> CHAPTER 5

CHAPTER 5

 Kamu saat ini sedang membaca   Inkya no ore ga Sekigae de Skyubishojo ni kakomaretara Himitsu no kankei ga hajimatta    volume 1,  chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

KENCAN DI RUMAH YANG PENUH KEJUTAN



──Senin.


Seperti biasa, aku tiba lebih awal di sekolah dan duduk di bangkuku sambil membaca light novel... 


Tapi—


"Ryota, Ryota~! Untuk pemungutan suara festival budaya, kau pilih apa?"


"Pemungutan suara festival budaya?"


Aku tanpa sadar mengulanginya karena mendengar istilah yang asing bagiku.


"Yuria, anggota panitia festival budaya, bilang kalo kita akan memutuskan kegiatan festival pada hari Senin, kan?"


Kalo dipikir-pikir, aku mendengar hal seperti itu di HR pada hari Jumat.


"Kita akan memilih antara membuka kafe atau mengadakan pertunjukan drama. Keputusan akan diambil berdasarkan suara terbanyak. Airi lebih suka kafe!"


"Ka-kafe...?"


Membayangkan Umiyama... dengan seragam maid...


Saat membayangkan payudara besar Umiyama yang sedikit terlihat dari kostum maid-nya, aku tanpa sadar menyeringai karena terlalu ingin dilayani olehnya.


"Hei, Ryota? Kenapa kau senyum-senyum sendiri begitu?"


"...Kafe dengan daya tarik tertentu sepertinya ide yang bagus."


"Hah?"


Saat Umiyama merasa kebingungan, Yuria dan Kuroki masuk ke dalam kelas bersama.


Umiyama segera menghadap ke depan dan mulai berbicara dengan mereka berdua.


"Yuria dan Rui-chan, selamat pagi!"


"Selamat pagi, Airi... Hei, apa tadi yang kau berbicara dengan Izumiya?"


"Eh? Aku cuma minta Ryota untuk memilih kafe saat pemungutan suara festival budaya, kok."


".....Ya, pasti begitu."


Yuria melirik ke arahku sekilas, lalu duduk di kursinya yang berada di sebelah kiriku.


Seperti yang kuduga, di depan 2 orang ini, Yuria selalu bersikap dingin... Padahal kemarin, dia menikmati kencan film denganku.


Saat aku melirik Yuria dari ekor mataku, Kuroki tiba-tiba berhenti di depan mejaku.


"Fufu, jadi pada akhirnya, Ryota-kun kau akan memilih apa, drama atau kafe?"


" "Ryo— Ryota-kun!?" "


Panggilan 'Ryota-kun' dari Kuroki langsung membuat Umiyama dan Yuria bereaksi bersamaan.


Di saat yang sama, Kuroki Rui membasahi bibirnya dengan lidahnya sambil tersenyum tanpa rasa takut.


Ku...Kuroki sialan! Ini pasti akan menjadi hal yang merepotkan!!


" "......." "


Panggilan 'Ryota-kun' dari Kuroki membuat tatapan dingin menusukku dari depan, tempat Umiyama duduk, dan dari kiri, tempat Yuria berada.


Tidak heran kalo tatapan mereka terasa menusuk.


Aku secara tidak sengaja terlibat dengan ke-3 gadis cantik ini karena mengetahui rahasia masing-masing dari mereka. Tapi, aku tidak diizinkan untuk mengungkapkan rahasia itu kepada yang lain.


Karena itulah, mereka ber-3 tidak tahu kalk aku berbagi 'rahasia' dengan yang lainnya dan menjadi sedikit lebih dekat dengan masing-masing dari mereka.


Tapi sekarang, Kuroki tiba-tiba memanggilku dengan nama depanku, untuk 2 orang lainnya, ini adalah kejadian yang sangat mencurigakan.


Sebelumnya, saat Umiyama pernah secara tidak sengaja memanggilku 'Ryota', suasananya juga jadi seperti ini.


Wajar saja kalo mereka curiga... Situasi ini benar-benar buruk.


"Hei, kenapa Rui-chan juga memanggilnya Ryota? Rui-chan dan Ryota kan bahkan tidak pernah ngobrol sekali pun saat SMP?"


"Itu memang benar, tapi karena Airi juga memanggilnya Ryota, jadi aku memutuskan untuk memanggilnya begitu juga. Selain itu, menurut ku Ryota-kun akan menjadi bingung ketika semua orang yang duduk di sebelahnya memanggilnya dengan nama yang berbeda, jadi kupikir akan lebih baik seperti itu."


Seperti yang diharapkan dari gadis jenius nan berbakat... Dia bisa mengeluarkan alasan dengan lancar tanpa ragu sedikit pun.


Sejauh ini, ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda terguncang, sampai-sampai aku hampir percaya kalo itu benar... Tapi hanya aku yang tahu kalo dia 'sengaja' memanggilku seperti itu.


Pasti Kuroki sengaja melakukan ini supaya dia bisa memanggilku dengan nama depanku bahkan di depan semua orang.


Kecerdasan semacam ini adalah salah satu hal yang membuat Kuroki luar biasa... Dia seorang perfeksionis, jadi tidak ada yang bisa luput dari perhatiannya.


"Begitu. Yuria, kau juga harus memanggil Ryota-kun dengan 'Ryota'."


"Eh? A-aku?"


"Ayo, ayo."


Didorong oleh Kuroki, Yuria menoleh ke arahku.


"Kalo begitu... R-Ryota..."


Yuria memanggil namaku dengan bibirnya sedikit cemberut.


Dari caranya yang sengaja menunjukkan ketidakterbiasaan itu, aku merasa dia juga sedikit licik.


Tapi, dengan cara ini, aku akhirnya dipanggil 'Ryota' oleh mereka bertiga secara rutin (tidak hanya secara pribadi).


"Baiklah, kembali ke topik, Ryota-kun, kau akan memilih yang mana? Teater atau kafe?"


"Eh? A-aku..."


Kuroki secara alami mencoba memasukkan aku ke dalam percakapan kelompok gadis-gadis cantik yang berada di puncak hierarki kelas.


"Untuk sementara, karena diminta oleh Umiyama, aku berpikir untuk memilih kafe."


"Oh, kafe, ya? Jadi kalian tadi benar-benar membicarakan festival budaya, ya, Airi?"


"I-iya! Duh, Rui-chan, jangan meragukan aku begitu!"


Sepertinya Kuroki mencurigai hubungan antara aku dan Umiyama.


Yah, itu wajar saja. Aku dan Umiyama sering terlihat berdua, bukan hanya di kantin sekolah, tapi juga di Starbucks, jadi tidak aneh kalo orang-orang mencurigai kami tentang berbagai hal...


"Airi dan Ryota juga memilih kafe, ya? Yuria memang anggota panitia pelaksana, tapi sebelumnya kau sempat bilang kalo kau lebih suka drama, kan?"


"U-umm... Yah, soalnya kalo memilih kafe, prosedur untuk makanan dan minuman itu merepotkan... Dan yang lebih parah, inspeksinya itu... menjijikkan, atau bagaimana ya..."


Inspeksi... Maksudnya pasti itu, kan?


Aku menahan diri untuk tidak membiarkan pikiranku melantur ke hal aneh, tapi memang benar, mengumpulkan itu adalah tugas panitia, dan dari sudut pandang Yuria, tentu saja hal itu tidak menyenangkan.


"Lalu, bagaimana denganmu, Rui?"


"Aku? Hmm, aku masih bingung sih."


Kuroki menatapku dari samping sambil mengatakan itu.


A-apa maksud tatapan itu...?


Saat aku balas menatapnya, dia malah tersenyum kecil, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke Yuria.


"Mungkin aku akan memilih drama demi Yuria."


"Eh! Rui-chan, pilih kafe saja! Kita bisa jadi maid bersama!"


"Eeh? Tapi aku tidak secantik Yuria atau Airi, jadi rasanya kurang cocok..."


Sambil terus menatap ke arahku, Kuroki berbicara.


Jangan-jangan Kuroki tahu kalo pikiranku sedang dipenuhi hal-hal yang tidak pantas tentang payudara besar Umiyama dan paha Yuria...?


Tapi tetap saja, seorang gadis secantik Kuroki yang mengatakan dirinya tidak imut hanya terdengar seperti ironi semata.


"Tidak, tidak. Kalo Rui tidak imut, maka kami semua para gadis ini bahkan lebih tidak berarti."


"Fufu~ ada apa, Yuria? Kau sedang memujiku?"


Kuroki mendekati Yuria, lalu dengan tangan kirinya yang indah, dia mengangkat dagu Yuria dengan lembut.


"Dipujii oleh seorang gyaru modis sepertimu membuatku jadi malu~"


"Bukan begitu, aku hanya menyatakan fakta."


"Hei, Ryota, Ryota~! Bagaimana kalo kita memilih drama saja?"


"Apa maksudmu, Umiyama? Bukankah kita akan membuka... kafe, kan?"


"Hmm... Kalo Yuria, sang panitia pelaksana, bilang drama lebih mudah, mungkin kita bisa memilih itu. Lagi pula, Airi juga tidak keberatan."


"...Begitu, ya. Baiklah, aku ikut saja."


Drama... ya.


Bagaimanapun juga, pemeran utama perempuan pasti akan jatuh ke tangan Kuroki. Sementara itu, aku, yang seorang yinkya yang tidak menonjol, hanya akan menjadi petugas serabutan.


Pemeran utama perempuan adalah Kuroki...


Entah kenapa, aku merasa firasat buruk tentang ini... atau mungkin aku yang hanya overthinking?


★★★


Karena jam pelajaran kedua adalah sesi belajar mandiri tentang masyarakat modern, kami memutuskan untuk mendiskusikan apa yang akan dilakukan kelas untuk festival budaya.


Perwakilan eksekutif dari pihak perempuan adalah Ichinose Yuria, gadis paling populer di sekolah.


Sementara itu, perwakilan eksekutif dari pihak laki-laki adalah Hino Yamato, seorang pria tampan dengan kepribadian ceria dan kepemimpinan yang kuat.


"Baiklah, hari ini kita lanjut membahas festival budaya! Dalam diskusi sebelumnya, kita sudah mempersempit pilihan menjadi drama atau kafe. Kalian semua sudah memikirkan apa yang akan kalian pilih selama akhir pekan, kan?"


Dengan kemampuan bicaranya yang luar biasa, Hino dengan lancar memimpin diskusi.


Taoi, Yuria yang tidak suka berbicara dengan laki-laki tetap diam dan hanya menuliskan poin-poin di papan tulis untuk mendukung jalannya diskusi.


Bahkan terhadap Hino, Yuria belum membuka hatinya.


Kalo dipikir-pikir, mungkin aku cukup hebat...


Dari segi wajah, tinggi badan, maupun keterampilan sosial, aku jauh di bawah Hino, satu-satunya hal di mana aku bisa mengalahkannya hanyalah dalam hal akademik.


Tapi, hanya pintar dalam belajar hanya akan membuatku menjadi 'si kutu buku' dan hampir mustahil bisa berada di atas kasta sosial para yokya di kelas.


Aku yang seorang otaku-yinkya dan selalu berada di dasar kasta kelas... Tapi, aku yakin kalo saat ini, aku berada di tingkat yang lebih tinggi dibandingkan para yokya itu.


Semua ini berkat pergantian tempat duduk yang membuatku lebih dekat dengan Yuria, Umiyama, dan Kuroki.


Belum lama ini, aku masih merasa canggung terhadap ke-3 orang itu, tapi setelah berbagi rahasia, kami menjadi lebih dekat.


Pada awalnya, aku membenci pergantian tempat duduk, tapi mungkin ini bisa dikatakan sebagai keberuntungan dalam ketidakberuntungan.


"Baiklah, aku akan membagikan kertasnya, jadi tulislah pilihan kalian."


Saat aku sedang tenggelam dalam perasaan superior dan tersenyum kecil, tanpa kusadari, proses pemungutan suara telah dimulai.


"Ini, Ryota. Kertasnya."


Saat aku menerima selembar kertas kosong seukuran telapak tangan dari Umiyama yang duduk di kursi di depanku, aku langsung menulis 'Drama' diatasnya. 


Setelah semua kertas dikumpulkan, proses penghitungan dimulai, dan tak lama kemudian hasilnya diumumkan.


"Baiklah, aku akan mengumumkan hasilnya. Untuk festival budaya, kelas 2-B kita akan menampilkan... sebuah drama!"


Setelah mendengar pengumuman dari Hino, seluruh kelas bertepuk tangan.


Jadi akhirnya yang terpilih adalah drama, ya.


Umiyama dan Kuroki saling berpandangan lalu tersenyum.


Mengingat perwakilan eksekutif, Yuria, sebelumnya mengatakan kalk drama lebih mudah dikerjakan, mungkin mereka juga merasa senang dengan hasil ini.


Bagaimanapun, persahabatan ke-3 orang ini terlihat begitu erat hingga menyenangkan untuk dilihat.


"Karena kita sudah memutuskan untuk melakukan drama, sekalian saja kita tentukan pertunjukan apa yang akan kita bawakan. Apa aada yang ingin mengusulkan sesuatu?"


Tepat ketika Hino berbicara, sebuah tangan terangkat dari sisi kananku, seolah ingin menyela.


K-Kuroki...?


"Kalo membuat cerita orisinal, persiapannya akan sangat merepotkan. Akan lebih baik kalo kita memilih cerita klasik. Misalnya... 'Putri Salju'. Bagaimana menurut kalian?"


Pu-Putri Salju...?


Putri Salju yang dimaksud itu... cerita tentang seorang gadis yang memakan apel, lalu tertidur dan tidak bisa bangun kecuali mendapatkan ciuman dari pangeran tampan? Sebuah kisah yang hampir seperti akhir tragis seorang wanita manja dengan standar tinggi yang enggan bekerja...?


Sungguh, kenapa harus memilih cerita yang memiliki adegan ciuman?


Drama kelas seperti ini toh tidak akan menarik banyak penonton, jadi kenapa tidak memilih sesuatu yang lebih sederhana, seperti Momotaro saja?


"Oh! Putri Salju, ya? Itu ide yang bagus! Luar biasa! Bagaimana menurut kalian?"


Hino, dengan penuh semangat, memuji Kuroki sambil bertanya kepada seluruh kelas.


"Ya! Kalo Kuroki-chan yang mengusulkan itu, aku juga setuju!"


"Aku juga, aku juga!"


"Aku tidak keberatan!"


"Aku... Aku ingin terbangun dengan ciuman dari Kuroki-san!"


" " "Aku juga!" " "


Meskipun ada sekelompok siswa yang terdengar agak berlebihan, hampir seluruh kelas mengangguk setuju.


Jadi ini... kekuatan absolut Kuroki Rui?


Kalo Kuroki Rui berkata kanan, maka semua akan ke kanan, kalo dia berkata kiri, maka semuanya akan ke kiri.


Sebagai ketua kelas sekaligus siswa paling populer di sekolah, begitu Kuroki Rui berbicara, pendapatnya seketika menjadi keputusan bersama.


"Baiklah, kalo begitu kita akan membawakan drama Putri Salju!"


Sekali lagi, tepuk tangan bergema di ruang kelas.


Padahal, di kelas ini ada seorang gadis cantik dengan tubuh luar biasa yang mungkin hanya muncul sekali dalam 1000 tahun, yaitu Umiyama Airi, kalo mereka memang ingin membuat drama, bukankah lebih baik menjadikannya sebagai pemeran utama dalam sebuah cerita dengan heroin yang memiliki payudara besar...?


Saat aku sedang memikirkan sesuatu yang mustahil untuk terjadi, aku memperhatikan 'payudara besar' milik Umiyama tampak 'menyapa' ke arahku.


"Hei, Ryota! Kalo kita membawakan Putri Salju, ayo kita berperan sebagai kurcaci bersama!"


"Kurcaci? Mana mungkin ada kurcaci sepertimu!"


"Kenapa tidak? Kurcaci itu lucu, kan?"


Lucu? Tidak peduli bagaimana orang melihatnya, kau jelas lebih cocok disebut sebagai sosok yang memiliki payudara yang besar....


"Lalu, aku juga punya satu usulan lain. Hanya sekadar membawakan drama rasanya membosankan, jadi bagaimana kalau kita menambahkan sesuatu?"


