia akan kembali dalam waktu dekat, jadi ayo kita bermain bersama sampai saat itu."


"Baiklah."


Kalo Ojou dan Otoha-san sudah sepakat, maka tidak masalah.


Mau tak mau aku merasa sedikit kesepian karena tidak diberi tahu, tapi lebih dari itu saat ini aku lebih senang melihat hubungan mereka semakin dekat.


"Ojou, atraksi mana yang ingin kita kunjungi dulu?"


"Hmm, sebenarnya aku sangat senang menghabiskan waktu bersama mu, tapi bagaimana kalau kita makan siang dulu?"


"Makan siang?"


Yah memang ini sudah waktunya. Otoha-san bilang kalo dia ada yang harus dia kerjakan, tapi aku penasaran apakah dia bisa makan siang dengan benar. 


"Kageto"


Sementara aku memikirkan Otoha-san, Ojou mulai merajuk dengan pipi yang menggelembung. 


Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatnya tidak senang? Tapi aku tidak merasa melakukan apa-apa yang salah...


"Apa... apa yang salah?"


"...Kamu baru saja memikirkan gadis lain, kan?"


"Hah?"


Kata-kata Ojou mengejutkanku dan membuatku merasa canggung. 


Pada saat yang sama, padahal aku tidak merasa melakukan sesuatu yang salah.


...Kenapa aku merasa begitu bersalah saat ini?


"Saya bukannya memikirkan tentang gadis lain... Saya hanya sedikit khawatir apa Otoha-san sudah makan siang atau belum."


"Dia pasti sudah makan siang."


Mereka pasti sudah saling berkomunikasi tentang itu.


"Maka, saat ini, kau hanya harus fokus padaku."


Wajah Ojou menunduk saat dia mengatakan itu. 


Kurasa dia sedikit merajuk karena dia pikir Otoha-san akan membawaku pergi.

 

"Tenang saja. Saya akan selalu melayani Ojou."


"...Itu bukan maksudku."


Aku mendapat tatapan yang sangat rumit. Aku merasa aku sudah menyatakan niatku dengan jelas, tapi ternyata tidak.


"Bagaimanapun juga, untuk saat ini ayo kita makan siang. Oke?"


"Baiklah."


"Kalo begitu ayo kita pergi. Sebenarnya, aku sudah memikirkan tempat makan siang yang populer di SNS di kalangan pasangan..."


[TL\n: SNS adalah singkatan dari Social Networking Service, yang merujuk pada layanan atau platform online yang memungkinkan pengguna untuk membuat profil pribadi, berinteraksi dengan orang lain, berbagi konten, dan membangun jaringan sosial. SNS dapat mencakup berbagai jenis platform, seperti media sosial, forum online, dan situs komunitas. Contoh populer dari SNS adalah Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, dan lain-lain.]


"Jika begitu, mari kita segera keluar dari fasilitas ini. Di luar, ada truk yang menunggu dengan koki dan bahan serta peralatan dari keluarga Tendou."


"......."


Mata Ojou tampak kehilangan cahaya.


"O-ojou...?"


"....Kenapa?"


"Eh?"


"...Kenapa ada hal semacam itu yang menunggu?"


"Yah... Maksud saya, jika mempertimbangkan makanan yang layak untuk Ojou, maka begitulah hasilnya..."


Itu. Itu aneh. Senyuman yang ditunjukkan oleh Ojou seharusnya selalu menawan...tapi entah kenapa, itu sedikit menakutkan saat ini.


"...Begitu. Ngomong-ngomong, apa kamu bisa menghubungi para koki yang menunggu di luar?"


"A-ya. Tentu saja..."


"...Aku ingin berbicara sesuatu dengan mereka. Tolong hubungkan teleponnya."


Aku tidak bisa bertanya apa yang ingin Ojou mau bicarakan dengan mereka, jadi aku menghubungi mereka dan menyerahkan Hp-ku Ojou.


Beberapa saat kemudian,


"Koki-koki itu bilang kalo mereka harus pulang segera karena ada urusan mendadak."


"Eh. Tapi saya tidak mendengar tentang hal itu..."


"Mereka bilang kalo kita harus makan di restoran yang ada di fasilitas ini."


"Ah, baiklah..."


Ada kekuatan yang sangat kuat di sini hingga tidak bisa dibantah.


Tapi, ada apa ini? Kali ini, aku membawa koki-koki dari keluarga  Tendou. Mereka adalah orang-orang yang telah memasak untuk Ojou sejak dia kecil. Mereka tahu selera makan Ojou dan memperhatikan keseimbangan gizi. 


Aku memilih mereka berdasarkan keahlian, prestasi, dan kepercayaan mereka, dan mereka bahkan menunggu khusus untuk kami... Apa yang tidak disukai oleh Ojou?




POV OJOU




Ketika mendengar kalo tempatnya adalah taman hiburan, pasti semua orang akan memeriksa atraksi yang ada di sana.


Itu tidak salah. Saat datang ke taman hiburan, tidak mungkin kalo aku tidak naik atraksi. Bahkan, apa yang bisa dilakukan jika tidak mencoba atraksi?


Tapi, itu hanya berlaku untuk bermain.


Jika dalam konteks kencan (meskipun mungkin tidak begitu bagi Kageto), perlu untuk memperluas pandangan. Dalam hal ini, Otoha bisa dibilang memiliki pandangan yang sempit.


Meskipun aku meminta salah satu pelayan dari keluarga Tendou untuk memantau dengan kamera, saat melihat mereka memasuki atraksi horor, aku segera paham apa yang ingin dicapai Otoha.


Mungkin dia berencana untuk memeluk dan mendekati Kageto dengan alasan atraksi horor, tapi itu terlalu sederhana. Jika Kageto bisa jatuh cinta dengan cara yang begitu biasa, dia pasti sudah jatuh cinta padaku sejak lama.


Salah besar jika berpikir metode yang biasa akan berhasil.


Pada kenyataannya, Otoha sudah gagal sejak awal karena hanya fokus pada atraksi.


(Taman hiburan tidak hanya tentang atraksi.)


Itulah mengapa aku sengaja memilih untuk menjadi giliran kedua.


Timing peralihan adalah saat makan siang. Artinya, aku bisa makan siang bersama Kageto. Dan itu bukan makan siang biasa.


Sebenarnya itu hanya sandwich dari gerai makanan di taman, tapi itu menjadi populer berkat sebuah drama romantis yang terkenal.


Makan sandwich yang sama dengan yang ada di drama di bangku di area yang sama menjadi tren di media sosial untuk pasangan kekasih.


[TL\n: FYI sandwich tu sebenarnya makan yang tercipta gara gara bangsawan Ingris yang kecanduan judi, bahkan nama sandwich tu berasal dari nama si bangsawan itu... John Montagu, Earl of Sandwich ke-4. Si Sandwich ini meminta pelayannya untuk memberinya sepotong daging yang ditempatkan di antara dua potong roti. Ini memungkinkannya untuk makan dengan mudah tanpa meninggalkan meja permainannya dan tanpa mengotori tangannya.]


Ya, itulah yang aku rencanakan. Aku akan melakukan ini dengan Kageto. Kageto pasti akan menyadarinya dan berkata, 'Oh, ini sama seperti di drama,' dan kemudian merasakan deg-degan.


Hebat. Betapa sempurnanya rencanaku. Bahkan aku merasa ngeri dengan rencanaku sendiri karena tidak ada celah sama sekali.


Juga, keputusan untuk memilih giliran kedua benar-benar menunjukkan keahlianku.


Dengan giliran kedua, aku bisa memanfaatkan keuntungan makan siang sepenuhnya.


(Maaf, Otoha... Kali ini aku yang menang.)


Jika aku mengundang Kageto makan, kemenangan akan segera diraih.


Rencanaku yang sempurna tidak memiliki celah!


"Kalo begitu ayo kita pergi. Sebenarnya, aku sudah memikirkan tempat makan siang yang populer di SNS di kalangan pasangan..."

 

"Jika begitu, mari kita segera keluar dari fasilitas ini. Di luar, ada truk yang menunggu dengan koki dan bahan serta peralatan dari keluarga Tendou."


"....."


Rencanaku langsung hancur pada langkah pertama.


"O-ojou..?"


"...Kenapa?"


"Eh?"


"...Kenapa ada hal semacam itu yang menunggu?"


"Yah... Maksud saya, jika mempertimbangkan makanan yang layak untuk Ojou, maka begitulah hasilnya..."


Itu memang benar...!


Sangat terampil...! Pelayanku sangat terampil...!


...Tapi, belum saatnya menyerah. Tendou Hoshine.


Bagaimana aku bisa mengatasi situasi sulit ini? Bukankah ini saatnya menunjukkan kemampuanku sebagai putri keluarga Tendou?


"...Begitu. Ngomong-ngomong, apa kamu bisa menghubungi para koki yang menunggu di luar?"


"A-ya. Tentu saja..."


"...Aku ingin berbicara sesuatu dengan mereka. Tolong hubungkan teleponnya."


Untuk saat ini, akh menerima Hp Kageto dan menghubungkannya ke chef yang bersangkutan.


"Hallo. Ini aku."


"Maafkan kami, Ojou..."


Suara koki yang telah melayani keluarga Tendou sejak sebelum aku lahir, terdengar lebih menyesal dari yang pernah kudengar sebelumnya.


"...Kenapa kamu meminta maaf?"


"Kageto menyangkalnya, tapi... Anda berencana untuk berkencan hari ini, kan?"


Betapa cerdasnya koki ini.


"Ya, aku memang berencana begitu."


"Saya juga berpikir begitu, dan berusaha keras untuk menghindar... Tapi, ketika dia harus menghabiskan lima jam menjelaskan pentingnya memberikan makanan yang sesuai untuk kesehatan Ojou, sebagai pelayan keluarga Tendou, saya tidak bisa menolak..."


"Aku minta maaf tentang Kageto-ku..."


Aku tidak mengira mereka akan berbicara selama 5 jam. Aku berharap semangat mereka bisa diarahkan untuk mengurangi ketidaktahuan Kageto.


"Aku minta maaf membuat kalian menunggu. Kalian boleh pulang sekarang. Aku akan memberi tahu ayah dan ibu untuk memberikan tambahan pada gaji kalian bulan ini."


"Tidak apa-apa. Kami hanya berharap kencan anda berjalan dengan baik."


Betapa perhatian koki ini.


Dia sangat terampil bahkan di luar urusan memasak. Aku akan bernegosiasi dengan orang tuaku untuk meningkatkan gaji mereka dan mungkin memberi bonus sementara.


"Koki-koki itu bilang kalo mereka harus pulang segera karena ada urusan mendadak."


"Eh. Tapi saya tidak mendengar tentang hal itu..."


"Mereka bilang kalo kita harus makan di restoran yang ada di fasilitas ini."


"Ah, baiklah..."


Huff. Meskipun ada beberapa kendala, semuanya baik-baik saja.


Setelah melewati rintangan awal, semuanya akan baik-baik saja.


Rencana sempurnaku dimulai dari sini!








POV KAGETO






"Maaf, kami sudah kehabisan stok."


Sayangnya, sandwich yang sudah ditargetkan oleh Ojou sudah habis terjual.


"Gerai ini ada di tempat lain juga, kan? Mungkin ada yang menjual di tempat lain..."


"Ya, betul. Tapi, akibat popularitas drama, gerai-gerai ini sudah habis terjual sejak pagi hari."


Dan sepertinya sandwich ini hanya tersedia di area terbatas, jadi sangat sulit untuk mendapatkannya hari ini.


"Sayang sekali. Ojou, bagaimana kalau kita coba makanan lain yang ada di sini…"


"...."


Sekali lagi, cahaya di mata Ojou menghilang.


Selain itu, tampaknya ada rasa putus asa yang lebih dalam dibandingkan sebelumnya.


Aneh. Sejak sebelum kita sampai di gerai ini, Ojou terlihat sangat yakin akan kemenangannya (meskipun aku tidak tahu kemenangan apa yang dia maksud).


"Rencanaku...yang sempurna…"


Rasa kecewa karena tidak bisa membeli sandwich ini tampaknya sangat mendalam... Apakah Ojou sangat menantikannya?


Kalo di pikir-pikir lagi, Ojou sangat antusias menonton drama yang menampilkan sandwich ini. 


Dia memang selalu menulis catatan saat menonton drama romantis. Jadi, wajar jika dia sangat menantikan sandwich ini dan merasa sangat kecewa karena tidak bisa membelinya.