Usulan lagi...?


Mengingat sifat perfeksionis Kuroki, pasti dia ingin memerankan Putri Salju sendiri, kan...?


"Bagaimana kalo peran Putri Salju dimainkan oleh laki-laki, dan peran pangeran dimainkan oleh perempuan?"


...Apa? Jadi maksudnya, pertukaran peran antara laki-laki dan perempuan?


"Putri Salju dengan peran yang dibalik, ya? Itu ide yang bagus!"


"Aku juga setuju!"


"Sepertinya menarik!"


Seperti yang sudah ku duga, para 'bot persetujuan' di kelas langsung menerima usulan Kuroki tanpa perlawanan.


Dengan ini, keputusan sudah dibuat.


Selanjutnya, giliran menentukan para pemeran.


Agar bisa menentukan siapa yang akan berperan sebagai Putri Salju (laki-laki) dan Pangeran (perempuan), para siswa dibagi menjadi kelompok laki-laki dan perempuan untuk berdiskusi.


Para siswi yang akan menentukan pemeran Pangeran berkumpul di sisi lorong, sementara para siswa yang akan memilih pemeran Putri Salju berkumpul di sisi jendela.


Pertukaran peran antara laki-laki dan perempuan... Kalo untuk pihak perempuan masih bisa dimaklumi, tapi untuk pihak laki-laki, ini tidak lain adalah sebuah penghinaan.


Tapi, karena semua sudah menyetujui usulan Kuroki, pasti ada di antara para siswa populer yang dengan percaya diri ingin berperan sebagai Putri Salju...atau setidaknya, itulah yang kupikirkan.


"Sejujurnya...walaupun ini usulan dari Kuroki-san, rasanya itu tetap berat bagi kami, para laki-laki..."


"Iya... Karena salah satu dari kita harus memainkan peran Putri Salju, kan?"


"Berpakaian seperti perempuan... Itu benar-benar sulit untuk diterima."


Begitu diskusi dimulai, komentar negatif langsung bermunculan di antara para siswa laki-laki.


Sepertinya, terutama bagi kelompok siswa populer, usulan Kuroki ini mulai menimbulkan keraguan.


Mungkin karena tekanan sosial, mereka tidak berani mengungkapkan pendapat mereka sebelumnya.


Sepertinya para bot persetujuan yang dikatakan Kuroki justru menjadi bumerang untuk mereka kali ini.


Yah, itu wajar saja, di depan Kuroki, para siswa laki-laki pasti ingin terlihat baik.


Tapi,wanita bernama Kuroki Rui adalah seorang ahli strategi yang bahkan bisa mengendalikan laki-laki yang memiliki niat tersembunyi seperti itu, dia bahkan mampu memaksakan kehendaknya dengan cara yang halus.


Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Kuroki, tapi mustahil untuk menolaknya sekarang...

Kali ini, dia benar-benar berhasil menipu semua orang.


"Memang benar Kuroki-san yang mengusulkan konsep drama ini, tapi kalo dipikir kembali, bukankah kecil kemungkinannya kalo Kuroki-san akan memainkan peran utama sebagai pangeran?"


Saat Hino mengatakan itu, orang-orang di sekitarnya memiringkan kepala dan bertanya.


"Kenapa? Bukankah Kuroki akan memainkan peran utama sebagai pangeran?"


Awalnya, aku berpikir kalk Kuroki pasti akan mengambil peran utama.

Tapi kalo bukan dia, lalu siapa yang akan menjadi Pangeran?


"Karena Kuroki-san, kejuaraan Inter-High yang penting sudah semakin dekat. Menghitung kembali saat dia masih di SMP, kemenangan kejuaraan nasional 5 kali berturut-turut dipertaruhkan, kan? Dia pasti tidak punya waktu untuk menjadi pemeran utama dalam drama festival budaya,kan?"


Pernyataan itu memang masuk akal.


Kuroki Rui adalah orang yang sangat sibuk.


Meskipun dia sangat berbakat, tidak mungkin dia punya cukup waktu untuk memainkan peran utama dalam drama ini.


Jadi, apa itu berarti Kuroki hanya mengusulkan ide ini sesuka hatinya karena dia sendiri tidak akan terlibat?


Ucapan Hino mungkin mengandung sindiran seperti itu.


Tapi, apa mungkin Kuroki benar-benar memanfaatkan popularitasnya untuk membuat keputusan sepihak seperti itu?


"Kalo Kuroki tidak menjadi pemeran utama, berarti pemeran utamanya akan jatuh kepada Umiyama, yang katanya sudah punya pacar...atau Ichinose, yang kabarnya memiliki pacar di sekolah lain."


Salah satu siswa populer menggumamkan hal itu dengan ekspresi tidak senang.


Umiyama memang pernah mengaku kalo dia punya pacar (meskipun itu kebohongan besar), tapi sepertinya mereka juga beranggapan kalo Yuria sudah memiliki kekasih.


Yah, mengingat betapa dinginnya sikap Yuria terhadap semua laki-laki selain aku, dan melihat wajahnya yang begitu menarik sebagai seorang gyaru, wajar kalo orang lain berpikir kalo dia memiliki pacar dari sekolah lain atau bahkan dari kalangan yang lebih tua.


"Aku sih tidak mau."


"A-aku juga."


"Kalau Kuroki-san yang menjadi pemeran utama, aku mungkin masih bisa menerima berpakaian seperti perempuan..."


"Aku pun... Kalo Airi-tan yang menjadi Pangeran, aku akan dengan senang hati menerima peran itu. Tapi, kalo bukan dia, maka itu adalah pengkhianatan terhadap Airi-tan!"


Para siswa populer dan beberapa penggemar berat mulai menolak satu per satu.


Seiring dengan itu, seluruh siswa laki-laki di kelas mulai menggelengkan kepala mereka, menolak untuk mengambil peran Putri Salju.


Tak ada satu pun yang berkata, "Ayo kita tentukan secara adil dengan undian", yang menunjukkan betapa mereka benar-benar tidak ingin melakukannya.


Tapi, aku bisa memahami perasaan mereka.


Kalo prediksi Hino benar dan Kuroki tidak akan memainkan peran utama, maka para lelaki yang menyukai Kuroki tidak akan punya alasan untuk ikut serta, begitu pula dengan mereka yang menyukai Umiyama atau Yuria—karena tidak ada jaminan kalk Umiyama atau Yuria akan berperan sebagai pangeran, taruhannya menjadi sangat tinggi dan berisiko.


Fakta kalo tidak ada yang mengajukan diri juga merupakan pertanda buruk bagiku dan dalam situasi seperti ini, sudah jelas ke mana perhatian mereka akan beralih...


"Hei, bagaimana kalau Izumiya yang jadi Putri Salju?"


Sebagai seorang otaku-yinkya yang netral dalam konflik kelas—ya, itu aku.


"Izumiya itu siswa dengan nilai terbaik di antara para laki-laki di kelas ini, jadi pasti dia bagus dalam menghafal dialog!"


"Benar juga! Dia pintar! Ayo, tolonglah, Izumiya~"


Tunggu dulu. Nilai akademik tidak ada hubungannya dengan ini, kan...?


Aku ingin sekali membantah sekuat tenaga, dan sudah jelas kalo aku tidak ingin berperan sebagai Putri Salju. 


Tapi kalo seorang otaku-yinkya seperti ku menunjukkan sikap menentang secara terbuka...aku bahkan tidak perlu menjelaskan apa yang akan terjadi selanjutnya.


"Jadi... bagaimana menurutmu, Izumiya?"


Hino menatapku dan bertanya.


Sebagai pemimpin tak resmi di antara para lelaki di kelas, kalk Hino sudah angkat bicara, akan semakin sulit bagiku untuk menolak.


Dasar Hino... Biasanya dia selalu berpura-pura menjadi orang baik, tapi ternyata dia juga sama saja dengan yang lain.


"A-aku..."


Tunggu, tunggu! Ini Putri Salju!


Sebagai pemeran utama dalam drama ini, itu terlalu berat untukku!


Aku harus menolaknya! Jangan sampai terbawa arus!


Dalam pikiranku, aku sudah membayangkan diriku dengan tegas menolak tawaran Hino...


"Ta-ta-tapi kalo harus..."


"Apa?"


"Kalo harus...ya sudah! Aku akan melakukannya!"


" " " " " "Ooooooooohhh!!!" " " " " "


Pada akhirnya, aku kalah oleh tekanan dari sekitarku.


Bodoh sekali aku ini! Padahal aku tinggal menolaknya, kenapa aku tidak bisa?!


Sorakan pujian dan tepuk tangan dari para laki-laki bergema di sekelilingku.


Ini terburuk. Aku belum pernah menerima pujian yang sebegitu tidak menyenangkan seperti ini.


Dan begitulah akhirnya aku, dari semua peran yang mungkin ada, justru harus menjadi Putri Salju.


Setelah itu, peran utama perempuan (sang pangeran) juga telah ditentukan, sehingga para laki-laki dan perempuan berkumpul untuk mengumumkan pemeran utama.


Di depan papan tulis, Yuria dan Hino berdiri.


"Uhh... Putri Salju dari pihak laki-laki adalah... Izumiya-kun!"


Seluruh pandangan di kelas langsung tertuju padaku.


Ah, seseorang tolong bunuh saja aku sekarang.


"Ryota, luar biasa! Selamat, selamat! Menjadi pemeran utama itu menyenangkan!"


Gadis berkepala kosong dengan payudara besar yang duduk di depanku tertawa tanpa memedulikan perasaanku.


Huh? Dari cara bicaranya, itu berarti Umiyama bukan pemeran utama?


Kalo begitu, itu berarti...


"Pangeran dari pihak perempuan adalah...aku—"


Jadi tetap Yuria, huh...?


Yuria, yang berdiri di depan papan tulis, menoleh ke arahku dan melanjutkan—


"Dan juga Rui. Kita ber-2 akan memerankannya sebagai double cast."


" " " " " "Haaaaaah!?" " " " " "


Seluruh anak laki-laki di kelas ternganga tidak percaya.


"Se-seriusan...?"


Tentu saja, aku juga begitu.




Yuria mengumumkan kalo peran pangeran akan dimainkan oleh 2 orang, menyebabkan gelombang keterkejutan dan kebingungan di seluruh kelas, tapi, yang mengejutkan, tidak satu pun dari para laki-laki mengajukan protes.


Mungkin itu sudah sewajarnya, sama seperti keputusan untuk membalik peran gender dalam drama Putri Salju, siapa pun yang berani mengeluh mungkin akan dianggap menentang Kuroki.


Meskipun begitu, karena hasil ini di luar dugaan, tatapan para laki-laki secara perlahan mulai tertuju padaku.


Lagi-lagi pandangan penuh rasa iri dan cemburu... Kalo begitu, kenapa mereka tidak mengambil peran ini sendiri saja?


Bagi para siswa populer di kelas, ini adalah kesempatan emas untuk berinteraksi dengan 2 gadis cantik sebagai lawan main, taoi justru seorang yinkya sepertiku yang mendapatkan peran ini.


Kalo hidupku adalah cerita dalam novel zamaa-kei (genre di mana protagonis membalikkan keadaan terhadap orang-orang yang meremehkannya), maka ini pasti adalah momen zamaa yang paling besar. Tapi kalo ditanya apa aku merasa senang dengan situasi ini...jawabannya tidak sesederhana itu.


[TL\n:Dalam bahasa Jepang, zamaa (ざまぁ) adalah slang yang sering digunakan untuk mengekspresikan rasa puas atau senang atas kesialan atau kegagalan orang lain. Bisa diartikan sebagai "rasain!", "pantas!", atau "padan muka!" dalam bahasa Indonesia.]


Aku memang lebih nyaman beradu peran dengan seseorang yang sudah kukenal daripada dengan gadis yang bahkan belum pernah berbicara denganku, tetapi, lawan mainku adalah Yuria dan Kuroki...


Saat aku melirik ke sebelah kanan, tempat Kuroki duduk, Kuroki tetap memasang ekspresi datar, matanya terpaku pada papan tulis.


Kupikir dia akan tersenyum puas setelah mendapatkan peran utama, tapi sepertinya dia tidak begitu senang dengan hasil ini.


Apa sesuatu terjadi saat pemilihan peran?


Kalo memang ada ketegangan antara Yuria dan Kuroki...a-aku jadi penasaran.


"Ja-Jadi, peran Putri Salju akan dimainkan oleh Izumiya, sementara peran pangeran akan dibawakan oleh Kuroki dan Ichinose. Waktu kita terbatas, jadi peran lainnya akan kita tentukan dengan cepat di sini. Baiklah, untuk peran lainnya—"


Setelah itu, di bawah arahan Hino, pembagian peran berlangsung dengan lancar, dan semua peran pun akhirnya ditetapkan.


Meskipun ada waktu istirahat dan makan siang setelahnya, hingga jam pulang sekolah tiba, aku sama sekali tidak berbicara dengan 3 gadis cantik itu.


Selain itu, mereka pun sepertinya tidak membicarakan tentang drama dalam percakapan mereka, sehingga aku semakin curiga kalo memang telah terjadi sesuatu antara Yuria dan Kuroki.


Saat pulang sekolah, tanpa memiliki rencana tertentu, aku tiba-tiba merasa sedikit terganggu oleh hal itu. Tanpa sadar, aku sudah berdiri di depan sebuah toko buku.


Bu-Bukan berarti aku penasaran apakah ada sesuatu yang terjadi antara Yuria dan Kuroki, atau sengaja datang ke sini dengan harapan bertemu dengan Umiyama, lalu memintanya memberitahuku kapan pekerjaan paruh waktunya akan berakhir! Aku hanya kebetulan datang untuk membeli light novel, itu saja!


Sambil merangkai berbagai alasan dalam pikiranku, aku pun melangkah masuk ke dalam toko.


"Selamat datang... Oh! Kau yang waktu itu!"


Saat memasuki Tsutaya, di kasir berdiri manajer toko ini, seorang wanita berambut pendek dan pirang—


Dia adalah manajer toko Tsutaya ini yang pernah salah paham kalo Umiyama dan aku berpecaran ketika aku mengetahui rahasia Umiyama.


"Oooh, jadi kau datang untuk melihat bagaimana kinerjanya? Wah, kau benar-benar pacar yang perhatian!"


Tidak—atau lebih tepatnya, bukan 'pernah salah paham', tapi sepertinya dia masih saja mengira aku memiliki hubungan spesial dengan Umiyama.


"Umm, bukan berarti aku datang ke sini untuk menemui Umiyama..."


"Kebetulan sekali! Tunggu sebentar di sini."


Manajer toko berambut pirang itu menyuruhku menunggu di depan kasir, lalu dia pergi ke ruang belakang. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa Umiyama bersamanya.


"Eh? Ryota? Kenapa kau ada di sini? Dan maksudnya apa ini, Manajer?"


"Hari ini pelanggan sedang sepi, jadi kau boleh pulang lebih awal. Tentu saja, kartu absensi akan tetap dicatat sesuai jadwal yang seharusnya."


"Eh, tapi..."


"Aku khawatir karena Airi-chan bekerja terlalu keras. Hari ini, pergilah bersantai bersama pacarmu!"


Sepertinya manajer sedang berusaha bersikap pengertian.


Sama seperti sebelumnya, manajer ini ternyata orang yang baik.


"Kalo begitu aku akan menuruti kata-katamu! Terima kasih, Manajer!"


Tanpa ragu, Umiyama menerima kebaikan hati manajernya.


"Ryota, aku akan berganti pakaian dulu, jadi tunggu sebentar di sini, ya."


"O-Oh..."


Begitulah, kencan sepulang sekolah yang kedua (meskipun aku hanya ingin berbicara dengannya) pun akan segera dimulai.


★★★


"Maaf membuatmu menunggu! Ayo, kita pergi, Ryota!"


"Ah, iya."


Sambil mengangguk, aku keluar dari Tsutaya bersama Umiyama, yang baru saja kembali dengan seragam sekolahnya, lalu melangkah menuju stasiun tanpa tujuan yang jelas.


"Ngomong-ngomong, ada apa denganmu, Ryota? Aku terkejut sekali saat aku tiba-tiba melihatmu muncul di tempat kerja paruh waktu Airi."