"Ah, Ojou? Jika anda ingin sandwichnya, saya akan pergi membelioannya..."


"Itu tidak ada artinya…"


"Tak ada artinya? Maksudnya?"


Aku juga menonton drama itu, dan sandwichnya sendiri hanyalah sandwich biasa. 


Memang bahan-bahannya lebih berkualitas dan rasanya lebih baik dibandingkan dengan yang dijual di toko-toko, tapi kurasa kalo itu tidak terlalu istimewa.


...Apa aku melewatkan sesuatu? Aku tidak menonton dengan antusiasme yang saman dengan Ojou. Mungkin aku harus menontonnya lagi setelah pulang.


"...Tidak. Belum. Masih ada harapan!"


Sepertinya Ojou telah keluar dari keadaan terkejut dan kini matanya bersinar penuh semangat, menunjukkan bahwa dia kembali bersemangat.


"Kageto, kita akan berpindah lokasi."


"Baik. Lalu, bagaimana dengan makan siangnya..."


"Kita bisa makan sambil bergerak. Kita beli sesuatu di jalan."


"Tapi, makan sambil berjalan mungkin kurang pantas untuk seorang putri keluarga Tendou..."


"Keluarga Tendou? Gelar putri? Gelar yang tidak ada gunanya itu bisa diberikan pada anjing."


"Ojou!?"


Ini benar-benar tidak pantas. Bahkan untuk makanan anjing pun terlalu mahal. Anjing pun pasti akan kesulitan.


"Sudahlah, Kageto. Ada hal yang lebih penting di dunia ini daripada hal-hal sepele seperti itu."


"Nama keluarga Tendou bukanlah hal yang sepele... Tapi, apa hal penting yang anda maksud itu?"


"Lokasi syuting drama."


"Ojou???"


Memang benar bahwa lokasi syuting drama itu penting... Mungkin. Aku pernah mendengar bahwa beberapa lokasi syuting menjadi populer karena drama tersebut. Ya, itu penting.


Tapi, tapi...


(Apa itu lebih penting daripada nama Tendo?)


Dia mengatakan itu dengan begitu tegas, sehingga malah membuatku bingung.


Ini aneh... Tidak, jika Ojou merasa seperti ini, apa aku yang salah? Hah?


Sambil bingung, aku mengikuti Ojou.


"Ojou, aku akan membeli makan siang, jadi tolong tunggu sebentar. Apa ada yang ingin anda makan?"


"Aku tidak keberatan apa pun saat ini selama kenyang. Yang penting adalah kita harus berpindah tempat terlebih dahulu."


"S-saya mengerti..."


Aku  kemudian membeli hot dog dan minuman dari gerai terdekat, aku berfikir itu terasa agak liar bagi seorang Ojou jika mengatakan apa saja tidak masalah asalkan perut kenyang.  Jujur aku sempat ragu antara hot dog atau churros, tapi memilih hot dog karena mirip dengan sandwich.


"Maaf membuat anda menunggu.”."


"Terima kasih. Ayo cepat pergi."


Ojou membawa hot dog dan minuman sambil berjalan cepat ke depan.


Matanya terbakar karena suatu tujuan dan dia menatap lurus ke depan, tanpa memperhatikan hot dognya, dan saat dia berjalan, dia menggigit roti dengan mulutnya yang kecil...Ternyata cukup cocok untuknya.



Taman hiburan ini terbagi menjadi beberapa area dengan berbagai 'cerita' sebagai tema. Dalam drama, mereka mengaitkan lokasi dengan perasaan para karakter.


Oh, ya. Salah satu adegan terkenal dari drama itu adalah saat Mc dan heroine berkencan di bangku di samping patung kelinci dan jam saku sambil makan sandwich.


......Oh. Aku bisa melihatnya. Patung kelinci dan jam saku. Di sana ada bangku… 


"...Penuh...!?"


Ojou terlihat terkejut.


Di sekitar bangku yang dimaksud, pasangan-pasangan berbondong-bondong berkumpul, berpelukan sambil berfoto dan menikmati kencan mereka.


Ah, jadi inilah alasan kenapa sandwichnya itu habis terjual.


Tapi, meskipun begitu... suasana di sini tidak seperti dalam drama. Justru, keramaian ini membuat suasana romantis yang diharapkan menjadi hancur. Tapi bagi pasangan-pasangan itu, selama mereka bisa berkencan dan berfoto, mungkin itu tidak masalah bagi mereka.


"Apa yang ingin Anda lakukan, Ojou? Kita bisa menunggu giliran, tapi..."


"...Tidak. Lebih baik kita batalkan. Sepertinya suasananya tidak akan cocok..."


Ah... sungguh disayangkan. Ojou terlihat sangat kecewa. 


Sepertinya dia sangat menantikan kunjungan ke lokasi syuting drama ini.




POV OJOU





Semuanya benar-benar di luar perhitungan. Yah sebenarnya, dari awal semuanya tidak berjalan dengan baik.


Seharusnya aku sedang menaiki tangga menuju kemenangan dan kemuliaan, tapi malah tersandung batu dan terguling ke bawah.


Tapi, menyerah belum waktunya, Hoshine Tendou.


Diri seseorang memang akan diuji di saat-saat kritis.


Jika terus-menerus menghitung apa yang hilang dan merasa kecewa, situasinya tidak akan membaik.


Carilah sesuatu yang bisa aku lakukan sekarang. Temukan petunjuk untuk mengatasi situasi ini...!


Setelah mengamati sekeliling, aku melihat pasangan-pasangan yang seharusnya membeli Churro yang ingin kupakai sedang saling menyuapi Churro. Satu adalah Churro plain, yang lainnya mungkin Churro coklat. "Chocolat-nya enak♪ Aku ingin mencoba yang plain juga. Boleh aku cicipi?" "Tentu, ayo," dan seterusnya, mereka saling memberi Churro satu sama lain...


[TL\n: Churro adalah makanan ringan yang berasal dari Spanyol dan Portugal, yang kini populer di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Latin, Filipina, dan Amerika Serikat. Churro adalah adonan goreng yang dibentuk seperti batang panjang dan sering kali ditaburi gula atau gula kayu manis setelah digoreng.]


Ini! Inilah yang aku butuhkan! Jika kami melakukan dengan cara ini, kami bisa melakukannya tanpa terikat pada tempat tertentu! Dan... kita bisa melakukan ciuman tidak langsung secara alami! Betapa sempurnanya strategi ini!