"A-aku minta maaf, Umiyama! Sebenarnya, aku hanya ingin mendengar tentang kapan pekerjaan paruh waktumu akan berakhir, dan aku ingin berbicara denganmu sebentar setelah itu, tapi... manajernya malah—"


"Tidak, tidak, justru Airi sangat senang bisa pulang lebih cepat dan tetap mendapatkan gaji! Selain itu, aku bahkan lebih bahagia karena aku bisa jalan-jalan dengan Ryota!"


"U-Umiyama..."


Dengan senyum polos tanpa dosa, Umiyama mengucapkan kata-kata yang terdengar seperti dialog dari tokoh utama yang tanpa sadar membuat hati orang lain berdebar.


Bukan hanya itu—payudara besarnya yang bergerak naik turun dengan lembut juga sangat menarik, tapi lebih dari itu, sikapnya yang selalu berpikiran positif membuat suasana jadi lebih ceria setiap kali berbicara dengannya.


"Jadi, mau pergi ke mana hari ini? Bagaimana kalo kita pergi ke tempat favorit Airi?"


"Tempat favoritmu?"


"Ya! Ada tempat di dekat sini yang sering kudatangi sejak SD. Airi ingin pergi ke sana lagi setelah sekian lama."


"A-aku mengerti, kalo begitu ayo kita ke sana."


Setelah tujuan kami ditentukan, aku mengikuti Umiyama menuju tempat yang disebutnya sebagai 'tempat favorit'.


"Jadi, apa yang ingin Ryota bicarakan dengan, Airi? Apa ini kabar baik atau buruk?"


"Aku sendiri juga tidak tahu... Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan tentang drama itu."


"Drama?"


Aku mengangguk kecil dan langsung masuk ke inti pembicaraan.


Kalo aku tidak menanyakannya sekarang, aku akan terus merasa gelisah.


Selain itu... Sejujurnya, aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi antara Yuria dan Kuroki.


"Pada akhirnya, peran pangeran diputuskan sebagai double cast antara Ichinose dan Kuroki... Tapi, bagaimana proses pemilihannya?"


"Maksudmu, bagaimana keadaannya saat keputusan itu dibuat? Apa karena kau penasaran dengan Yuria dan Rui-chan yang sama-sama mendapat peran pangeran?"


"Ya, mungkin seperti itu. Tapi... satu-satunya teman perempuan yang bisa kutanyai soal ini hanya kau, Umiyama."


"Ehehe, hanya Airi, ya? Entah kenapa, aku senang sekali mendengarnya~."


Umiyama menyeringai dan membenturkan bahu kirinya ke bahu kananku saat kami berjalan berdampingan.


Reaksinya selalu saja menggemaskan.


"Kau ingin tahu tentang saat keputusan itu dibuat, kan?"


"Y-ya."


"Saat itu, awalnya semua orang mendukung Rui untuk memerankan pangeran."


Ya, tentu saja.


Kuroki Rui adalah orang yang mengusulkan seluruh konsep drama ini, dan di samping itu, dia memiliki kecantikan luar biasa yang membuatnya terlihat sempurna dalam segala hal.


Meskipun peran ini adalah peran laki-laki, tidak ada orang yang lebih cocok darinya.


"Tapi, tahu tidak? Yuria tiba-tiba berkata kali Rui-chan tidak seharusnya mengambil peran itu karena 'kejuaraan Inter-High yang penting sudah semakin dekat'. Dia mengkhawatirkannya dan menawarkan diri untuk menggantikannya... Yuria memang sangat baik."


Seperti yang dikatakan Hino, ternyata mereka memang mengkhawatirkan kejuaraan Inter-High...


"Lalu, kenapa akhirnya diputuskan kalo mereka berdua yang akan memerankan pangeran? Dari cerita barusan, seharusnya peran itu jatuh ke Yuria... maksudku, Ichinose, kan?"


"Iya. Tapi setelah itu, pendapat orang-orang terbagi jadi 2—ada yang ingin Rui-chan tetap memerankan pangeran, dan ada yang setuju dengan pendapat Yuria."


"Hah? Serius?"


Bagaimana bisa jadi seperti itu?


Pendapat Yuria masuk akal, dan kalo memang memikirkan kepentingan Kuroki, seharusnya mereka mendukungnya.


Atau mungkin ada kelompok penggemar berat di kalangan para gadis yang benar-benar ingin melihat Kuroki berperan sebagai pangeran?


"Karena perdebatan tidak kunjung selesai, akhirnya diputuskan untuk menggunakan sistem double cast. Dengan begitu, beban Rui-chan bisa berkurang, sementara Yuria tetap bisa ikut berperan, yang sekaligus menjadi daya tarik dalam promosi drama ini."


"Itu keputusan yang cukup kacau..."


"Apa Kuroki sendiri tidak mengatakan apa-apa?"


"Rui-chan hanya bilang pada Yuria, 'Aku bisa menyeimbangkan ini dengan latihan atletik, jadi tidak masalah', Tapi, ada cukup banyak orang yang ingin Yuria mengambil peran itu juga, jadi sepertinya Rui-chan tidak bisa terlalu memaksakan pendapatnya."


Jadi, apa itu berarti di kelas ada kelompok kecil yang cukup berani untuk menentang Kuroki.


Meskipun pada akhirnya, Kuroki tetap mendapatkan peran pangeran, yang bagianku sendiri malah menjadi semakin merepotkan.


"Kurang lebih seperti itulah ceritanya. Pasti sulit beradu peran dengan 2 orang sekaligus, tapi jangan khawatir! Sebagai pemeran kurcaci, Airi akan selalu mendukung sang putri, yaitu Ryota!"


"Te-terima kasih, Umiyama."


Ngomong-ngomong, Umiyama memang sejak awal menginginkan peran sebagai kurcaci (berpayudara besar).


Yah, dengan payudara Umiyama yang besar, akan sulit baginya untuk memainkan peran sebagai seorang pria...walaupun di sisi lain, Yuria juga memiliki payudara yang cukup besar, jadi tidak ada yang bisa dikatakan secara pasti.


"Oh! Kita sudah sampai di tempat favorit Airi!"


Begitu Umiyama tiba di tujuannya, dia menghentikan langkahnya dan menunjuk ke arah papan nama sebuah toko.


"Ini adalah toko jajanan favorit Airi!"


Jajanan... toko jajanan!?


Aku sempat berpikir kalo tempat yang dia maksud adalah kafe seperti Starbucks, tapi ternyata 'tempat favorit' yang dikatakan Umiyama adalah sebuah toko jajanan kuno yang terletak dekat stasiun.


"To-toko jajanan!? Bukannya... semacam Starbucks?"


"Bukan! Toko jajanan kan murah, jadi Airi bisa makan banyak camilan. Makanya Airi meyukainua!"


Begitu, ya...


Umiyama memang punya banyak kesulitan dalam hidupnya.


"Dulu, sejak SD, Airi sering pergi ke toko jajanan. Di dekat rumah Airi dulu juga ada toko seperti ini, tapi itu sudah tutup. Jadi sekarang, toko jajanan dekat stasiun inilah yang menjadi tempat favorit Airi!"


"Oh, jadi kau sering ke sini sepulang kerja?"


"Iya! Aku biasanya membeli sekitar 10 batang Umyaa-bo dan Bo-kinako sebelum pulang!"


[TL\n: cari sendiri anjing, gua gak ada kuota buat browsing.]


Begitu rupanya... Jadi, bisa dibilang bust size Umiyama ini berasal dari jajanan murah?

Kalo begitu, mungkin sebaiknya seluruh remaja di negeri ini diperbanyak konsumsi jajanan seperti ini.


Masyarakat dengan bust super besar—bisa jadi ini adalah strategi pembangunan nasional yang perlu digalakkan.


"Ryota? Kenapa tiba-tiba wajahmu terlihat serius?"


"Ah, tidak... Aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang bersifat politis..."


"Politis!? Wah, kau benar-benar hebat, Ryota! Kau bisa berpikir soal hal-hal rumit seperti itu!"


"A-ahaha..."


Hampir saja. Hampir aku ketahuan kalo aku sedang memikirkan sesuatu yang benar-benar tidak berguna.


Untung aku bisa mengalihkan pembicaraan dengan baik.


Setelah itu, aku pun masuk ke dalam toko jajanan bersama Umiyama.


Begitu membuka pintu geser, terdengar bunyi lonceng kecil, lalu seorang pria tua yang sepertinya pemilik toko berjalan perlahan dari ruang belakang menuju kasir.


"Jadi ini... toko jajanan."


Di dalamnya, ada berbagai jajanan klasik—permen air gula, permen berbentuk tangan, serta mochi kecil berwarna-warni.


Ada juga permainan seperti undian, tali keberuntungan, hingga panahan kecil, yang semuanya benar-benar mempertahankan atmosfer toko jajanan tempo dulu.


Di jendela toko, tertempel selebaran yang warnanya sudah memudar, bahkan ada mesin arcade tua yang entah masih berfungsi atau tidak.


Saat melihat label harga di rak, hampir semua jajanan berkisar antara 10 hingga 30 yen—yang merupakan harga yang sangat murah di zaman kenaikan harga seperti sekarang.


Semua ini terasa begitu nostalgia.


Melihat tempat seperti ini masih bertahan di zaman sekarang benar-benar sesuatu yang luar biasa.


"Ryota, apa ini pertama kalinya kau datang ke toko jajanan?"

 

"Tidak juga. Waktu SD, aku sering mengayuh sepeda cukup jauh hanya untuk pergi ke toko jajanan."

 

"Oh! Jadi kau cukup terbiasa dengan tempat seperti ini?"

 

"Ya, bisa dibilang begitu. Tapi, aku sudah lama tidak datang ke toko jajanan lagi."

Saat masih SD, aku adalah penggemar berat wafer.

 

Setiap kali jajanan wafer bertema anime atau serial tokusatsu favoritku muncul, aku akan berkeliling ke supermarket dan toko jajanan untuk mengumpulkannya.

Mengingat kenangan itu, aku meraih salah satu wafer bertema tokusatsu yang tersusun di rak bagian atas.

 

Seperti yang bisa diduga, jajanan yang berada di rak lebih tinggi ini sedikit lebih mahal dibandingkan yang lain—harganya 100 yen.

 

Sepertinya, karena harganya yang lebih tinggi, tidak banyak yang membelinya.

"Oh! Apa kau mau membeli wafer itu, Ryota?"

 

"Ah... tidak, aku hanya melihat-lihat saja."

 

"Wafer itu enak sekali!"

Umiyama terlihat sangat menyukai wafer.

 

Padahal, kebanyakan orang yang membeli ini bukan karena rasa wafernya, melainkan karena bonus kartu atau stiker yang ada di dalamnya.

"Airi punya banyak kenangan dengan wafer ini." 

"Kenangan?"

Umiyama mengangguk, lalu mulai berbicara sambil mengambil wafer tokusatsu dari tanganku.

"Ya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, Airi sejak SD hidup dalam kondisi yang sangat miskin, jadi aku hanya bisa membeli jajanan di toko seperti ini sesekali saja."

Dia menghela napas pelan, lalu tersenyum tipis sebelum melanjutkan.

"Saat Airi tidak punya uang, aku hanya bisa duduk di bangku merah di depan toko ini, memperhatikan anak-anak lain menikmati jajanan mereka. Tapi suatu hari, ada seorang anak laki-laki yang tiba-tiba duduk di sebelahku sambil memegang bungkusan biru... lalu dia memberikan wafernya padaku!"

"A-anak laki-laki... dengan bungkusan biru?"


Entah kenapa, cerita ini terdengar familiar.


Rasanya aku pernah mendengar sesuatu yang mirip di suatu tempat...


Saat mendengarkan cerita Umiyama, perasaan aneh tiba-tiba muncul dalam benakku—sebuah déjà vu yang sulit dijelaskan.


[TL\n:Déjà vu adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa telah mengalami atau melihat suatu kejadian sebelumnya, padahal kejadian itu baru saja terjadi dan seharusnya tidak dikenali. Istilah ini berasal dari bahasa Prancis yang berarti "sudah terlihat".]


Sepertinya aku pernah mendengar kisah ini belum lama ini... atau mungkin itu hanya perasaanku saja?


"Sepertinya anak laki-laki itu hanya menginginkan stikernya, jadi dia memberikan wafernya padaku. Saat itu, aku merasa sangat bahagia..."


Sambil berbicara, Umiyama terdengar seperti akan menangis kapan saja.


Apa dia benar-benar sebahagia itu hanya karena wafer?


"Airi selalu diintimidasi hanya karena keluargaku yang miskin, jadi aku tidak pernah mengalami kebaikan dari teman seumuran ku. Anak laki-laki itu, kurasa, berasal dari SD lain... Tapi sejak hari itu, Airi sangat menyukainya. Mungkin karena itu juga, hingga SMA, Airi tidak tertarik pada laki-laki lain. Bahkan, aku tidak pernah punya pacar."


"A-aku mengerti..."


Sial, anak laki-laki itu benar-benar beruntung!


Kalo sampai sekarang Umiyama masih menyimpan perasaan untuknya, maka kalo mereka bertemu lagi, kemungkinan besar mereka akan langsung berpacaran dan dia bisa melakukan apa pun yang dia mau dengan Umiyama yang cantik dan montok ini!


Hanya dengan sepotong wafer, dia berhasil merebut hati seorang gadis cantik seperti Umiyama... Itu benar-benar keterlaluan!


Kalo anak itu tidak pernah muncul lagi, aku bahkan rela menggantikannya... (Tapi dengan niat kotor seperti ini, aku jelas tidak akan pernah bisa menjadi seperti anak laki-laki itu).


Dalam hati, aku menangis saat akhirnya membeli wafer itu bersama sebotol ramune yang kupilih secara acak.


Sementara itu, Umiyama justru membeli 10 batang Umya-Bo.


"Hei, mumpung kita sudah membeli inj, bagaimana kalo kita duduk di bangku luar dan menikmatinya?"


"Oh, baiklah."


Atas ajakan Umiyama, aku pun duduk di bangku merah panjang yang terletak di depan toko.


Makan camilan dari toko jajanan bersama teman... Ini adalah pengalaman yang tidak pernah kualami saat masih SD.


"Mmm~ Umya-Bo ini enak sekali~!"


Dengan mulut yang terbuka lebar, Umiyama mengunyah Umya-Bo dengan lahap, remah-remahnya berjatuhan ke payudaranya besar, membuat seragamnya sedikit kotor.


Payudaranya begitu besar hingga bahkan remahnya tidak langsung jatuh ke bawah...sungguh luar biasa.


"Ahh~ Memang tidak ada yang bisa mengalahkan Umya-Bo!"


Aku tidak bisa mengalihkan pandangan dari Airi yang sedang menikmati camilan itu.


Bukan karena maksud tertentu, tapi...entah bagaimana, pemandangan itu terlihat sedikit erotis. Tidak, tidak...itu sangat erotis.


"Ryota? Dari tadi kenapa terus menatapku begitu?”


“Ah, tidak, tidak ada apa-apa! Eh, tunggu! Ah!"


Karena gugup, aku membuka botol ramune tanpa memperhatikan, dan akibatnya, soda di dalamnya menyembur ke tanganku.


"Ugh, lengket sekali."


"Hahaha, apa yang kau lakukan sih?! Ryota, kau lucu sekali!"


Sambil tertawa lepas, Umiyama mengeluarkan tisu saku dari tasnya, lalu mengambil 2 lembar dan memberikannya kepadaku.


"Lap tanganmu dengan ini. Tidak enak, kan, kalau lengket seperti itu?"


"Oh baiklah. Terima kasih, Umiyama."


Seperti yang kuduga, Umiyama memang gadis yang baik hati.


Pada awalnya, kupikir dia membenciku karena aku yang seorang otaku, tapi saat kami menghabiskan lebih banyak waktu bersama, entah sejak kapan kami menjadi sedekat ini.


Tapi karena Umiyama yang memiliki seorang pangeran wafer yang sudah lebih dulu mengisi hatinya.


Aku yakin dia tidak akan pernah melihatku sebagai laki-laki dalam arti yang sebenarnya.


Hal yang sama juga berlaku untuk Yuriya dan Kuroki.


Meskipun kami semakin dekat, mereka ber-2 sudah memiliki seseorang yang mereka sukai di masa lalu.


Yuriya punya pangeran pemberi manga, dan Kuroki memiliki pangeran penyelamat kucing.


Siapa pun yang sudah duduk di bangku kelas 2 SMA, kemungkinan besar sudah mengalami cinta pertama.


Mereka pasti sudah punya seseorang yang mereka sukai.


Lalu aku?


Hanya seorang laki-laki SMA biasa, lemah, dan tidak menonjol dalam hal apa pun.


Mana mungkin ada gadis yang tiba-tiba jatuh cinta padaku sekarang...


"Haaah..."


Aku menghela napas panjang, tapi tiba-tiba suara ceria Umiyama terdengar.


"Ryotaaa~ Airi juga mau makan wafer~"


"Hah? Oh, baiklah. Aku hanya ingin stikernya, jadi wafernya bisa kau ambil."


Aku membuka bungkus wafer itu, mengambil stikernya, lalu menyodorkan wafernya pada Umiyama.


Tapi, anehnya, dia tidak langsung menerimanya.


"Hm?"


Aku menatapnya, tapi dia hanya diam, wajahnya sedikit memerah.


"Oi, Umiyama?"


"...Umm... Tadi itu... entah kenapa itu sedikit tumpang tindih dengan dia. Kata-katamu, cara kau mengatakannya... semuanya sama persis..."


"Hah?"


"Ti-tidak! Bukan apa-apa! A-aku akan memakannya ya! Terima kasih~!"


Dia buru-buru mengambil wafer itu dan mulai memakannya dengan cepat, seolah ingin menyembunyikan sesuatu.


Begitu menerima wafer dariku, Umiyama langsung menggigitnya dalam satu suapan besar.


"Kehok! Kehok! Ah buruk sekali, aku tersedak... Serbuknya masuk ke tenggorokan!"


"Ah, begini jadinya kalo kau makan terburu-buru. Ini, kau bisa meminum ramune-ku."


"Ah, terima kasih, Ryota."


Dengan cepat, Umiyama meneguk ramune yang kuberikan padanya.


"Puhh... Haaah! Rasanya seperti hidup kembali! Ryota adalah penyelamat hidupku!"


"Hei, kau terlalu melebih-lebihkan padahal kau hanya tersedak."


"Tidak, aku serius... Mungkin, tapi mungkin saja, kau memang penyelamat hidupku."


"Hah?"


Kali ini, senyuman yang Umiyama tunjukkan bukanlah senyum ceria seperti biasanya.


Ada sesuatu yang berbeda—lebih dewasa, lebih tenang.


Setelah mengembalikan botol ramune padaku, dia berkata dengan suara lembut.


"Terima kasih, Ryota."


"Eh? Ah... iya."


Apa barusan?


Umiyama terlihat... sedikit berbeda.


Wajahnya seolah menunjukkan ekspresi lega, seperti seseorang yang akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan yang lama mengganggunya.


Tapi tunggu.


Ini berarti...


Ini adalah botol ramune yang baru saja diminum Umiyama...!


Kalo aku meminumnya lagi sekarang... itu akan menjadi ciuman tidak langsung!


Sial, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini!


Tanpa membuang waktu, aku memastikan tidak ada yang melihat, lalu meneguk ramune itu dalam satu tegukan besar.


Rasa soda yang sedikit tajam mengguncang tenggorokanku, sementara hatiku berdegup kencang karena kegembiraan.


Aku berhasil...!


Pangeran wafer mungkin ada di masa lalunya, tapi ciuman pertama Umiyama yang tidak langsung ini adalah milikku!


Saat aku masih sibuk dengan pikiranku yang penuh kegirangan, tiba-tiba suara lembut Umiyama terdengar.


"Ryota..."


"Hm?"


Saat aku yang masih dalam euforia, seperti perawan yang menyeramkan, Umiyama memanggilku dan menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan.


"Umm... tidak, itu bukan apa-apa!"


"Hah? Ada apa?"


"Pokoknya tidak ada apa-apa! Lebih baik cepat habiskan ramune-nya, lalu kita pulang bersama? Antar aku sampai rumah, ya?"


"Yah... tidak masalah, sih."


"Hehe, yey!"


Tadi Umiyama sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi kenapa dia tiba-tiba mengurungkan niatnya?


Semoga saja itu bukan tentang ciuman tidak langsung tadi... Aku tidak mau membayangkan kalo dia menyadarinya.


★★★


Setelah mengantar Umiyama pulang, perjalanan pulang yang biasa aku lakukan tiba-tiba terasa sepi dan aku merasa sedikit kesepian.


Umiyama pada dasarnya orang yang berisik, tapi dia adalah karakter maskot dan selalu dia ceria, jadi berada di sampingnya membuatku merasa tenang.


Berada di dekatnya terasa menyenangkan, seperti ada energi positif yang mengelilingi, dia baik pada siapa saja, bahkan pada orang seperti ku yang seorang yinkya, serius, dia benar-benar anak yang baik...


Saking tenggelamnya dalam pikiran tentang Umiyama, tanpa sadar aku sudah sampai di rumahku.


"Aku pulang."


Saat aku masuk ke ruang tamu, aku melihat onee-chan ku yang hanya mengenakan kemeja dan celana dalam, sedang tiduran malas di sofa.


Hah... setelah melihat Umiyama, rasanya perbedaan ini terlalu mencolok.


"Oh, Ryota~ Aku tadi sudah memakan es krimmu."


"Hah!? Jangan bercanda! Aku sudah menunggu-nunggu rasa edisi terbatas dari Ha—"


"Oh iya, ngomong-ngomong..."


"Apa lagi!?"


"Tadi Tanaka-chan mampir ke sini."


"Tanaka?"


Untuk apa Tanaka datang ke rumahku? Untuk apa? 


Sekarang kalau dipikir-pikir, sejak terakhir kali kami bicara di atap sekolah, aku bahkan belum bertukar pesan dengannya di LINE.


Akhir-akhir ini aku banyak menghabiskan waktu bersama 3 gadis cantik itu, dan aku bahkan belum sempat membicarakan tentang kegiatan otaku dengan Tanaka.


"Dia bilang kaalo dia 'hanya mampir', sih... Tapi kalo sampai dia sengaja datang kesini, kemungkinan dia memang punya urusan denganmu, kan?"


"Begitu, ya."


"Coba tanyakan lewat LINE, ya?"


"A-aku tahu."


Setelah mengirim pesan LINE ke Tanaka dengan isi, "Bagaimana kalo kita teleponan sebentar?", aku kembali ke kamarku.


Sambil menunggu balasan dari Tanaka, tiba-tiba aku menerima gambar dari Kuroki.


"Whoa...! Hari ini dia pakai twintail!?"


Foto selfie Kuroki dalam balutan seragam sekolah dengan gaya rambut under-twintail, berbaring di atas tempat tidur, muncul di layar Hp-ku.


『Kuroki: Supaya kau semangat untuk drama nanti ♡ Hari ini juga aku kirim foto, ya? Seragam dan twintail... Ryouta-kun kau suka yang seperti ini, kan?』


Sial... Orang ini benar-benar paham selera otaku! 


Wajah cantik Kuroki yang dipadukan dengan twintail itu terlalu kuat. 


Nilai tambah dan daya tariknya 1000 kali lipat lebih dahsyat dibandingkan saat dikenakan gadis-gadis imut biasa.


Saat aku masih sibuk menyimpan foto itu, balasan dari Tanaka akhirnya datang.


『Tanaka: Baik, Kau dapat menelepon ku sekarang.".』


Melihat pesan itu, aku segera menelepon Tanaka.


"Tanaka, sudah lama tidak bertemu."


『Ohh, Ryota-kun! Sudah lama, ya.』


"Tadi kau datang ke rumahku, kan? Apa kau perlu sesuatu padaku?"


『Eh, sebenarnya aku tidak ada urusan penting sih. Hanya saja, aku mendengar rumor aneh tentang festival budaya...』


"Rumor aneh?"


Perasaan buruk langsung menyelimutiku...


『Entah kenapa, aku mendengar desas-desus kalo kau akan memerankan Putri Salju, sementara Ichinose-san dan Kuroki-san— 2 dari 3 gadis tercantik di sekolah—akan berperan sebagai pangeran.』


...Tanaka, itu bukan sekadar rumor. Itu kenyataan.


『Fakta kalo peran-perannya tertukar saja sudah aneh. Jadi ini pasti hanya kabar bohong, kan?』


".....Tidak."


『Hah?』


"Aku...memang akan menjadi Putri Salju, Tanaka."


『....Umm, akhir-akhir ini sepertinya ada yang tidak beres denganmu, Ryouta-kun.』


Nada suara Tanaka yang penuh keterkejutan menusuk telingaku dan meremukkan mentalku.


Cukup, Tanaka! Nyawaku sudah habis!


『Jadi, kau benar-benar akan memainkan peran Putri Salju? Dengan kata lain...kau akan berdandan seperti perempuan?』


"Ahh, diamlah! Aku tidak punya pilihan lain! Aku sudah terlanjur dipilih untuk peran ini!"


『Jadi, kau kalah oleh tekanan anak-anak yokya, ya?』


Tanaka, yang sangat memahami perasaan seorang yinkya, langsung menangkap situasiku hanya dalam sekejap.


Seperti yang diharapkan dari seorang gadis yinkya.


『Yah, terserah lah. Tapi, kau benar-benar mengerti jalan cerita Putri Salju, kan?』


"Tentu saja! Aku sering membacanya saat kecil. Seingatku, aku punya buku bergambar tentang itu di rak buku di kamarku."


『Wah, itu cukup mengejutkan, ternyataa kau juga punya sisi seperti itu dalam dirimu.』


"Apa maksudmu dengan sisi seperti itu?"


Sambil menanggapi perkataan Tanaka, aku berjalan ke arah rak buku di kamarku.


"Ngomong-ngomong, di mana buku itu sekarang ya?"


『Sekalian saja kamu cari. Kalo kau jadi pemeran utama, setidaknya kau harus membaca ulang ceritanya.』


"Kau ada benarnya juga."


Rak bukuku belakangan ini penuh dengan manga dari atas ke bawah, jadi sekilas aku tidak bisa menemukan buku yang kucari.


Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku membaca buku bergambar, mungkin itu ada di bagian bawah...?


"Putri Salju, Putri Salju...hm?"


Saat aku melihat rak bagian bawah, aku malah menemukan manga lama yang membuatku bernostalgia.


Manga dari majalah anak laki-laki yang sering kubaca saat SD, berjudul 'Lucky & H'.


Manga ini, meskipun diterbitkan di majalah anak laki-laki, memiliki banyak adegan yang cukup cabul, sehingga aku sering membacanya sambil bersembunyi dari orang tua ku dulu..


Tapi, anehnya... Manga ini seharusnya punya 18 volume, tapi entah kenapa volume pertama justru hilang.


"....Yah, sudahlah."


『Ryouta-kun, ada apa?』


"Ah, bukan apa-apa."


Setelah mencari ke sana kemari, pada akhirnya aku tetap tidak bisa menemukan buku bergambar Putri Salju.


Sebagai gantinya, aku memutuskan untuk melengkapi pemahamanku tentang cerita itu dengan membaca light novel 'Isekai Cheat Snow White: Apakah Setelah Kau Membangunkanku dengan Ciuman, Kau Malah Membatalkan Pertunangan Ini?', yang sangat direkomendasikan Tanaka (Kenapa aku melakukan itu...?). 


Dengan perasaan enggan, aku akhirnya membeli volume pertama 'Isekai Cheat Snow White' dalam format digital.


"Kau cuma mau menyebarkan novel ini, kan?"


『Yah, itu juga salah satu alasannya. Genre pembatalan pertunangan sedang populer di kalangan pembaca akhir-akhir ini!』


"Aku tahu, tapi tetap saja..."


Karena novel ini ditulis dari sudut pandang tokoh utama perempuan, alih-alih menampilkan adegan heroik sang heroine, justru lebih banyak menggambarkan keindahan fisik para pria.


Bagi otakku yang masih penuh dengan pikiran khas remaja, novel ini sama sekali tidak memberikan stimulasi yang cukup.


『Bagaimanapun, Ryota-kun akan memainkan peran Putri Salju... Jadi, sepertinya kau memang punya ketertarikan ke arah sana?』


"Sudah kubilang, ini bukan keinginanku sendiri! Yokya memaksaku, dan aku tidak punya pilihan lain!"


『Ngomong-ngomong, peran pangeran dipegang oleh Kuroki-san dan Ichinose-san, kan?』


"Y-ya, benar."


Saat aku menjawabnya, Tanaka mengerang panjang,『Hmmm...』


『2 orang itu memerankan pangeran... Bukankah tu curang?』


"Memangnya kenapa? Keberadaan mereka sendiri sudah seperti cheat dibandingkan kita para yinkya."


『Ya, sih... Tapi belakangan ini bagaimana hubunganmu dengan 3 gadis cantik itu?』


"Hmm... Kalo harus ku katakan yah, kami haya kencan, kencan, dan kencan lagi."


『Kau terus-terusan berkencan!? Eh, jangan-jangan...kau tidak melakukan apa pun selain kencan!?』


"Kurang lebih begitu."


Aku menjawab dengan bangga, hidungku hampir terangkat karena merasa menang.


Jujur saja, satu-satunya orang yang bisa kuceritakan tentang seringnya aku berkencan dengan 3 gadis tercantik di sekolah hanyalah Tanaka.


Aku ingin menyombongkannya ke anak-anak yokya itu, tapi kalk aku sampai melakukan itu, kemungkinan besar aku akan dihajar habis-habisan.


『Ryouta-kun sudah berubah. Aku yakin, pada akhirnya, kau juga akan mengabaikanku. Padahal dulu kau berjanji akan menjaga perjakaan sampai umur 30... Tapi sekarang, pasti kau akan menyerahkannya ke siapa saja dan tidak akan mau berbicara denganku lagi.』


"Apa, sih, yang kau bicarakan, Tanaka? Aku ini cuma otaku-yinkya, mana mungkin bisa kehilangan keperjakaan begitu saja?"


『Tapi...』


Hmm? Apa ini?


Jangan-jangan Tanaka cemburu karena aku telah mengkhianati aliansi yinkya?


Mungkin karena aku terlalu sombong saat menceritakan ini, dia malah salah paham.


"Kau tahu, Tanaka. Memang benar aku sering berkencan dengan mereka, tapi hubungan kami tidak seperti yang kau bayangkan."


『Hah? Maksudmu?』


"Sebenarnya, ke-3 gadis itu...masing-masing sudah punya orang yang mereka sukai."


『O-orang yang mereka sukai!?』


"Entah bagaimana, sepertinya ke-3 gadis itu masing-masing pernah menyukai seorang anak laki-laki saat masih SD, dan sepertinya mereka masih menyukainya sampai sekarang. Jadi, meskipun aku sering bermain dengan 3 gadis cantik itu, tidak ada kemungkinan aku bisa berpacaran dengan salah satu dari mereka. Sayangnya."


『Be-begitu, ya...? ...Haa.』


Tanaka, entah kenapa, menghela napas (?). Mungkin dia merasa lega setelah memastikan kalk aku adalah 'kaum' yang sama dengannya.


"Lagipula, bahkan kalo ada kemungkinan kecil—katakanlah hanya beberapa persen—kalk aku bisa berpacaran dengan salah satu dari mereka, aku bukan tipe orang yang akan begitu saja meninggalkanmu, Tanaka. Kau adalah satu-satunya teman otaku yang kumiliki."


『Ryota-kun... fufu, ternyata kau memang tidak berubah, ya.』


"Hah? Tentu saja aku berubah! Aku bahkan sudah pergi kencan romantis dengan 3 gadis cantik itu!"


『Tapi kalo kau tidak bisa berpacaran dengan salah satu dari mereka, berarti kau akan tetap perjaka seumur hidup, kan?』 


Perkataan itu terlalu masuk akal hingga aku tifak bisa membantah...!


『Yah, tapi itu juga tidak masalah, sih.』 


"Apa maksudmu?"


『Bukan apa-apa~. Aku harus pergi ke bimbel-ku sekarang, jadi sampai di sini saja teleponnya.』 


"A-ah. Bagaimanapun juga, terima kasih, Tanaka. Aku sudah mengenalmu sejak lama, jadi aku merasa nyaman saat berbicara denganmu tanpa ragu."