"Hei, Kageto. Boleh aku mencicipi punyamu sedikit? Aku akan memberimu milikku juga."


"Ojou, kita makan hot dog yang sama, kan..."


Aaaaa...! Kenapa aku menyetujui hot dog ini...!?


Jadi, tidak ada kesempatan untuk saling mencicipi! Setidaknya jika choux...jika Churro, aku bisa melakukan saling menyuapi  satu sama lain dengan alasan mencicipi!


Tapi belum saatnya menyerah. Aku harus menemukan alasan untuk mencicipi hot dog ini...


"Terima kasih atas makanannya."


Habis makan…!?


"Ko-kok kamu cepat sekali menghabiskan makanmu?"


"Dalam kasus saya, biasanya saya makan di sela-sela jam pekerjaan saya."


Memang benar. Aku mengerti sekarang.


Tapi tunggu dulu.


Kageto, kamu masih siswa SMA, kan? Apa kau tidak terlalu banyak bekerja? Bukankah tidak apa-apa kalo kamu makan perlahan? Haruskah aku mengajukan keluhan pada ayah? 


Tidak, tidak. Aku perlu mengajukan protes...sepertinya itu memang harus dilakukan...


"Kalau begitu, kamu tidak akan kenyang. Bagaimana kalau aku bagi denganmu?"


"Terima kasih, tapi saya tidak terlalu lapar. Saya menghargai perhatian anda Ojou."


"Kalau begitu, makanlah lebih banyak! Kamu masih anak laki-laki SMA yang sedang dalam masa pertumbuhan!"


"Kenapa anda begitu keras kepala!?"


Ya, aku harus keras kepala! Karena semuanya tidak berjalan dengan baik!


Strategi sempurnaku sudah hancur!


"Jangan pedulikan saya, Ojou. Makanlah dengan tenang."


"(Mengunyah) Kageto. Setelah makan, apa kamu ingin makanan manis?"


"Cepat sekali...! O-Ojou!?"


"Kamu ingin sesuatu yang manis, kan?"


"Ah, ya…"


(Aku tidak akan menyerah begitu saja...! Setidaknya aku akan mencoba 'ah-n'…!)


Masalahnya adalah apa yang harus kami makan? Jangan sampai mengulangi kesalahan seperti hot dog tadi. Aku harus berpikir cepat dan mencari langkah terbaik dengan efisien. Jujur ini adalah tantangan yang sangat sulit...Bahkan lebih sulit daripada mendapatkan nilai sempurna dalam ujian. Faktanya, tes yang memiliki jawaban lebih mudah diselesaikan. Aku berharap seseorang bisa membuat buku panduan   untuk ini. Ah, aku malah memikirkan sesuatu yang aneh. Masalahnya adalah apa yang harus kami makan? Churro tidak mungkin. Tidak, tidak buruk, tapi makan sambil berjalan bisa membuat Kageto menegurku lagi. Dan juga, kesalahan dari gerai. Aku tidak bisa mengulang kesalahan itu lagi. Jadi, restoran adalah pilihan terbaik. Aku yakin ada restoran di dekat sini. Jika aku memesan makanan penutup di sana, Kageto tidak akan mempermasalahkan dan kami bisa makan dengan tenang. Itu keputusan yang tepat. Aku tahu peta taman hiburan ini dengan baik dan juga posisiku. Rute tercepat ke restoran sudah siap. Baiklah. Ini benar-benar sempurna kali ini! (0,002 detik)


"Sekarang, saya merasa otak brilian Anda telah digunakan untuk tujuan yang sangat tidak berguna."


"Tidak ada. Bahkan aku bisa bilang ini adalah penggunaan terbaik yang pernah ada."


Ujian sekolah jauh lebih boros. Aku bisa mengisi semua kolom jawaban dalam 5 menit dan tidak aku bisa bergerak selama sisa waktu itu. Karena itu, aku menghabiskan seluruh sisa waktu ujian untuk merencanakan strategi untuk Kageto. Tapi semua strategi itu gagal, jadi ujian itu boros waktu.


"Kageto. Ayo kita makan makanan penutup di restoran."


Jadi, kami menuju restoran bersama.


Karena waktu yang sibuk, kami harus menunggu sebentar, tapi itu tidak bisa dihindari. Mengingat waktu kembalinya Otoha sesuai kesepakatan awal, ini adalah kerugian, tapi itu masih dalam batas toleransi. Tidak, aku harus memaksakan toleransi. Aku akan mentolerirnya. Aku akan mentolerirnya!


Restoran ini, meskipun secara tampilan mengklaim sebagai restoran, sebenarnya lebih mirip food court. Kamu memesan makanan di konter, lalu mencari tempat duduk yang kosong dan duduk di sana. Setelah makanan siap, kamu pergi ke konter untuk mengambilnya.



Aku lalu memesan makanan penutup yang aku inginkan (tentu saja dengan rasa yang berbeda) dan duduk di tempat yang kosong. 


Setelah banyak berjalan, aku sangat menghargai kesempatan untuk duduk dengan tenang. 


Ah, air dingin ini terasa sangat menenangkan, seolah-olah menghibur dan menenangkan diriku yang terus-menerus menghadapi kegagalan.


"Air ini rasanya sangat enak..."


"Air yang biasanya Ojou minum di rumah pasti kualitasnya jauh lebih tinggi daripada ini."


Memang benar dari segi harga, air di rumahku mungkin lebih mahal, tapi air rumah tidak menghiburku seperti ini.


"Ah, sepertinya pesanan makanan penutup sudah siap."


Sebuah alat di konter bergetar dan berbunyi, memberi tanda bahwa pesanan telah selesai. 


Kageto kemudian segera berdiri untuk mengambilnya.


"Saya akan segera membawanya, jadi Ojou harap tunggu sebentar."


Aku berniat mengikutinya, tapi aku segera menghentikan niat itu. Aku harus memastikan tempat duduk tetap aman.


"Baiklah, tolong ambilkan. Kembalilah segera."


"Dimengerti."


Dengan senyum yang sangat memikat, Kageto meluncur pergi untuk mengambil makanan penutup.


Aku ingin terus melihat Kageto, tapi segera ia menghilang di kerumunan.