『......』


"Hm? Tanaka?"


『I-itu dia... sikap seperti itulah yang membuatmu begitu...』


Tanaka berbisik pelan, lalu tiba-tiba dia menutup panggilan LINE.


"A-apa maksudnya 'sikap seperti itu'...?"


★★★


Beberapa hari kemudian, saat jam istirahat makan siang.


"Semuanya, naskahnya sudah selesai!"


Hino, anggota panitia pelaksana, baru saja mencetak naskah di ruang komputer dan kini berdiri di depan papan tulis, membagikan salinan kepada teman-teman sekelas yang berperan dalam pertunjukan.


Jadi... naskahnya akhirnya selesai, ya.


Awalnya aku sempat khawatir bagaimana hasilnya, tapi kalo sudah selesai, itu berarti semuanya berjalan lancar.


Aku menerima naskah dari Hino dan mulai membacanya.


"Lihat ini, Ryota! Karakter kobito milik Airi punya banyak dialog!"


"Ah, ah... Bagus sekali, Umiyama." 


Meskipun Umiyama memerankan peran kurcaci, tapi dia sepertinya adalah pemimpin di dari 7 kurcaci jadi dia memiliki cukup banyak dialog. 


Mengangkat Umiyama sebagai pemimpin mungkin adalah strategi untuk menarik penggemar Umiyama yang ada di seluruh sekolah.

 

"Hore! Airi bisa banyak bicara~" 


Tanpa menyadari hal tersebut, orang yang bersangkutan justru terlihat sangat senang. 


Ini sangat menakutkan.


Aku sendiri justru ingin dialogku dikurangi. 


Sambil membalik-balik naskah, aku terus memikirkan hal itu. 


...Ngomong-ngomong, baru sekarang aku menyadari, peran-peran ini... 


Tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. 


Karena peran laki-laki dan perempuan dibalik, peran Ratu (ibu tiri) yang terkenal dengan apel beracun akan dimainkan oleh Hino, tapi selain itu, semua peran lainnya diisi oleh perempuan.


Putri Salju yang melarikan diri ke hutan juga diperankan oleh seorang perempuan, dan 7 kurcaci termasuk Umiyama semuanya adalah perempuan. Selain itu, peran Pangeran yang dimainkan oleh Yuria dan Kuroki...  


Tidak... Ini jelas-jelas versi harem Putri Salju yang menguntungkan ku.  


"Aku telah memutuskan untuk pertunjukan pagi, peran Pangeran akan dimainkan oleh Ichinose-san, dan untuk pertunjukan sore oleh Kuroki-san. Semoga bekerja sama dengan baik."  

  

Mendengar itu, Kuroki dan Yuria mengangguk kecil.  


Kalo dipikir, jadi ini memang menggunakan sistem double cast, ya?  


Awalnya Yuria, dan terakhir Kuroki.  


Kalau bisa, aku ingin peran Putri Salju juga menggunakan double cast...  


"Hei, Ryota."  


Ketika aku membuat wajah masam, Yuria menghampiriku.  


"Ini pertama kalinya aku bermain drama... tapi aku akan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ryota juga harus serius, ya."  


"O, oh..."  


Yuria meninggalkan kata-kata itu dan kembali ke tempat duduknya dari depan papan tulis.  


"Yuria memang selalu serius di saat yang tidak terduga."  


Kuroki, yang memperhatikan punggung Yuria, berbicara padaku.  


"Ryota-kun, kita adalah pasangan yang ditakdirkan... jadi mari bersenang-senang bersama, ya?"  


"Apa maksudmu itu?"  


"Secara harfiah. Kita adalah Pangeran dan Putri Salju yang dipersatukan oleh takdir."


Kuroki selalu berbicara dengan nada yang penuh makna.  


Pasangan yang ditakdirkan, kah?  


★★★


  Dengan mendengarkan pelajaran sore yang membosankan sambil lalu, aku membaca naskah.  


Aku belum pernah bermain drama sejak acara bermain di TK, dan sekarang aku malah harus berperan sebagai peran heroin. Karena itu, aku harus berusaha lebih keras daripada yang lain.  


Memang wajar karena ini pemeran utama, tapi dialognya cukup banyak... Aku harus benar-benar mempelajarinya agar tidak gugup saat pertunjukan dan lupa dialog.  

Sambil asyik membaca naskah, tanpa kusadari pelajaran sore sudah berakhir.  


Persiapan festival budaya setelah sekolah hari ini pada dasarnya bersifat sukarela karena Hino, ketua panitia, tidak bisa ikut.  


Karena selama ini aku terus dipaksa ikut persiapan festival budaya, hari ini aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan fokus menghafal dialog.  


Saat aku bersiap-siap pulang, Umiyama yang duduk di depanku mengajak Yuria dan Kuroki berkumpul di meja Kuroki.  


"Hei, kalian berdua! Karena persiapan festival budaya hari ini tidak wajib, jadi ayo kita semua membaca naskahnya bersama-sama! Rui-chan, hari ini kau libur dari klub atletik, kan?"  


"Iya, jadi tidak masalah."  


"Hore! Kalo begitu, apa kita boleh berlatih di rumahmu Rui-chan?"  


"Rumahku, ya..."  


Kuroki ragu-ragu sambil melirik ke arahku yang duduk di sebelah kirinya.  


Apa, apa ini?  


Merasakan tatapan Kuroki, aku berpura-pura sibuk bersiap-siap pulang sambil menyimak pembicaraan mereka.


"Hmm... Mungkin hari ini rumahku agak sulit. Ayahku bilang ruang besar akan digunakan untuk tamu, dan kamarku juga... agak berantakan,"  


Sambil berkata begitu, Kuroki terus melirik ke arahku.  


Hei, kenapa kau terus melihat ke arahku?!  


"Begitu ya. Rumah Airi sempit dan berantakan, jadi tidak mungkin. Kalo Yuria?"  


"Ah, kamarku..aku juga tidak bisa melakukan itu."  


Yuria tersenyum kecut sambil menjawab.  


Pasti kamar Yuria dipenuhi dengan barang-barang merch karakter kesukaannya.  


Kalo ada botol oppai karakter Milk-chan yang ditemukan teman-temanya, dia bukan lagi gadis paling populer di sekolah, tapi gadis yang suka minum susu.  


Yah, aku tidak bisa berkata apa-apa tentang Yuria karena kamarku penuh dengan hal-hal yang berbahaya kalo ada yang melihatnya...


"Kalo begitu, bagaimana kalo ke restoran keluarga?"  


"Eh? Waktu itu kan kita ke restoran keluarga dekat sini, tapi itu penuh dengan Yankees dari SMP Nishi yang berisik. Waktu itu berkat Rui, semua jadi diam."  


"Rui-chan waktu itu keren sekali! Kau bisa membuat Yankees itu diam dalam sekejap."  


"Haha. Tidak juga, itu hal biasa kok."  


Hei, hei, apa yang Kuroki lakukan pada Yankees itu?  


Aku jadi penasaran...  


"Kalo di restoran keluarga tidak bisa, bagaimana kalo ke Starbucks?"  


"Tapi di Starbucks mungkin penuh dengan siswa dari sekolah kita, jadi sulit dapat tempat... Lagipula, Airi pasti akan minum 3 gelas Frappuccino lagi."  


"Aku tidak akan melakukannya! Minum sebanyak itu pasti akan membuat sakit perut!"


Umiyama tersipu dan menyangkalnya.  


Sepertinya itu jumlah yang wajar untuk Umiyama.  


"Kalo begitu, akhirnya kita mau ke mana? Rui punya hari libur hari ini, jadi aku baik-baik saja dengan apa pun yang diputuskan Rui, oke?"  


"Benar juga. Aku juga tidak masalah di mana pun Rui-chan mau pergi. Mau ke karaoke baru di depan stasiun atau ke tempat bowling biasa juga boleh. Aku setuju saja."  


"Dasar Airi. Hari ini kita kan rencananya mau membaca naskah baru bersama? Aku ingatkan, kita tidak akan main-main."  


"Boo, Yuria, kau gadis yang serius. Tapi Yuria, untuk gadis yang serius seperti mu, tapi celana dalammu hari ini agak mencolok, ya?"  


"Eh, hei!"  


Apa...katamu?!  


Celana dalam Yuria... mencolok?!  


Umiyama! Tolong ceritakan lebih detail tentang celana dalam Yuria!  


"Hey, jangan bicara hal aneh, idiot!"  


"Ggyuuuhh! Aduh, aku menyerah, maafkan aku, Yuria!"  


Umiyama terlihat kesakitan saat dia mendapat headlock dari Yuria yang tersipu.  


Kemudian, karena headlock itu, payudara besar Umiyama menyentuh paha besar Yuria.  


Nuuuoooooo!!!! Payudara besar Umiyama dan paha besar Yuria menyatu dalam keajaiban!!  


Ini benar-benar momen yang mengharukan...!  


"...Eh, apa?"  


Ketika aku menatap Yuria dan Umiyama dengan seksama, tiba-tiba Kuroki sudah berdiri di depan mejaku.  


"Haha..."  


Dengan senyum yang agak mencurigakan di wajahnya, Kuroki menghadap ke 2 orang yang sedang bertengkar itu.  


"Bisakah kalian ber-2 berhenti bertengkar sekarang? Aku sudah memutuskan ke mana kita akan pergi."  


Mendengar itu, Yuria melepaskan Umiyama.  


"Jadi, akhirnya Rui mau ke mana? Karaoke?"  


"Bukan. Aku... karena ini kesempatan langka, aku ingin pergi ke rumah Ryota-kun."  


" " " "Ha... hah!?" " " "


Jangan-jangan senyuman Kuroki tadi...adalah senyuman karena dia memikirkan rencana ini...!


Kuroki benar-benar orang yang tidak terduga...!


★★★


3 gadis cantik itu akhirnya akan datang ke rumahku, dan akibatnya, secara otomatis aku harus pulang bersama mereka.

Kenapa semua ini bisa terjadi...?

Kalo aku pulang sekarang, tidak akan ada cukup waktu untuk menyembunyikan semua barang-barang otaku aneh yang memenuhi kamarku.

Biasanya, aku bahkan tidak akan repot-repot memasang sampul pada light novel yang kubaca karena aku cukup terbuka dengan hobiku. 

Tapi, membiarkan 3 gadis ini—terlebih lagi, mereka adalah gadis-gadis cantik—melihat ruang pribadiku jelas merupakan hal yang sangat memalukan.

Seharusnya ini adalah situasi harem khas komedi romantis yang luar biasa—3 teman sekelas perempuan (dan semuanya cantik) masuk ke kamarku. Tapi, mengingat kondisi yang ada, aku sama sekali tidak bisa menikmatinya dengan tenang... Haa.

Kalo masing-masing dari mereka datang secara terpisah, aku mungkin masih bisa menerimanya dengan lapang dada dan menghadapi mereka tanpa rasa canggung. 


Tapi, kalo ketiganya datang sekaligus, aku khawatir kalo aku secara tidak sengaja akan membocorkan sesuatu yang seharusnya tetap menjadi rahasia.


Untuk saat ini, aku harus memberitahu Yuria agar tidak bereaksi terhadap barang-barang anime di kamarku.


"Bukankah menyegarkan, kita berempat bisa pulang bersama begini?"


"Sudah lama kita bertiga tidak pulang bersama kan? Akhir-akhir ini, Rui berlatih hampir setiap hari."


"Maaf, ya. Karena aku sibuk dengan klub atletik. Yuria, kau pasti merasa kesepian, kan?"


"A-aku tidak merasa kesepian, kok!"


"Fufu...bilang saja terus terang."


Ketiganya berbincang dengan riang sambil berjalan di depanku.


Saat kami berjalan pulang sekolah bersama-sama seperti ini, aku dapat melihat dengan jelas kalo mereka bertiga ini menarik perhatian orang-orang di sekitar kami.


Para pekerja kantoran sepulang kerja, pria paruh baya yang sedang berlari, wanita yang membawa anjing jalan-jalan, hingga anak-anak SD yang baru pulang pun, semua secara refleks menoleh saat melewati mereka.


Penampilan mereka bertiga begitu luar biasa sehingga keberadaan mereka menciptakan aura yang sulit untuk didekati.


Dengan kecerdasan dan keanggunan Kuroki, gadis cantik berpayudara besar Umiyama, dan gadis No. 1 di sekolah Yuria, jadi wajar saja kalo mereka menarik perhatian sebanyak ini.


Di sisi lain, aku merasa semakin canggung.


Sejujurnya, aku tidak pantas berada di antara para gadis ceria dan bersinar seperti mereka.


Meskipun secara teknis kami sedang pulang bersama, aku tetap menundukkan kepalakj dan berjalan di belakang mereka, seolah-olah berpura-pura tidak mengenal mereka.


"Hei, Ryota!"


"H-hyaah!?"


Aku yang tiba-tiba diajak bicara oleh Umiyama, sangat terkejut hingga suaraku berubah nada.


"Tunggu, Ryota...kenapa suaramu begitu?"


"Ryota-kun, jangan-jangan kau sedang gugup?"


Yuria dan Kuroki pun ikut menatap ke arahku.


"A-aku tidak gugup! Hanya saja... kalian benar-benar hanya akan membaca naskah bersama, kan? Setelah itu kalian akan pulang, kan?"


" " "........." " "


Seolah mereka sudah sepakat sebelumnya, mereka ber-3 tetap diam tanpa memberikan tanggapan.


Jangan-jangan mereka memang berniat tinggal lebih lama.


"Hei, hei! Di rumah Ryota ada 'piko-piko', kan? Airi mau main piko-piko!"


"Hei, Umiyama! Baru saja aku bilang..."


"Jangan marah begitu, Ryota. Main game sebentar saja tidak masalah, kan?"


"Benar, Ryota-kun. Kita semua akan bermain bersama, jadi jangan kaku begitu, oke?"


Hah? Barusan, Kuroki jelas-jelas mengatakan 'bermain', kan?


Jangan-jangan mereka sejak awal memang tidak berniat membaca naskah sama sekali.


"Semuanya! Ayo mampir ke toko serba ada ini dulu!"


"Setuju. Ayo kita beli camilan dan minuman di sini sebelum ke rumah Ryota."


"Baiklah. Ryota kau juga harus, ikut!"


"Hah...?"


★★★


Setelah kami mampir ke toko serba ada, kami akhirnya tiba di rumahku dengan membawa kantong belanja.


"Hei, hei! Kamar Ryota di mana?"


"Ka-kamarku ada di lantai 2, belok kanan setelah naik... tapi..."


Sebelum mereka menaiki tangga, aku buru-buru berdiri di depan mereka untuk menghentikan langkah mereka.


"Tolong, beri aku waktu 3 menit saja. Aku benar-benar harus merapikan kamarku dulu."


"Tidak. Cepat izinkan kami masuk."


"Benar! Airi ingin cepat duduk!"


"Ryota-kun? Aku tidak masalah meskipun kamarmu berantakan, kok."


"Tapi aku yang masalah!"


Kamarku memang tidak sampai berantakan seperti tempat yang sudah lama tidak ditinggali, tapi tetap saja, ini bukan kondisi yang layak dimasuki oleh gadis-gadis.


Lagipula, meskipun aku sendiri tidak menyadarinya, bisa saja ada bau tidak sedap di dalam.


"Baiklah, baiklah. Kalo begitu, boleh kami pergi ke kamar Ryota? Kami akan menunggu di depan pintu."


"Eh? Ah, ya... baiklah."


Karena permintaan Yuria, aku akhirnya membawa mereka ke lantai 2.


Setelah mengantar mereka sampai di depan pintu kamarku, aku sekali lagi menegaskan agar mereka menunggu, lalu segera masuk ke dalam.


Bagaimanapun, tidak ada cukup waktu untuk merapikan semua figur atau tapestry, dan bahkan aku tidak tahu harus menyembunyikannya di mana.


Mereka pasti sudah tahu aku seorang otaku, jadi untuk saat ini, yang lebih penting adalah...


"Yang paling utama adalah semprotan penghilang bau!!"

Aku mengambil 'semprotan penghilang bau' yang biasa aku semprotkan setelah aku melakukan berbagai hal di kamar ku, dan menyemprotkannya ke seluruh ruangan.

"Setidaknya, tolong hilangkan baunya saja...!"

"Baik, 3 menit sudah habis! Permisi masuk~!"

"H-hey! Umiyama!"

Aku ragu apa ini benar-benar sudah 3 menit, tapi Umiyama tanpa ragu menjadi yang pertama masuk ke kamarku. 

Menyusul di belakangnya, Yuria dan Kuroki juga masuk, lalu mulai melihat-lihat sekeliling.

"Jadi...ini kamar Ryota-kun..."

"Ada begitu banyak barang koleksi di dalam sini."

Dinding kamar dipenuhi tapestry dengan ilustrasi yang cukup mencolok, sementara rak besi 3 tingkat di sudut ruangan penuh dengan figur-figur.

Di salah satu sisi ruangan, terdapat 'Dinding Light Novel', yaitu rak besar 5 tingkat yang isinya hanya light novel, menjadikan tempat ini terlihat sepenuhnya seperti ruang milik seorang otaku sejati.

Dibiarkan melihat ruang pribadiku seperti ini, bahkan aku pun tidak bisa menahan rasa malu.


"Wah, kamar Ryota luar biasa~! Lihat, ada banyak gulung-gulung bergambar gadis-gadis!"


Menyebut tapestry sebagai 'gulung-gulung' memang tidak sepenuhnya salah, tapi tetap saja...


"Hmph. Aku sudah menduganya, tapi Ryota benar-benar seorang otaku, ya."


Yuria mengatakan itu dengan nada suasana yang seolah mengatakan "Aku berbeda dengan dia".


Padahal, aku yakin kalo kamarnya, mungkin tidak jauh berbeda dari kamarku ini.


Untuk saat ini, aku hanya bisa berharap dia tidak secara tidak sengaja mengungkapkan sesuatu yang mencurigakan hari ini.


"Sniff, sniff...huh? Bau penghilang baun sangat menyengat!"


"Aku baru saja menyemprotkannya tadi. Kupikir kamarku mungkin berbau tidak sedap."


"Eh~? Tapi Airi suka aroma Ryouta, kok~!"


A-apa!? Dia...menyukai aromaku!?


"Iya, kan, Yuria? Ryota itu punya aroma yang enak, bukan?"


"Yah...benar juga. Aku juga tidak membenci aroma Ryouta, kok."


Aku sama sekali tidak mengerti. Sebenarnya, aroma seperti apa yang mereka maksud?


"Hei, daripada itu, bagaimana kalo kita minum jus yang tadi kita beli? Aku mulai haus."


Kuroki mengeluarkan botol plastik berisi jus apel berukuran 2 liter dari kantong belanja.


"Ah, Ryota-kun, bolehkah aku meminjam gelas?"


"Oh, tentu. Aku akan mengambilnya, tapi..."


Tunggu sebentar. Kalk aku keluar dari kamar sekarang, itu berarti hanya mereka ber-3 yang ada di ruangan ini, kan?


Meskipun aku tidak berpikir mereka akan menggeledah barang-barangku, tapi tetap saja...


"Ada apa, Ryota-kun?"


"Ah, tidak... Kalian ber-3 bisa duduk di mana saja kalian mau, gunakan saja bantal yang ada."


Setelah memberi tahu mereka, aku keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga sendirian untuk mengambil gelas.


Apa aman meninggalkan mereka ber-3 begitu saja...?


Tapi, bagaimanapun juga, mereka tetap tamu di rumahku, jadi tidak mungkin aku meminta mereka untuk mengambil gelas sendiri.


Yah...seharusnya itu tidak ada masalah...kan?


★★★


Di dapur lantai satu, aku mengambil 4 gelas dan satu piring sedang dari rak piring, lalu meletakkannya di atas nampan untuk dibawa ke atas.


Semoga saja mereka ber-3 tidak melakukan hal aneh di kamarku saat ini...


Memang, kamarku dipenuhi tapestry bergambar karakter moe dan berbagai figur, tapi hal-hal yang benar-benar berbahaya—seperti game bokep, Blu-ray tertentu, serta oppai mousepad, aku biasanya menyembunyikannya jauh di bawah tempat tidurku ketika aku tidak menggunakannya.


Aku tidak ingin ibuku menemukannya saat membersihkan kamarku di siang hari.


Dengan kata lain, selama mereka tidak menggeledah bawah tempat tidur... tidak ada masalah.


Meski begitu, reaksi Umiyama dan Kuroki saat melihat kamarku tadi cukup mengejutkan.


Yuria tidak masalah karena dia juga seorang otaku sepertiku, tapi Umiyama dan Kuroki mereka bukan seorang otaku atau apa pun, aku sempat berpikir kalo mereka akan terkejut atau bahkan jijik saat melihat tapestry dan figur bergaya moe.


Anehnya, ekspresi tidak satu pun dari mereka menunjukkan ekspresi jijik.


Padahal sebelum aku dan Umiyama berteman, dia selalu membenci hal-hal berbau otaku. Tapi sejak dia mulai berbicara denganku, sikapnya berubah, seolah itu bukan masalah lagi.


Apa ini berarti... bahkan seorang otaku-yinkya sepertiku bisa menjadi cukup dekat dengan Umiyama dan Kuroki?


"...Dekat, ya."


Tidak kusangka aku bisa menjalin hubungan seperti ini dengan para gadis cantik itu... Beberapa waktu lalu, hal semacam ini bahkan tidak pernah terlintas di benakku.


Sambil merenungkan hal itu, aku akhirnya sampai di depan kamarku dan membuka pintu.


"Hei, aku sudah bawa gelas...huh?"


Saat aku masuk, mereka ber-3 terlihat bersantai dengan cara mereka masing-masing.


Umiyama sedang duduk di atas bantal di depan TV, Yuria bermain dengan Hp-nya sambil bersandar di kursi gaming milikku, sementara Kuroki duduk di tempat tidurku, dan dia sesekali melirik sekeliling kamar.


"Ah, akhirnya kau datang, Ryota~"


"Terima kasih untuk gelasnya, Ryota-kun."


Walaupun Kuroki duduk di tempat tidurku, sepertinya dia tidak menemukan barang-barang yang kusembunyikan di bawahnya. Selain itu, tidak ada tanda-tanda mereka mengacak-acak apa pun.


Aku menghela napas lega.


"Kalo begitu, aku akan menuangkan jus, ya?"


"Aku akan membantumu, Rui."


Kuroki menerima nampan dariku, lalu dia dan Yuria mulai membuka jus dan camilan.


Mereka terlihat begitu terbiasa melakukan ini... Apa mereka sering melakukan kegiatan semacam ini bersama?


"Hei, Ryouta? Konsol game ini tidak mau menyala."


Umiyama, yang sedari tadi memainkan kontroler SP5 di depan TV, kini menoleh ke arahku dengan ekspresi memelas.


"Kalian mau main game sekarang? Bukankah kita seharusnya membaca naskah?"


"Tidak, aku ingin main game~!"


"Haa...aku sudah menduga kalo akan jadi seperti ini."


Sambil menghela napas, aku mengambil kabel daya SP5 dan mencolokkannya ke stopkontak.


Melihat situasinya, sepertinya hari ini akan berakhir dengan bersantai seperti ini saja.


"Ryota, kau biasanya main game apa? Game tembak-tembakan?"


"Aku tidak bermain FPS, karena aku gampang mabuk dengan grafisnya. Aku lebih sering bermain game RPG. Belakangan ini...."


Hm? Tunggu...belakangan ini?


Kalo dipikir-pikir, kapan terakhir kali aku menggunakan SP5?


Kalo tidak salah ingat, terakhir kali aku menggunakannya adalah ketika aku menerima Blu-ray, aku mencobanya sebentar...ah!?


Gawat! Ini benar-benar gawat! 


Sekarang, di dalam SP5 itu masih ada—Blu-ray 'Dokidoki! Turnamen Renang Penuh Mantan Gravure Idol! Penuh Insiden Tanpa Sensor!!?' yang tertinggal di dalamnya!!


Karena ini keadaan darurat, aku tidak perlu menjelaskan isinya, tapi intinya ini benar-benar masalah besar. Kalo begini terus—


"Ah, akhirnya gamenya jalan!"


"Tunggu! Umi—"


"Hm? Eh, ini apa? 'Dokidoki! Turnamen Renang Penuh Mantan Gravure Idol! Penuh Insiden Tanpa Sensor!!?' Game macam apa ini? Judulnya aneh."


" "Hah!?" "


Begitu Umiyama membaca judulnya dengan lantang, suasana ruangan langsung membeku.


Ah...ini gawat.


Pikiranku terhenti karena situasi yang tidak terduga ini.


Bagaimana mungkin seorang teman sekelasku—dan dia seorang gadis pula—mengetahui seleraku dalam hiburan (dalam banyak artian)...

"Ryo... Ryota... Kau ini..."

Yuria menatapku dengan wajah yang memerah, bibirnya bergetar seolah sedang menahan sesuatu.

"Hei, Airi? Aku rasa kita butuh es juga. Bisakah kau pergi ke dapur dibawah sementara kami menyiapkan camilan dan minuman?"

"Baik! Aku mengerti, Rui-chan!"

Entah kenapa, Kuroki secara halus membujuk Umiyama keluar dari ruangan. 

Tanpa ragu, Umiyama pun pergi seperti seekor anjing yang mengejar frisbee.

"Baiklah, Ryota-kun? Aku ingin bertanya sesuatu...sebenarnya apa 'itu'?"

Begitu Umiyama keluar, Kuroki berbalik dan menatapku dengan senyum lebar di wajahnya.

Tapi, siapa pun yang melihat senyumannya itu akan langsung tahu kalo itu bukan senyuman biasa.

Menyadari situasi yang terjadi, aku spontan duduk bersimpuh di depan TV, kini, aku berada dalam posisi yang lebih rendah dari mereka berdua, seakan sedang dihakimi.

Ini sudah tidak bisa disebut percakapan biasa. Ini murni sesi teguran.

"Ryota... Kau ini... Kenapa kau menonton hal mesum seperti ini!? Lagipula, di zaman sekarang, orang-orang menonton hal seperti ini lewat internet, kan!?"

"Uh, begini...menurutku bisa dibilang aku adalah tipe orang yang ingin menontonnya di layar yang lebih besar..."

"H-hah!?"

"Fufu, ini memang khas Ryota-kun."

"Tunggu, Rui! Kenapa kau malah menerimanya begitu saja!?"

Sementara Yuria yang terlihat kasal, Kuroki tetap tenang, seolah dia sudah memahami segalanya sejak awal.

Seakan-akan dia sudah sepenuhnya memahami preferensiku... Tidak, tunggu dulu. Mana mungkin dia tahu semua tentangku!?

"Jadi, Ryota... apa yang akan kau lakukan dengan ini?"


"A-aku juga tidak tahu harus melakukan apa... yah, aku hanya melakukan 'itu' saja..."


"Astaga, kau ini..."


"Sudahlah, Yuria. Ryota-kun kan laki-laki yang sedang dalam masa pubertas, jadi wajar saja kalo dia menonton hal seperti itu."


"....Aku baru terpikir sesuatu. Kenapa Rui seolah-olah sangat memahami Ryota? Bukankah kalian hanya teman seangkatan saat SMP?"


"Eh? Baiklah, Ryota-kun dan aku... ya?"


Kuroki mengatakan sesuatu yang sugestif kepada Yuria sambil menatapku dengan tatapan tenang di matanya.


A-apa-apaan ini?! Kenapa dia memberi kesan seolah ada sesuatu di antara kami?!


"Tunggu, maksudmu apa? Jangan-jangan kalian diam-diam berpacaran?"


"Tentu saja tidak! Aku dan Kuroki hanya kebetulan berasal dari SMP yang sama, itu saja!"


"Tapi bukankah ini aneh? Rui sejak dulu tidak menyukai laki-laki dan dia selalu bersikap dingin terhadap mereka, tapi sikapnya terhadap Ryota terlihat berbeda."


"Hehe, kalo begitu, Yuria juga sama. Biasanya kau bersikap dingin terhadap laki-laki, tapi kalk bersama Ryota, kalian terlihat sangat kompak,kan?"


"Itu...tidak ada hubungannya, kan? Lagipula, alasan aku sering bersama Ryota adalah karena kami menjadi pasangan dalam drama. Se-sekarang ini kita sedang membahas hubungan antara Rui dan Ryota, kan?"


Keduanya mulai bertukar kata seolah saling mengawasi dan mencoba membaca situasi.


Baik Yuria maupun Kuroki pasti berpikir kalo hanya merekalah yang berbagi rahasia denganku.


Yah, itu wajar saja, karena hanya aku yang tahu tentang hobi otaku Yuria dan sifat perfeksionis manipulatif Kuroki.


Rasanya, gara-gara ucapan menggoda Kuroki, pembicaraan ini tiba-tiba menjadi jauh lebih rumit.


Sungguh merepotkan... Kalo dibandingkan ini, rasanya lebih baik kalo mereka tetap mengolok-olok koleksi Blu-ray pribadiku saja...

Tunggu.


Ja-jangan-jangan... Kuroki sengaja melakukan ini untuk mengalihkan perhatian Yuria dari Blu-ray itu?


Mungkinkah...dia melakukan ini untuk melindungiku, setelah koleksi pribadiku ketahuan?


Pada saat itu, pintu kamarku tiba-tiba terbuka dengan keras.


"Semua! Aku sudah membawa es! Ayo kita mainkan 'Dokidoki-apalah-itu' bersama-sama!"


" "KITA TIDAK AKAN MAIN ITU!!" "


"Eh?"


Umiyama sepertinya benar-benar mengira kalo itu adalah game sungguhan.


★★★


"Tunggu, Rui-chan terlalu kuat! Satu kali lagi!"


"Fufu. Kalo begitu, kalo Airi kalah lagi, kau harus memijat bahuku, ya?"


"Eeh..."


Banyak hal yang terjadi, tapi pada akhirnya Umiyama tidak mengetahui kejadian Blu-ray tersebut, sekarang, Umiyama dan Kuroki mulai bermain game pertarungan di dalam kamarku.


Sementara itu, aku dan Yuria yang tidak punya kegiatan hanya duduk bersebelahan di atas tempat tidur, sambil mengamati mereka berdua bermain.


"Ryo... Ryota...? Maaf soal tadi. Karena posisiku, aku tidak punya pilihan selain bersikap agak keras."


Tiba-tiba, Yuria meminta maaf dengan suara pelan.


"Kau tidak perlu minta maaf. Lagipula, kalo dipikir secara logis, aku ini sudah cukup menjijikkan sebagai pria otaku yang tidak populer, apalagi setelah ketahuan menonton hal seperti itu."


"....."


"Yuria?"


"Sebenarnya...a-aku juga...pernah menonton hal yang sama..."


"Apa...?"


Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku mendengar pengakuan tiba-tiba itu.


Yu-Yuria berkata kalo dia juga pernah menonton 'Dokidoki! Turnamen Renang Eksklusif Mantan Gravure Idol! Penuh Insiden Tanpa Sensor!'...?!

 

Kenapa kau tiba-tiba mengaku seperti itu? 


"Bukankah ini semacam takdir?"


"Aku tidak ingin takdir seperti itu."

 

Mulai sekarang, Yuria tidak boleh lagi marah padaku karena masalah yang berhubungan dengan hal-hal cabul. Kita kan sama saja.


"Yuria, selain menyukai payudara karakter anime, ternyata kau juga menonton hal semacam itu ya?"


"Ro-Ryota mungkin tidak tahu, tapi banyak perempuan juga menonton hal seperti itu. Ada gadis seperti Airi yang lugu dan sedikit bodoh, jadi mungkin aku yang punya nafsu seks yang tinggi."


Yuria mengatakan itu dengan wajahnya memerah lebih dari sebelumnya.

 

Nafsu seks yang tinggi...kedengarannya terlalu cabul. Bahkan terlalu cabul untuk seorang gadis seperti dia.

 

"Ah, sudahlah, jangan bahas ini lagi! Keringatku membuat bra-ku akan terlihat."


Silakan saja terlihat.

 

"Ngomong-ngomong, ada yang ingin kutanyakan padamu, Ryota."

 

"Hmm? Ada apa tiba-tiba?"