Saat menunggu Kageto kembali, aku menutup mata dan mendengarkan sekeliling. Aku tidak berharap akan menemukan sesuatu yang menarik. Ini adalah bagian dari penelitianku—mendengarkan percakapan pasangan dan keluarga untuk referensi dalam merencanakan strategi terhadap Kagehito. Meskipun sejauh ini belum berhasil.


Aku bangga dengan kepekaan pendengaranku. Aku tidak hanya bisa mendengar dengan baik, tetapi juga bisa membedakan suara. 


Bahkan suara bayi yang menangis dan percakapan sekitarnya bisa aku bedakan dengan jelas. Aku bahkan bisa menebak jenis kelamin bayi hanya dari tangisan tersebut.


[TL\n: nih buat yg mau bedain jenis kelamin bayi hanya dengan suaranya, suara tangisan bayi cewek lebih nyaring dari suara bayi cowok.]


Sebenarnya, tidak hanya telinga, mata dan penciumanku juga tajam. Bahkan bentuk tubuhku juga baik. Aku memiliki bentuk tubuh yang proporsi dan sempurna, itulah diriku. 


Aku sadar bahwa penampilanku disukai oleh kebanyakan pria.


Mungkin karena aku terlalu unggul, aku merasa sedikit tidak nyaman. Meskipun itu masalah bagiku, aku adalah Hoshine Tendou. Yah itu tidak bisa dihindari.


...Meskipun begitu, Kageto tidak pernah menyadari perasaanku sama sekali.


"—Sudah lama sekali aku tidak berada di tengah-tengah waktu yang lama!"


Saat aku menghela nafas pada diriku sendiri, aku mendengar teriakan tidak menyenangkan datang dari kursi terdekat.


"Uwe, uwe, uwe"


"Anak kecil itu terus menangis! Menyebalkan sekali!"


"Maaf...maaf...!"


Sepertinya terjadi masalah. Orang-orang yang terganggu adalah mahasiswa sekitar dua atau tiga orang dengan tubuh besar, tingginya sekitar 183 cm (ini hanya perkiraan, dan karena orang lain sedang duduk, mungkin ada kesalahan beberapa milimeter).


"Jangan bawa anak ke tempat seperti ini! Itu mengganggu orang lain!"


"Kami akan segera pergi...maaf..."


Ayah dari bayi tampaknya adalah orang yang lemah lembut, Pria itu, yang berusia di atas 30 tahun-an, ia terus-menerus membungkuk dan meminta maaf pada para mahasiswa itu.


Para mahasiswa itu terlihat puas dengan keunggulan mereka, tapi bagiku, ayah bayi tersebut lebih terhormat karena bisa menahan penghinaan untuk melindungi hal yang penting.


"Betapa malunya, pria tua. Kamu kan laki-laki, bukan?"


"Terus membungkuk seperti itu, tidak malu?"


"Hei, anak kecil. Jangan jadi pria yang memalukan seperti papamu di masa depan, ya? Haha!"


Komentar tersebut jelas ditujukan pada anak kecil dan sangat kejam.


"Bisakah kalian diam sebentar?"


Suasana sekitar sepertinya hening sejenak. Atau memang menjadi tenang.


Secara kebetulan, bayi juga berhenti menangis.


Mungkin bayi itu berhenti menangis karena aku meninggalkan tempat dudukku untuk melihatnya dan membuatnya terkesan.


"...Eh?"


"Hei, kamu bilang itu pada kami?"


"Tentu saja, tidak ada yang lain. Sungguh menjijikkan jika manusia kotor seperti kalian tidak berpikir sama sekali."


"Wow, berani sekali kamu bilang begitu."


Tiga mahasiswa itu berdiri dan menghadapiku dengan sikap intimidasi.


Itu adalah sikap seseorang yang sangat memahami ukuran tubuh mereka.


"Jadi? Kamu ada masalah dengan kami?"


"Tentu saja. Bayi menangis itu sudah jadi hal biasa. Mungkin mengganggu bagi kalian, tapi tidak seharusnya kalian mengancam seperti itu."


"Kamu... jangan sok berani."


"Oh, tidak seberani kamu."


Mereka bau alkohol dan tampaknya mereka sangat mabuk. Seharusnya tidak ada alkohol di sini. Mungkin mereka membawanya secara diam-diam. Aku harus memberi tahu agar pemeriksaan bawaan diperketat.




"Apakah kamu pikir aku tidak akan memukulmu hanya karena kamu seorang wanita?!"


Sebuah tinju besar melayang menuju ke arahku. Namun, tinju itu tidak pernah sampai ke tujuannya.


Sebelum itu terjadi—tangan Kageto sudah menangkap dan mengencangkan lengan yang akan memukul dengan kekuatan seperti pelat logam.


"Sepertinya saya sudah meminta anda untuk menunggu."


"Ya, aku sudah menunggu. Itu sebabnya aku bertindak seperti ini, bukan?"


"Rasa nakal memang boleh, tapi saya juga tidak suka jika tindakan anda yang bergantung pada saya."


"Itu tidak mungkin. Aku selalu bergantung padamu. Lagipula... apa orang itu baik-baik saja?"


Pria yang lengan nya ditangkap oleh Kageto terlihat pucat dan terus-menerus membuka mulutnya.


Rasa sakitnya mungkin lebih dari sekadar tidak nyaman. Mungkin saja dia kehilangan rasa di lengannya.


"Ini adalah pembelaan diri."


Meskipun Kageto tersenyum cerah, jelas dia sedang marah.


"Apa-apaan ini?!"


"Brengsek!"


Dua pria lainnya mencoba menyerang Kageto. Melakukan kekerasan di depan umum seperti ini menunjukkan betapa mereka tidak peka terhadap lingkungan sekitar.


Kageto, dengan ekspresi tenang, menjatuhkan salah satu dari mereka ke tanah dan mengeluarkan sendi bahu pria lainnya. 


Semua ini terjadi dengan begitu cepat sehingga sepertinya dua penyerang itu sendiri yang terjatuh.


"Kalau begitu, saya akan berbicara dengan mereka di luar toko."


"Baiklah."


"Jangan khawatir. Saya akan menangani ini secara rahasia agar nama keluarga kami tidak tercemar."


Kageto tersenyum cerah, lalu mengangkat ketiga mahasiswa itu dengan mudah dan membawanya keluar dari toko.


"Ah, terima kasih..."


Ayah dari keluarga yang tersisa membungkuk dengan hormat kepadaku.


"Selamat bersenang-senang dan buatlah kenangan yang menyenangkan."


Aku meninggalkan kata-kata yang diperlukan dan mengikuti Kageto keluar dari toko.


Memang, aku tidak sempat makan makanan penutup, tapi itu tidak bisa dihindari. Aku tidak bisa berpura-pura tidak melihat kejadian itu dan membiarkannya berlalu begitu saja.


Saat aku keluar, Kageto sudah menunggu di luar setelah menyelesaikan urusan tersebut.


"Kageto, ayo kita makan makanan penutup kali ini."


Meski jadwal kami berubah sedikit, tapi tujuan kami tetap sama.


Masih ada waktu, dan kami bisa makan makanan penutup di tempat lain. Dan kali ini, aku pasti akan melakukan 'Aa-n' dengan Kageto.


Tapi, pikiranku langsung berubah...


"Benar-benar... tidak bisa dimaafkan, Ojou."


"Ah..."


30 menit kemudian.


Aku berada di sebuah kamar hotel dekat sini, terpojok di dinding oleh Kageto.




Setelah keributan di toko, aku benar-benar berniat untuk makan makanan penutup kali ini.


Lagipula, aku belum sempat melakukan 'Aa-n' dan suasananya juga belum manis.


"Ojou."


"Hah? A-apa...?"


Namun, tiba-tiba Kageto menggenggam tanganku dan membawaku pergi.


"K-kita akan pergi ke mana...?"


"....."


Meskipun aku bertanya, dia tetap tidak menjawab. Aku hanya mengikutinya tanpa berkata apapun, dan tanpa terasa kami sudah keluar dari taman hiburan. 


Kageto terus berjalan tanpa henti. Ketika aku mengikuti dengan diam-diam, ternyata...


(H-hotel...!?)


Kageto membawaku masuk ke hotel yang bekerja sama dengan taman hiburan tersebut tanpa ragu-ragu. 


Dia lalu segera menyewa kamar termahal yang bisa diakses secara mendadak dan dia membawaku ke sana tanpa memberi penjelasan.


"A-apa... Kageto? Kenapa kita ke hotel...?"


"....."


Aku mencoba bertanya lagi di dalam lift, tapi sekali lagilagi aku masih tidak mendapat jawaban.


Akhirnya, aku hanya bisa diam. Sebenarnya, aku sangat gugup dengan sikap Kageto yang begitu memaksa.


...Hotel. Hotel adalah tempat menginap, kan? Tempat untuk menyewa kamar dan tidur.


Tapi tinggal dalam satu kamar dengan lawan jenis... itu artinya... Tidak apa-apa, kan? Meskipun aku tidak mengharapkannya, aku selalu siap. Aku selalu mempersiapkan pakaian dalam dengan baik.


(...Tidak. Tunggu sebentar.)


Ayo kita tenang dulu. Meskipun aku merasa gelisah, aku harus berpikir jernih.


Mengingat pola yang terjadi sebelumnya. Berapa kali saya terbawa suasana seperti ini dan semuanya cuma ekspektasi ku?


Aku adalah Hoshine Tendou. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama berulang kali.


...Mungkin, hanya sedikit sekali. Ya, mungkin ada sedikit kesalahan yang sama di masa lalu. Tapi itu sudah berlalu.


(Pasti ini hanya kesalahpahaman. Tapi, kenapa Kageto membawaku ke hotel?)


Aku kemudian memikirkan berbagai kemungkinan  di kepala ku dan membuat daftar hal-hal yang terlintas dalam pikiran ku.


Hipotesis pertama: Mengistirahatkan aku setelah berjalan-jalan.


...Hmm. Itu tidak sepenuhnya tidak mungkin. Tapi, apakah dia harus membawa ku ke hotel? aku bersusah payah membawanya ke hotel? Beristirahat di bangku sekitar sana saja sudah cukup. Meskipun kita tidak dapat menggunakan restoran sebelumnya, tapi kita bisa beristirahat di restoran lain. Jadi hipotesis ini ditolak.


Hipotesis kedua: Untuk makan.


...Ini juga mungkin. Hotel ini memiliki restoran. Tapi jika itu tujuannya, kenapa dia tidak menjelaskan? Dia tidak perlu memaksaku ke hotel seperti ini.... Bahkan sekarang, liftnya sudah melewati lantai dimana restoran itu berada. Jadi hipotesis ini juga ditolak.


Hipotesis ketiga: Untuk melakukan apa yang dilakukan pria dan wanita di tempat tidur bersamaku.


...Sama sekali tidak mungkin. Tidak mungkin. Bahkan hanya memikirkannya membuatku merasa sedih.



Pada akhirnya, lift berhenti dan Kageto membawaku ke kamar di lantai atas hotel.


Aku merasa canggung di dalam kamar, sebenarnya aku hanya merasa terlalu gugup untuk melakukan apa pun. 


Karena ini sangat berbeda dari situasi sebelumnya.


Berbeda dengan sendirian di sebuah kamar di mansion. ...TIDAK. Meskipun merupakan sebuah peristiwa dimana kami tidur di ranjang yang sama dengan mengenakan baju tidur. Yah .ari kita kesampingkan hal itu dulu. Tidak ada apa-apa.


Tapi kali ini, dibawa ke kamar hotel adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.


...Ah, tidak. Setelah aku tenang, aku semakin gugup.


"Ojou."


"A-apa...?"


"Silakan lepas pakaianmu."


"Eh...?"


Aku tidak bisa percaya dengan apa yang kudengar dan secara spontan bertanya kembali.


"Eh, Kageto? Apa yang...?"


"Ya, lepas pakaianmu."


"Pakaian... maksudmu?"


"Pakaian."


"Fu-!?"


Aku salah dengar. Sebenarnya, tidak ada salahnya jika aku merasa bingung.


"Jadi, aku harus melepas pakaian!?".


"Benar."


"Kenapa!?"


"Tidak ada alasan khusus. Pokoknya, lepaskan."


"Ah, ah..."


Tidak ada harapan. Kepalaku tidak berfungsi dengan baik. Ini tidak mungkin terjadi. Kageto membawaku ke hotel dan memintaku untuk melepas pakaianku... ini pasti mimpi. Ini pasti mimpi. Karena ini terlalu nyaman untukku...!