 

"Itu lho, manga 'Lucky & H' di rak buku sana. Kenapa volume 1-nya tidak ada?"

 

" 'Lucky & H'... Volume 1?"

 

Yuria bertanya padaku kenapa volume 1 'Lucky & H' tidak ada di rak buku, tapi aku sendiri juga tidak ingat.

 

"Apa yang terjadi tiba-tiba? Aku tidak ingat."


"Be-benar juga ya. Itu adalah karya dari saat kita masih di SD."


Yuria berkata begitu sambil tersenyum masam. 


Aku memikirkan hal yang sama ketika aku sedang mencari buku bergambar Putri Salju beberapa hari yang lalu, tapi aku membeli 'Lucky & H' sudah lama sekali sehingga aku tidak mengingatnya sama sekali...


Mungkin saja aku sengaja membuangnya karena kotor, atau mungkin saja aku meminjamkannya pada Tanaka dan kami berdua lupa, sehingga buku itu jadi hilang.


Tapi, Tanaka itu orangnya sangat sopan, kalo dia meminjam sesuatu dia pasti akan mengembalikannya bersama camilan atau semacamnya, jadi kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil.


Kalo bukan Tanaka, berarti Onee-chan ku yang menyebalkan itu... Tapi dia lebih suka membaca novel lesbian, jadi tidak mungkin dia membaca 'Lucky & H'.


"Atau lebih tepatnya, Yuria, apa kau ingin membaca 'Lucky & H'? Kalo kau mencari manga serupa, ada 'Inago 1000%', yang baru-baru ini aku beli dalam jumlah besar."


"Ah, t-tidak usah! Aku hanya penasaran saja."


"Benarkah?"


"Iya. Selain itu, aku harus ikut bermain game, kalo tidak Airi akan ngambek."


"Ngambek?"


Saat aku melihat ke arah mereka berdua yang sedang memainkan game atas permintaan Yuria, aku melihat di samping Kuroki yang sedang tersenyum, Umiyama sedang memelototi Kuroki dengan pipi menggembung.


"20 kekalahan berturut-turut... Ah, jangan curang dong, Rui-chan!"


"Fufuf"


Dasar perfeksionis.


Padahal biasanya dia baik, tapi kalo sudah soal kalah-menang dia jadi tidak mau mengalah.


"Jangan marah begitu, Airi. Lagipula Rui-chan memang suka menang."


"Tunggu dulu, Yuria! Kalo begitu, berarti Airi masih anak-anak?"


"Ah, itu..."


Yuria terdiam, sementara aku hanya bisa berpikir, "Ya memang begitulah."


"Bagaimana kalo kita bermain game berempat? Misalnya permainan pesta. Ayo, Ryota kau juga harus ikut."


"Bo-boleh sih... Tapi, kalian benar-benar tidak mau membaca naskahnya?"


" " "Tidak!" " " 


Hah... seperti yang kukira. 


Mereka ini tidak terlalu serius dengan persiapan festival sekolah ya.


Mungkinkah aku saja yang terlalu serius?


Ah, mungkin bagi mereka yang populer, festival sekolah itu seperti pesta, jadi mereka tidak perlu terlalu serius.


"Hei Ryota, Ryota~ Tolong ambilkan tempat sampah, aku mau membuang sampah makanan."


"Tempat sampah? Oh, baiklah."


Karena diminta oleh Umiyama, aku mengambil tempat sampah yang ada di sudut ruangan.


"Ryota terima kasih... eh? Tas plastik yang tergantung di tempat sampah ini..."


"Tas plastik? Oh, itu karena kupikir akan kotor kalo langsung membuanh sampah ke tempat sampah jadi aku selalu melapisinya dengan tas plastik."


"......... sepertinya, ini adalah..."


"Ada apa? Umiyama."


"Eh? Ti-tidak apa-apa! Aku hanya berpikir, tas plastik berwarna biru ini jarang sekali kulihat!"


Apa dia jarang melihat tas Animate?


Karena aku sering berada di lingkungan para otaku, jadi aku sudah biasa melihatnya.


"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Aku baik-baik saja dengan apa pun."


"Airi mau main 'Sugoroku kehidupan'! Sepertinya itu seru kalo dimainkan berempat."


"Oh, kau punya permainan pesta juga, Ryota? Aku tidak menyangkanya."


Kuroki, kau membuatnya terdengar seperti aku tidak punya permainan pesta hanya karena aku seorang yinkya.


Sebenarnya aku hanya sesekali memainkan game ini bersama keluargaku, jadi itu tidak sepenuhnya salah.


"Kalo aku tidak salah ingat, di game ini ada bagian menikah, ya?"


"H-heh... Apa ada yang seperti itu?"


"... Fuun. Kuroki, kau tahu banyak sekali."


Karena ucapan Kuroki yang tidak perlu itu, Umiyama dan Yuria menjawab dengan canggung.


Suasana apa ini...?


Di tengah suasana yang canggung itu, kami mulai memainkan permainan 'Sugoroku kehidupan'.


Permainan ini memungkinkan kita untuk mengalami berbagai pilihan dan peristiwa dalam hidup, mulai dari masa sekolah, ujian masuk kuliah, menikah, hingga membesarkan anak.


Biasanya, aku jarang sekali memainkan permainan seperti ini, paling-pangan aaku memainkannya bersama keluargaku. tapi aku tidak pernah berpikir kalo aku akan memainkan permainan ini dengan mereka bertiga.


Umiyama, Yuria, dan Kuroki duduk di atas bantal di depan Tv, sementara aku duduk di atas ranjang di belakang mereka sambil memegang kontroler.


"Airi ingin jadi orang kaya, jadi aku akan banyak belajar!"


"Wow, itu kebalikan dari kehidupan nyata."


"Apa kau memgatakan sesuatu, Yuria?"


"Bukan apa-apa. Aku fokus pada realisme dan memoles penampilanku. Bagaimana denganmu Rui?”


"Aku... bakat, mungkin."


Wah...itu benar-benar seperti Kuroki.


Dalam game ini, pada dasarnya ada 4 parameter yang bisa ditingkatkan, yaitu kecerdasan, ketangkasan, kecantikan, dan bakat. Tergantung pada parameter yang kita tingkatkan, pekerjaan dan peristiwa yang kita alami di masa dewasa akan berbeda-beda.


Aku biasanya mengembangkan semua parameter secara seimbang, tapi mereka ber-3 lebih fokus pada parameter tertentu.


Padahal, di kehidupan nyata, Umiyama dan Yuria sudah memiliki parameter 'payudara' dan 'paha' yang maksimal.


Saat aku melirik ke arah payudara dan paha mereka berdua sambil berpikir begitu, Yuria yang menyadari tatapanku langsung menatapku dengan tajam. Oh, menakutkan, menakutkan.


Setelah menyelesaikan masa sekolah yang fokus pada peningkatan parameter, akhirnya kami memasuki masa dewasa, yaitu masa bekerja dan menikah.


"Masa sekolah sudah selesai, sekarang saatnya dewasa. Ari masih belum punya banyak uang."


Yang paling aku khawatirkan adalah masa dewasa ini.


Di masa dewasa, ada bagian yang disebut 'kotak pernikahan' seperti yang sudah Kuroki sebutkan sebelumnya.


Hmm... Aku penasaran, bagaimana mereka ber-3 akan memilih di kotak pernikahan ini.


"Hmm... Karena kita akan memerankan pangeran dan putri dalam drama sekolah, jadi kurasa aku harus meminta Ryota-kun, sang putri, untuk menikah denganku."


"Hah?!"


Yuria berseru terkejut mendengar ucapan Kuroki.


"Ada apa, Yuria? Apa ada masalah?"


"Ti-tidak ada apa-apa. Kalo Rui berkata seperti itu, karena aku juga berperan sebagai pangeran... aku akan melamar Ryota saja."


"Apa-apaan sih!"


"Kalo begitu, aku juga akan melamar Ryota! Biar adil."


"Kalian ini..."


Sejak Kuroki mengatakan tentang kemungkinan menikah dalam permainan, aku sudah punya firasat buruk... tapi aku tidak menyangka akan seperti ini.


Meskipun hanya dalam game, aku dilamar oleh 3 gadis cantik terpopuler di kelas.


Ini pilihan yang terlalu sulit!


Ini seperti harus memilih 1 Pokemon legendaris dari 3 pilihan di game pemula.


Di kepalaku terdengar suara yang mengatakan, 'Kau harus memilih salah satu dari 3 gadis cantik ini!'.


"Ryota-kun, kalo kau menikah denganku, kau tidak perlu bekerja lagi, oke? Aku akan menafkahimu."


"Hei, Kuroki. Apa maksudmu dengan ucapan seperti itu?"


"Karena aku calon atlet Olimpiade masa depan."


"Bakat Rui-chan yang sebenarnya adalah dia sangat pintar dalam menarik perhatian orang lain! Kalo begitu, kalo Ryota menikah dengan Airi, aku akan membuatkanmu makanan lezat setiap hari. Airi pandai memasak."


"Ah, aku juga! Aku akan mengurus rumah tangga dengan baik, dan aku juga ingin punya anak..."


Orang-orang ini...apa yang tiba-tiba membuat mereka begitu bersemangat?


Tiba-tiba saja mereka mulai adu pesona. 


Padahal, pernikahan ini hanyalah sebuah cerita dalam game, tidak ada hubungannya dengan kenyataan... tapi, kalo aku bida menikah dengan salah satu dari mereka bertiga?


Kalo aku menikah dengan Kuroki... aku pasti akan sepenuhnya dikuasainya.


Meskipun aku suaminya, kalo aku sedikit saja melawan Kuroki, yang menungguku pasti adalah 'kematian'.


Tapi, kalo aku menikah dengan Kuroki, aku pasti akan 'terjamin seumur hidupku'.


Pasti dia akan masuk universitas terbaik seperti Tokyo University, dan kalo dia terus jadi atlet lari dan mengikuti Olimpiade, dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar... atau mungkin saja jadi artis atau model.


Bahkan ketika dia masih di SMA, wajah dan sosoknya jauh lebih unggul dari orang-orang di sekitarnya, dia pasti akan menjadi istri cantik dengan penampilan model papan atas, dan dia mungkin kehidupan pernikahan kami akan membahagiakan karena dia sempurna dalam segala hal.


Ya, tidak akan ada masalah... itu pasti, tidak di ragukan lagi. 


"Ada apa? Ryota-kun?”


"Ah,tidak...tidak apa-apa..."


Dalam kasus Kuroki, dia selalu misterius...dan aku merasa dia akan mengendalikanku sampai ke tulang belulangku kalo sudah terlalu dekat dengannya.


Tapi kalo aku memilih Umiyama, sebaliknya, dia lebih mudah dimengerti.


Dari segi kepribadian, aku selalu tahu apa yang dipikirkan Umiyama, dan ukuran payudaranya saja sudah sebesar ini saat SMA, pasti payudaranya akan semakin besar lagi di masa depan. Baguslah, teruslah tumbuh.


Lagipula, menikah itu kan berarti... melakukan hal-hal yang sudah dewasa... dan bisa melakukan apa pun yang di inginkan dengan payudara besar itu pasti menjadi kebahagiaan tertinggi bagi seorang pria.


Terus terang, melihat latar belakang keluarga Umiyama, aku jadi ingin sekali memberinya makan.


Aku ingin sekali membiarkan Umiyama makan apa pun yang dia suka, sebanyak yang dia mau…...


"Hei, Ryota, tatapanmu itu terlalu cabul."


"Aduh!"


Yuria, yang duduk di sebelah kiriku, mencubit pipiku, mungkin dia tau kalo aku sedang menatap payudara Umiyama.


Dasar Yuria, kenapa sejak tadi dia terus memperhatikan tatapanku...


Kalo begitu, bagaimana kalo aku menikah dengan Yuria?


Yuria dan aku mempunyai hobi yang sama, dan sifat Yuria yang seperti Onee-san cocok untukku yang menjalani hidup yang agak malas. Juga, dia mendapat sekitar 1 juta poin karena pahanya yang besar.


Tapi, ada satu hal yang membuatku khawatir. Kalo aku menikah dengannya, dia mungkin akan berhenti menjadi gyaru.


Meskipun istri mantan gyaru juga tipeku, tapi kalo Yuria yang cantik berhenti menjadi gyaru, dia akan menjadi istri yang sempurna dan cantik.


Aku ingin melihat Yuria yang tidak lagi menjadi gyaru, tapi di sisi lain, aku juga ingin dia tetap menjadi gyaru. Jadi, di dalam diriku terjadi perang antara faksi mantan gyaru dan faksi gyaru.


Tapi, pada akhirnya, semua akan berakhir dengan kesimpulan kalo 'paha besar adalah keadilan'.


"... Hmm?"


" " "Hmm..." " "


Saat aku membesar-besarkan delusi menyeramkan khas otaku tentang menikah dengan mereka ber-3, sebelum aku menyadarinya, mereka ber-3 menatapku dengan tatapan curiga.


"Ryota, kau akan memilih siapa di antara kami?"


"Cepetan putuskan!"


"Fufuf...kau tidak perlu memikirkan hal ini kan?”


Aku tidak menyangka mereka akan bertanya seperti itu...


Karena desakan mereka, kepalaku menjadi pusing.


Ah, ini kan hanya sebuah game.


Kalo aku memilih Kuroki, aku tidak akan bisa hidup bebas. Kalo aku memilih Umiyama, aku tidak bisa seenaknya meremas payudaranya. Kalo aku memilih Yuria, aku tidak bisa melakukan hal-hal nakal padanya.


Kalo aku disuruh memilih berdasarkan hal itu...apa yang harus akan aku lakukan...?


Kalo aku memilih salah satu dari mereka, pasti 2 orang lainnya akan marah. 


Terutama Kuroki yang perfeksionis itu.


Tapi, untuk melanjutkan permainan, aku harus memilih salah satu dari mereka.


Mustahil untuk melarikan diri dari pilihan paling sulit... 


Payudara alami yang luar biasa, paha besar seorang gyaru, atau justru seorang perfeksionis pencinta selfi dengan pusar yang cabul?


Dalam situasi seperti ini... aku tidak punya pilihan selain memutuskan.


"Kalo begitu... aku memilih—"


3 pasang mata langsung tertuju padaku seketika—dan tepat pada saat itu.


"U-umm, permisi—Ah!"


Tiba-tiba, pintu kamar berderit dan terbuka sedikit, dan seorang gadis loli dengan kacamata berbingkai merah mengintip ke dalam.


"...Ta-Tanaka!?"


Orang yang tiba-tiba memasuki ruang haremku, dimana aku yang dikelilingi oleh 3 gadis cantik, bukanlah keluargaku, melainkan temanotaku-ku, Tanaka Kanade.



Tanaka, seorang loli legal dengan tubuh mungil dan seragam longgar,


meskipun dia mengenakan seragam musim panas lengannya tertutup dengan lengan bajunya yang kebesaran, matanya melebar dan tubuhnya membeku saat dia melihat situasi di dalam ruangan.


"A-a-aba, aba, ababababa..."


"H-hey, Tanaka?"


"R-Ryota-kun benar-benar sedang melakukan 4●(piiiiip)—!!!"


"AKU TIDAK MELAKUKAN HAL SEPERTI ITU!"


Entah apa yang dipikirkan Tanaka, sampai-sampai dia mengeluarkan pernyataan yang begitu keterlaluan.


Sepertinya dia telah salah paham...


"Lagipula, apa maksudmu dengan 'benar-benar'?"


"Tadi aku kebetulan bertemu dengan kakakmu di depan stasiun. Lalu, tiba-tiba saja dia memberiku kunci ini dan berkata, 'Masuk saja ke rumah tanpa banyak tanya.'"


"Dasar Onee-chan sialan..."


Aku memang sempat merasa ada yang aneh—Tanaka, satu-satunya temanku, seharusnya tidak mungkin memiliki kunci cadangan rumah ini. 


Tapi ternyata itu alasannya.


Onee-chan ku sudah sejak awal salah paham dan mengira aku akan melakukan 4●(piiiiip) dengan ke-3 gadis ini, jadi dia mungkin dia ingin Tanaka bergabung.


"Eh? Ini...Tanaka-san, kan? Kau satu kelas dengan Airi dan yang lainnya tahun lalu!"