"Berapa lama lagi kau akan memakai pakaian itu?"


Kageto melangkah mendekat.


Aku secara otomatis melangkah mundur.


Tapi Kageto tidak berhenti. Aku semakin terpojok di dinding...


"Benar-benar... tidak bisa dimaafkan, Ojou."


"Ah..."


Mungkin untuk memastikan aku tidak bisa melarikan diri, Kageto menempelkan tangannya di dinding.


Tidak ada jalan keluar. ...Ugh atau Apa aku lebih suka melarikan diri dari situasi ini? Tidak, itu tidak boleh. Ah, tapi ini sangat menegangkan. Meskipun aku sepenuhnya siap, aku tidak menyangka akan ada situasi seperti ini begitu tiba-tiba.


"Saya ingin Ojou melepas pakaian itu secepat mungkin. Jika memungkinkan, saya ingin melepasnya dengan tangan saya sendiri."


"...A-aku mengerti, tapi... tapi..."


"Tapi?"


"Ah, kakiku bergetar... aku tidak bisa berjalan sendiri..."


Aku merasa seperti akan roboh. Bukannya karena aku takut, tapi karena aku terlalu gugup.


Detak jantungku mungkin saja bisa terdengar oleh Kageto.


Mukaku pasti merah sekali. Rasanya sangat panas.


Aku tidak mungkin berjalan ke tempat tidur dengan kakiku sendiri.


"Baiklah."


Kageto tersenyum padaku dan berbisik di telingaku.


"Tapi, tolong lepaskan pakaian anda sendiri."


"....Kagehito apa kamu tidak akan melepaskannya?"


"Tentu saja saya tidak akan melakukan itu. Silakan lepaskan sendiri."


Kulepaskan sendiri, maksudnya, dia ingin memperhatikan aku dengan malu-malu saat aku melepas pakaianku, mungkin karena itu adalah hobi atau semacamnya.


"Jadi, itu hobi mu ya...?"


"Hobi?"


Kageto tampaknya bingung, tapi mungkin dia tipe orang yang memperhatikan situasi.


"Baiklah, aku akan membawamu."


"Ah..."


Saat dia mengatakan itu, Kageto mengangkatku dengan mudah dan mulai berjalan.


"......"


Aku tidak bisa menahan diri dan menutup mataku. Aku terlalu gugup dan malu hingga aku tidak bisa menatap wajah Kageto secara langsung. Aku hanya bisa pasrah. Tapi, itu baik. Jadi tidak papa.


Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi hari ini. Tapi aku sudah siap. Aku yakin aku bisa menghadapinya.


"Silakan buka matamu, Ojou."


"Mm..."


Aku membuka mataku. Cahaya lampu masuk ke mataku, dan ruangan terbuka...


"...Kamar mandi?"


Tempat dimana aku digendong bak seorang putri bukanlah di tempat tidur, melainkan di kamar mandi..


Ketika aku bingung, Kageto dengan lembut menurunkanku.


"Ah,eh...Kageto?"


"Setelah anda melepas pakaian anda, tolong masukkan ke dalam tas ini."


"Eh..."


"Di sana ada jubah mandi untuk diganti."


"Y-ya..."


Setelah mengatakan itu, Kageto keluar dari kamar mandi.


...Kenapa kamar mandi?


Saat aku ditinggal sendirian, sebuah tanda tanya muncul di kepalaku. Tapi aku langsung tersadar.


"Ah,ternyata begitu... aku harus mandi dulu..."


Kageto pasti ingin mengikuti urutan yang tepat. Aku juga senang bisa membersihkan diriku terlebih dahulu. Aku sudah banyak berjalan hari ini jadi aku sangat berkeringat.



Setelah mandi, aku mengenakan jubah mandi dengan tangan bergetar dan berjalan menuju Kageto yang sedang duduk di tempat tidur.


"Eh, Kageto... aku sudah mandi..."


"Begitu?"


Kageto berdiri dari tempat tidur dan mendekat ke arahku— 


"....."


Aku menutup mataku tanpa sadar... Ah, aku pasti akan di gendong dan dibawa ke tempat tidur. Setelah itu, Kageto mendorongnya ke bawah dan melakukan apapun yang dia inginkan, lalu aku akan naik ke tangga kedewasaan, memiliki lima anak. Dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Aku yakin anak laki-laki pasti akan mirip Kageto, mereka pasti akan jadi tampan, dan pasti disukai oleh anak-anak perempuan, sedangkan anak perempuan mungkin akan penuh percaya diri, mirip denganku. Pada hari libur, aku ingin pergi keluar bersama semua orang, dan aku ingin menceritakan kisah cintaku pada mereka. Tapi sebelum itu, kami harus berkencan sebagai pasangan. Setelah itu, pernikahan... eh? Sepertinya urutannya terbalik... hmm. Tapi, sepertinya urutannya tidak masalah lagi. Yang penting adalah kenyataan. Selama kenyataan ada, semuanya akan baik-baik saja. Lagi pula, aku adalah Hoshine Tendou, putri keluarga Tendou. Aku punya banyak uang. Yang harus ku lakukan tinggal menggunakan kekuatan finansial ku yang luar biasa untuk menyingkirkan segala sesuatu yang menghalangi jalan kami.


"Ojou."


"Ah. Eh, Kageto, aku ingin anak laki-laki terlebih dahulu—"


"Pakaian ini akan segera dibuang dan kami akan menyiapkan yang baru."


"Eh?"


"Jangan khawatir. Pakaian ini juga akan kami siapkan lagi persis seperti ini nanti."


"Eh, Kageto?"


"Ada apa?"


"....Hanya itu saja?"


"...Ah, jangan khawatir. Pakaian pengganti yang akan kami siapkan tidak akan mengurangi keindahan dan kelas Anda."


"Itu bukan maksudku."


Aku merasa pemikiran kita tidak cocok satu sama lain.


...Ayo tenang. Saat seperti ini, sebaiknya mulai dari awal dan urai masalahnya.


Apa yang menyebabkan situasi ini? Hmm... Benar, mulai dari dibawa ke hotel secara tiba-tiba.


"Hei... Sebenarnya, kenapa kamu membawaku ke hotel?"


"Aku ingin Anda berganti pakaian."


"...Berganti pakaian? Hanya untuk berganti pakaian kamu membawaku ke hotel?"


"Benar, hanya untuk berganti pakaian."


"Jadi tidak ada hal lain?"


"Hal lain?"


"......"


Aku tidak bisa menahan diri dan  aku jatuh berlutut.


Semua ketegangan dan kegugupan yang kumiliki seketika hancur seperti pasir.





 POV KAGETO





"Berganti pakaian... hanya berganti pakaian... Jadi, aku ini seorang yang merasa terangsang hanya dengan berganti pakaian?"


Dengan tatapan kosong, Ojou jatuh  berlutut.


Mungkin karena dia sudah terlalu lelah setelah banyak berjalan hari ini. Pada akhirnya, Ojou bahkan belum makan makanan penutup. 


Begitu pakaian pengganti yang dipesan tiba, kami harus segera pergi ke restoran hotel. Pasti ada hidangan yang lebih sesuai dengan Ojou daripada yang ada di taman hiburan.


"....."


Aku memandang pakaian Ojou yang ada di dalam tas.


Satu hal yang terlintas dalam pikiran adalah kejadian di restoran taman hiburan. Ini adalah gambaran Ojou yang berdiri tegap dan tegas di depan para mahasiswa yang mabuk.


...Sejujurnya, aku bisa mencium banyak alkohol hanya dengan berada dekat dengannya dan memegang lengannya.

 

Aku tidak bisa memaafkan orang-orang itu karena berada tepat di depan Ojou-ku, dan pemikiran bahwa bau alkohol mereka mungkin telah menodai rambut dan pakaian indahnya sudah membuat perutku mendidih. Aku tidak ingin Ojou memakai pakaian ini lagi.


"...Sepertinya aku terlalu protektif."


Aku sendiri mengetahuinya. Ini hanya sikap protektif yang berlebihan. ...TIDAK. Apa itu salah? Aku ingin tahu apa itu lebih ke posesif daripada terlalu protektif..


"Memalukan sekali..."


Aku bertanya-tanya, dengan posisi apa aku berani merasa posesif seperti ini?


Aku hanya seorang pelayan, dan dia adalah majikanku.


Aku bertanya-tanya apa hakku untuk merasa begitu egois dan posesif seperti ini? Ini sangat tidak sopan pada majikanku.


"...."


Aku mulai bertanya-tanya.


Apa ini benar?


Jika aku bersikap terlalu protektif, bukankah aku akan menghalangi Ojou?


Mungkin aku menghambat pertumbuhan dan pengalaman Ojou. Kalau dipikir-pikir lagi, mungkin alasan dia tidak punya banyak teman sampai Otoha-san muncul adalah karena aku selalu berada di dekat Ojou. Aku hanya memikirkan bagaimana aku mendukungnya, dan mungkin aku tidak melihat jauh ke depan.


"...Mungkin aku perlu memikirkan ini lebih dalam."


Sejujurnya, aku tidak pernah menyangka kalo aku memiliki rasa depresi yang begitu besar. Aku juga tidak pernah berpikir kalo aku bisa merasa posesif pada Ojou. 


Belakangan ini, aku mengenal diriku yang belum pernah kuketahui sebelumnya, tapi apa ini benar-benar baik untuknya?


"Berarti aku masih banyak belajar."




Setelah pakaian pengganti tiba dan kami keluar dari hotel bersama-sama, malam sudah mulai gelap. Otoha-san yang baru kembali dari urusannya juga bergabung dengan kami, dan akhirnya kami bertiga bisa melakukan kegiatan yang telah direncanakan. 


Tapi sayangnya, waktu untuk bersenang-senang hampir tidak ada.


"...."


"...."


Yang paling mencolok adalah, baik Ojou maupun Otoha-san, keduanya tampak sangat depresi.


Ketika aku mencoba berbicara pada mereka, tanggapan yang mereka berikan sangat minim dan tattapan mereka tampak tidak fokus.


"'Hah......'"


Meskipun jelas ada sesuatu yang membuat mereka sedih, entah kenapa napas mereka berirama sama. Bahkan, mereka meghela  nafas mereka serempak.


"Ah, maaf... apakah ada sesuatu yang terjadi?"


"'Sebaliknya, tidak ada apa-apa..."'


"Tapi, parade akan segera dimulai. Katanya juga akan ada kembang api."


"'Oh..."'


Tidak, tidak...! Ini tidak bagus...! Keduanya memiliki mata ikan mati...!


Apa pun yang kukatakan atau tanyakan merka tidak memberikan respons yang berarti. Mungkin aku perlu memantau keadaan mereka untuk sementara.


Parade dan kembang api adalah acara terbesar di taman hiburan ini.


Kuharap semoga mereka bisa sedikit terhibur dan kembali bersemangat...









POV OJOU





Jalan utama dipenuhi dengan parade meriah yang dihiasi dengan karakter-karakter yang bercahaya LED, sementara di langit malam, kembang api berwarna-warni mekar dengan indah.


...Ya, aku bahkan terkejut betapa kurangnya semangatku saat ini.


"....."


Di sampingku, Otoha juga tampak melamun menatap langit malam, reaksinya sangat minim.


Meskipun Otoha bukanlah orang yang mudah menunjukkan emosinya, saat ini dia benar-benar tampak kosong. Matanya bahkan tampak mati.


"...Hoshine, matamu terlihat seperti mata ikan mati."


"Kau juga..."


"...Yah aku juga menyadari itu."


"Tentu saja."


Oh, indah sekali... kembang api dan paradenya. Aku yakin itu akan sangat indah jika semuanya berjalan dengan baik... tapi bagiku dan Otoha saat ini, keindahan yang berkilauan itu terlalu kejam...


"Kali ini sepertinya kita seri..."


"...Lebih tepatnya, kita jatuh bersama."


"Aku berusaha untuk tidak mengatakan itu..."


Kencan hari ini, dalam hati aku berpikir bahwa itu adalah kompetisi dengan Otoha. Ku pikir mungkin hal yang sama juga terjadi pada Otoha. tapi saat ini kami salah.


Bisa dibilang, ini adalah pertandingan melawan  Kageto...


Begitu kami tidak melihat apa yang seharusnya kami lihat, kekalahan kami sudah pasti.

 

""Haaa...""









2 Komentar

  1. Kasihan wkwkwkwk udah berusaha kena kesalahpahaman kageto dan berakhir menjadi ikan mati wkwkwkw🤣🤣😂

    BalasHapus

نموذج الاتصال