"Oh, aku ingat! Kau gadis yang selalu membaca buku, kan?"


"Fufu... Jadi, kenapa Tanaka-san bisa masuk ke rumah Ryota-kun dengan begitu santai?"


Tatapan ke-3 gadis cantik itu kini beralih dari diriku ke Tanaka. 


Salah satu dari mereka menatap dengan intensitas yang luar biasa...


"Ah, uhm, a-anu... S-sebagai seseorang yang sejak lahir nyaris tidak memiliki teman, seorang gadis yinkya selevel kutu air seperti ku ini merasa sangat tidak pantas berbagi ruang dan menghirup udara yang sama dengan gadis-gadis yokya secerah matahari seperti kalian, jadi, u-uh..."


Dengan aura yinkya yang begitu kuat, Tanaka berbicara dengan kecepatan luar biasa, menyampaikan sesuatu yang sulit dimengerti.


Oke, dia terlalu panik. Bahkan aku yang seorang yinkya paling bawah sekalipun, tidak sampai separah itu.


Tapi...jadi begitu, ya. Meski hanya sedikit, ternyata Tanaka punya hubungan dengan ke-3 gadis ini.


Kalo begitu...sepertinya aku hanya bisa mengandalkan Tanaka sekarang.


Kemunculannya di tengah dilema ini memberiku satu pilihan baru—pilihan keempat—ketika aku tengah dihadapkan pada keharusan untuk memilih salah satu dari mereka.


Tentu saja, bukan berarti pilihan itu adalah menjadikan Tanaka Kanade sebagai istriku.


Tidak, pilihan keempat yang muncul di benakku adalah...


"Ba-baiklah, Tanaka! Kau gantikan aku bermain game sebentar!"


"Hah? Hey, Tu-tunggu, Ryouta-kun!?"


"Kau boleh melakukan apapun yang kau mau! Aku mau ke toilet dulu!"


"Hei, Ryouta!"


"Ryouta! Jangan kabur!"


Aku berhasil menghindari pilihan sulit dengan menyerahkan pilihan terakhir kepada Tanaka


Tapi, setelah kupikirkan lagi, ada kemungkinan Tanaka tidak akan membuat keputusan dan malah menungguku kembali. 


Kalo itu terjadi, aku tidak akan punya pilihan lain selain menghadapi situasi yang kacau itu...


Dengan tekad yang sudah bulat, aku pun kembali ke kamarki setelah dari toilet dan apa yang menunggu ku adalah pemandangan yang benar-benar seperti neraka.


"Apa...apa-apaan ini...?"


Di dalam kamar, Tanaka sedang berbaring santai dengan kepala dipangku oleh Umiyama, sambil memegang kontroler.


"Ohhh~ Airi-tan, kali ini aku mau disuapi camilan juga, dong~"


"Ya ampun, Tanaka-chan, kau ini benar-benar manja, yah mau bagaimana lagi, ini, aah~"


Tanaka dan Umiyama sedang melakukan hal yang bisa dibilang seperti sepasang pengantin baru yang sedang dimabuk cinta.


Saat aku melihat layar TV, sepertinya Tanaka telah menggantikanku dalam memilih dan dia memilih Umiyama.


Aku tidak tahu bagaimana situasinya bisa berujung seperti ini hanya karena menikah dengan Umiyama di dalam game, tapi yang jelas, sekarang Tanaka sedang sepenuhnya manja kepadanya.


Sial... Ini terlalu membuat iri! Cepat tukar tempat denganku, Tanaka!


Sekarang aku mulai menyesali keputusanku untuk lari dari pilihan sulit tadi.


"Hei, Ryota... Anak ini benar-benar menjijikkan."


"Mau bagaimana lagi. Tanaka itu tipe orang yang langsung kehilangan batasan begitu dia merasa sedikit akrab dengan seseorang."


"Ryota-kun, tolong usir Tanaka-san sekarang juga."


"Kau lebih ketus dari biasanya, ya."


Akhirnya, meskipun aku berhasil menghindari pilihan yang sulit, sebagai gantinya, Tanaka yang baru beberapa menit datang ke rumah ini justru berhasil membuat para gadis cantik di sini benar-benar muak.


★★★


Meskipun ada gangguan dari Tanaka (atau lebih tepatnya, aku yang menyuruhnya melakukannya), permainan 'Sugoroku Kehidupan' tetap berlangsung hingga akhir.


Kuroki, yang dalam permainan ini tidak menikah denganku, akhirnya tetap melajang dan dengan tekad kuat menempuh jalur sebagai 'Penemu', dia berhasil meraih kesuksesan besar berkat temuannya dan unggul jauh dalam total kekayaan, menjadikannya pemenang mutlak.


Sementara itu, aku yang kemudian dikendalikan oleh Tanaka, menikah dengan Umiyama. Aku bekerja sebagai ‘pekerja kantoran', sedangkan Umiyama menjadi 'Model'. Dari pernikahan kami, lahir 6 orang anak, dan setelah itu, berbagai momen romantis terus bermunculan. Pada akhirnya, aku finis di peringkat ke-2.


Lalu, bagaimana dengan Yuria...?


"A-apa?! Kenapa aku harus menjadi... pelawak...?!"


Saat periode perekrutan pekerjaan, Yuria mencoba peruntungannya dalam audisi untuk menjadi 'Model', tapi dia gagal dalam putaran roulette, dia kemudian mencoba lagi untuk menjadi 'Penyiar Berita', tapi hasilnya tetap tidak menguntungkan.


Pada akhirnya, dia hanya memiliki 2 pilihan, menerima profesi yang terpilih secara acak, yaitu 'Pelawak', atau tetap menganggur sebagai 'NEET' dan Yuria dengan berat hati akhirnya memilih menjadi pelawak.


[TL\n: NEET tu maksudnya mengurung diri dirumah\kamar dan gak mau kelaur, kek kalian, ups...]


Pada akhirnya, Yuria mencapai garis akhir setelah berubah menjadi sosok yang mirip dengan seorang komedian perempuan terkenal yang sering memberikan komentar tajam...tapi karena serangkaian kesialan, dia berakhir di peringkat terakhir.


"Fufu, Yuria, bagaimana kalo kau benar-benar memilih jalur komedi mulai sekarang?"


"Di-diamlah! Jangan mentang-mentang kau jadi penemu...! Lagipula, Airi! Bukankah tujuanmu adalah menjadi orang kaya?!"


"Yuria? Aku akhirnya menyadari bahwa di dunia ini, cinta lebih penting daripada uang♡ Kan, Kanade-chan?"


"Benar sekali!! Aku rela memberikan segalanya untuk Airi-tan!!"


...Tanaka, kau benar-benar menjijikkan.


Tapi, melihat Tanaka bisa akrab dengan perempuan adalah sesuatu yang baru bagiku. 


Orang ini hanya punya teman sepertiku sejak SMP.


Mungkin itulah alasannya kenapa dia tidak punya banyak teman... Itu kesan jujurku.


"Tapi kalau boleh jujur, aku lebih ingin Ryota sendiri yang memilihku, bukan Kanade-chan."


Umiyama mengatakan itu sambil tersenyum dan menatapku dari samping.


"A-apa maksudmu?"


"Soalnya aku penasaran, siapa yang sebenarnya akan Ryota pilih di antara kami!"


Saat Umiyama mengatakan itu, Yuria dan Kuroki mengangguk seolah berkata, "Itu benar."


Tapi... meskipun mereka bilang begitu...


"Umm, kalo aku harus jujur..."


"Apa? Apa Ryota tidak puas dengan kami?"


"Bukan itu! Maksudku, bagaimana mungkin aku bisa memilih salah satu di antara kalian ber-3, yang semuanya adalah gadis-gadis paling cantik dan menduuduku hirarti teratas di sekolah?! Itu terlalu mewah untuk ku! Jadi tidak mungkin aku bisa memilih!"


" " "....!" " "


Ke-3 gadis itu terdiam saat mendemgar komentarku, mata mereka membelalak, lalu ekspresi mereka yang tadi penuh rasa ingin tahu berubah menjadi kebingungan, lalu mereka perlahan, mengalihkan pandangan mereka dari wajahku.


Eh...apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?

"Wah...ternyata kalian ber-3 gampang sekali dibuat tersipu, ya."

"Diam, Tanaka."

"Tanaka-san, tolong diam."

"Tanaka-chan, kau berisik."

"Ugh...ini benar-benar hujatan massal...! Tapi Airi-tan, panggil aku dengan nama depanku seperti tadi, dong!"

Aku tidak terlalu mengerti apa yang terjadi, jadi aku hanya memilih untuk mengamati saja dari samping saat gadis-gadis itu mulai mengobrol dengan asyik. 


★★★


"Baiklah. Semuanya, sepertinya sudah waktunya kita pulang. Kalo kita terlalu lama di sini, kita malah aka merepotkan keluarga Ryota-kun."

Saat matahari hampir tenggelam, akhirnya Kuroki memberi isyarat agar kami berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.

"Eeh, Airi ingin menginap di sini saja~!"

"Ti-tidak boleh! Jelas itu tidak boleh!"

"Benar, Airi. Kalo kau menginap, bisa saja Ryota aoan melakukan hal yang cabul padamu."

Yuria menatapku dengan tatapan kosong.

Aapa maksudmu tatapan itu Yuria? Seolah aku ini punya catatan kriminal saja...(meskipun, yah, aku memang punya beberapa ‘riwayat’ yang mencurigakan).

"Baiklah, ayo pulang. Terima kasih untuk hari ini, Ryota."


"A-ah, iya."


Aku mengantar mereka ber-4 hingga ke pintu depan untuk melihat mereka pergi.


"Mulai besok, kita harus bersiap untuk festival budaya. Kalo kita tidak segera menghafal naskahnya, kita tidak akan siap untuk pentas."


"Iya, iya, aku mengerti."


"Sampai jumpa, Ryota~!"


Setelah melihat mereka pergi, aku kembali ke dalam rumah dengan tubuh yang terasa lelah.


Sungguh sore yang sangat melelahkan...


Baiklah...sekarang saatnya kembali ke kamar, yang mungkin masih dipenuhi aroma para gadis tadi...


T-tapi bukan berarti aku akan melakukan hal yang aneh, oke—


"Hei, Ryota-kun."


"Huh!?"


Aku mendengar suara memanggilku dari belakang, dan saat aku berbalik karena terkejut, yang berdiri di sana adalah Kuroki.


"Aku tadi meninggalkan sesuatu di kamarmu... Boleh aku masuk lagi?"


Setelah 3 orang lainnya pulang, Kuroki Rui kembali dengan alasan kaalo dia lupa sesuatu di dalam kamarku.


Aku tidak tahu sejak kapan dia berdiri di belakangku, tapi aku tetap berbalik menghadapnya.


"Me-melupakan sesuatu...? Kau tidak berbohong, kan?"


"Tentu saja tidak, Ryota-kun. Kenapa? Apa kau mencurigai ku?"


"A-aku tidak bermaksud begitu, tapi..."


Menilai dari tindakannya di masa lalu, aku merasa Kuroki akan melakukan apa saja untuk membuatku terjatuh...


Faktanya, alasan ke-3 gadis itu datang ke rumahku hari ini juga karena Kuroki yang mengusulkan.


Kuroki pasti punya tujuan tertentu saat dia mengajukan ide itu.


Dan sekarang, dia kembali sendirian... Tidak mungkin Kuroki melakukan sesuatu tanpa alasan.


Sekarang kalo dipikir-pikir, sejak datang tadi, Kuroki terlihat sangat tenang dan tidak terlalu banyak berbicara di kamarku.


Jangan-jangan... sejak awal dia memang mencari kesempatan agar dia bisa berduaan denganku seperti ini?


"Fufu... jangan-jangan, Ryota-kun apa kau sedang mengharapkan sesuatu?"


"Me-mengharapkan sesuatu?"


"Misalnya... aku sengaja meninggalkan barangku agar aku bisa kembali lagi dan berduaan denganmu di kamar, lalu melakukan sesuatu yang aneh... Begitu, kan?"


Kuroki berbicara dengan nada santai, sambil matanya menyipit seolah menilai reaksiku.


"A-apa...! A-aku tidak...!"


Itu tebakan yang terlalu spesifik, tapi itu bukan kesalahan, tapi justru karena itu, aku malah semakin panik.


Kalo dia bisa menggambarkan skenario itu dengan begitu detail... jangan-jangan, dia memang sengaja meninggalkan sesuatu di kamarku?


Apa benar Kuroki berencana melakukan sesuatu yang aneh denganku?!


Jangan-jangan...akhirnya saat itu tiba... Saat di mana aku akan kehilangan keperjak—


"Fufu, tapi sayang sekali. Aku tidak sengaja meninggalkan barangku, dan aku juga tidak akan melakukan 'hal aneh' yang mungkin kau harapkan."


"Eh...?"


"Maaf kalo sempat membuatmu berharap, ya? Aku hanya akan mengambil barangku, lalu langsung pulang."


Sial...


Siapa pun yang mendengar kata-kata seperti itu pasti akan sedikit terpengaruh, kan?


Darahku seakan mengalir deras, hampir membuat pikiranku kehilangan kendali, tapi aku harus menahannya.


Tetap tenang. Kalo aku sampai terjebak dalam permainan kata-katanya, aku pasti akan kalah—baik secara mental maupun fisik.


Akhirnya, aku membiarkan Kuroki masuk, dan kami berdua menaiki tangga menuju kamarku.


"Hari ini menyenangkan, kan, Ryota-kun? Mereka berdua juga terlihat sangat menikmatinya. Kau sendiri bagaimana, apa kau bersenang-senang?"


"Aku...yah, lumayan."


Sejujurnya aku tidak bisa langsung mengatakan kalo aku benar-benar bersenang-senang.


Kalo aku terlalu jujur dan mengatakan "Iya, itu sangat menyenangkan!", aku merasa mereka akan datang ke rumahku setiap hari mulai sekarang.


"Lebih dari itu...kau sendiri bagaimana, Kuroki? Apa kau tidak merasa tidak nyaman?"


"Tidak nyaman? Maksudmu apa?"


"Ya, maksudku datang ke rumahku."


"Kenapa aku harus merasa tidak nyaman?"


"Yah...maksudku..."


Kami menaiki tangga dan memasuki kamarku, sementara percakapan terus berlanjut.


"Tidak ada orang yang dengan sukarela ingin masuk ke kamar seorang otaku sepertiku, kan? Mungkin kau terpaksa melakukannya karena menganggap 'menaklukkan' diriku sebagai bagian dari pencapaian kesempurnaanmu. Tapi tetap saja, bukankah ini sudah terlalu berlebihan—"


"Kau masih belum mengerti, ya, Ryota-kun?"


Kuroki memotong ucapanku sambil mengambil Hp-nya yang ternyata tertinggal di bawah salah satu bantal di kamarku.


"Memang, dulu aku pernah mengatakan di bawah payung itu kalo 'kau adalah bagian dari kesempurnaanku'. Tapi yang kumaksud bukan sekadar untuk mencapai kesempurnaan...Yang kumaksud adalah... 'aku membutuhkanmu agar aku bisa tetap menjadi diriku yang sempurna'."


Dia membutuhkanku agar diai tetap menjadi dirinya yang sempurna?


Aku tidak bisa memahami maksud dari perkataannya.


"Kupikir kau cukup pintar untuk langsung mengerti hal itu, Ryota-kun...tapi ternyata tidak, ya. Sayang sekali."


"A-apa maksudmu?"


"Tapi, sisi seperti itu darimu juga...fufu."


Kuroki bergumam sambil berjalan melewatiku, yang berada di dekat pintu, dan meninggalkan ruangan.


"Setelah festival budaya selesai, aku akan memberitahumu arti sebenarnya dari perkataanku. Jadi, ayo lakukan yang terbaik dalam drama sekolah nanti, ya? Wahai tuan putri~"


"O-oh..."


Aku hanya bisa mengangguk, sementara pikiranku masih memikirkan kata-katanya yang penuh makna ganda.


Aku lalu mengantar Kuroki sampai ke pintu dan memastikan dia benar-benar pergi.


Dia tidak mungkin meninggalkan barang lain dengan sengaja, kan...?


Dengan sedikit waspada, aku kembali ke kamarku, duduk sendirian, dan mulai membaca naskah untuk pementasan.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال