> CHAPTER 5

CHAPTER 5

 Kamu saat ini sedang membaca  Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 2  chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

SANG IDOL HANYA MILIKKU



Setelah beberapa hari aku mulai menginap di rumah Rinka, aku mulai terbiasa. 


Awalnya aku sempat khawatir tentang bagaimana semuanya akan berjalan, tapi karena orang tua Rinka sering tidak ada di rumah karena pekerjaan atau urusan mereka, sementara Kasumi-san pergi menginap di rumah temannya, dan Rinka sendiri sibuk dengan aktivitas idolnya, aku dan Nonoa-chan sering tinggal berdua di rumah.


Kami menghabiskan waktu dengan bermain game di rumah, atau pergi ke taman untuk menangkap serangga... Aku benar-benar merasa seperti berada di surga. 


Sebenarnya, aku lebih banyak bermain dengan Nonoa-chan daripada yang lainnya.


Saat malam tiba, Rinka dan orang tuanya pulang. 


Rinka bertindak seperti istri yang baik, merawatku dengan berbagai cara (?), ibunya memberiku senyum manis, dan Ayah Miko mengatakan hal-hal yang sedikit misterius... 


Bisa dibilang, aku menikmati liburan musim panas dengan cukup baik.


Hari-hari seperti itu berlalu begitu saja, dan tanpa sadar, bulan Agustus pun tiba. 


Aku tidak lagi punya banyak waktu untuk bermain game online sendirian, karena siang hari aku hampir selalu bermain di luar dengan Nonoa-chan, dan malam hari aku bisa tidur dengan nyenyak.


".....Hmm."


Aku terbangun dari mimpiku, dan dengan perasaan aku tahu kalo pagi telah tiba, aku membuka mataku. 


Yang terlihat di hadapanku bukanlah langit-langit yang biasa, melainkan wajah Rinka. 


Kini wajah Rinka memenuhi pandanganku, sangat dekat, dan mataku bertemu langsung dengannya.


"Em, Rinka-san?"


"Ah, ya... ini...tidak ada apa-apa kok."


Rinka terlihat panik, segera menjauhkan wajahnya dari aku dan berdiri dengan cepat.


Dengan sikap yang agak dibuat-buat, Rinka menunjukkan aura tenang yang khas darinya, meskipun aku tetap merasa khawatir.


Aku pun memutuskan untuk duduk dan langsung bertanya.


"Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan tadi?"


"Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang memandang wajah tidur suamiku yang imut."


"Dengan begitu dekat?"


"Ya. Bukankah hal yang kita sukai sebaiknya dilihat dari dekat? Itu sama saja."


"Be-begitu ya...yah, itu lebih baik daripada difoto saat tidur sih."


"Ah, kalo soal tidur, sudah hampir 100 foto aku ambil. Itu harta karun terbaik."


"Itu sudah masuk wilayah aneh, Rinka-san."


Aku jadi merasa takut untuk tidur... Aku merasa ada hal lain yang sedang terjadi..


Sebagai seseorang yang tidak punya banyak tenaga karena sering bermain game, aku sudah merasa lelah hanya dengan bermain bersama Nonoa-chan.


Jadi, begitu tidur, aku biasanya tidak terbangun sampai pagi. 


...Tapi, yah, itu tidak masalah. Rinka pasti akan baik-baik saja.


"Hari ini, kau akan datang ke konserku, kan?"


"Ya, aku pasti datang."


Hari ini adalah hari dimana konser solo Rinka akan diadakan. 


Kami berencana pergi ber-3 bersama Kasumi-san dan Nonoa-chan. 


Kasumi-san juga sudah kembali ke rumah sejak kemarin. 


Ini adalah pertama kalinya aku menghadiri konser langsung. 


Aku belum pernah pergi ke konser idol sebelumnya. 


Meskipun aku tertarik, aku tidak pernah memiliki cukup keberanian untuk pergi, jadi aku hanya menontonnya lewat Hp.


Tapi hari ini berbeda. Aku akan pergi, ke konser langsung pertamaku.


Dengan Kasumi-san dan Nonoa-chan bersama, seharusnya aku tidak perlu merasa gugup.


"Apa kita akan berangkat sekarang?"


"Ya. Aku berencana berangkat sebentar lagi."


Begitu kata Rinka, tapi entah kenapa dia mendekat dan duduk di sampingku.


Apa yang terjadi? Aku mulai bertanya-tanya, dan saat itu Rinka mulai gelisah dan membuka mulut dengan malu-malu.


"Aku... ingin kau melakukan sesuatu untukku."


"...Hmm?"


Aku merasa sedikit khawatir. 


Rinka bisa saja meminta hal yang sangat imut, tapi bisa juga permintaan yang benar-benar mengejutkan. 


Aku tidak bisa santai sampai mendengar apa yang sebenarnya dia minta.


"Kalo bisa... tolong katakan 'semangat' sambil mengelus kepalaku..."


Kali ini permintaannya cukup imut.


Rinka terus melirik wajahku dengan tatapan memelas, sepertinya dia malu untuk meminta itu.


Walaupun dia tahu aku tidak akan menolaknya, aku bisa merasakan rasa malunya yang tak bisa dihilangkan.


...Padahal dia sudah melakukan hal-hal yang lebih memalukan.


Sampai sekarang, aku masih belum bisa mengerti batasan dan standar rasa malu Rinka.


Setidaknya, tindakan langsung jelas-jelas tidak boleh dilakukan, tapi dia akan lebih berani kalo di dalam gelap...


Ketika dia ingin dimanjakan, dia merasa malu, tapi ketika dia memanjakan orang lain, dia tidak malu sama sekali.


"Kazuto...elus kepalaku..."


"──────!"


Apa ini? Makhluk imut macam apa ini...!


Suara manja yang terdengar seperti anak kecil keluar dari mulut Rinka, dan dia mulai menggoda dengan meremas-remas tangan kananku. 


Alih-alih terlihat seperti sosok yang dingin dan tenang, dia malah terlihat seperti binatang kecil yang canggung saat ingin dimanjakan.


Aku bisa mengatakan ini dengan tegas. Kalo sifat Rinka yang sekarang ini diumumkan ke publik, dia bukan hanya sekadar idola populer, melainkan akan menjadi puncak tak terbantahkan di dunia idola...!


Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi setidaknya aku yakin dia benar-benar terlihat sangat imut, hingga membuatku merasa seperti itu.


"Semangat... Rinka, semangat ya."


"Mm..."


Aku mengelus kepala Rinka dengan lembut, aku merasakan detakan jantung yang hampir meledak. 


Rinka menutup matanya dengan nyaman, dan senyum lembut muncul di bibirnya.


...Akhir-akhir ini, aku sering mengelus kepala Rinka. 


Apa itu ini artinya jarak kami sudah semakin dekat? 


Sekitar 2 atau 3 menit berlalu. 


Rinka memeriksa waktu di Hp-nya, lalu dia berdiri dengan enggan.


"Aku akan pergi sekarang."


"Ya, semangat ya."


"Untuk para penggemar yang mendukungku, dan untukmu, Kazuto-kun, aku akan memberikan segalanya di konser hari ini."


Ekspresinya yang tadi manis berubah menjadi tekad yang penuh semangat. 


Aku terkejut melihat betapa cepatnya dia bisa beralih dari suasana yang lembut menjadi penuh tekad. 


Mungkin inilah yang disebut profesionalisme.


Setelah Rinka keluar dari ruang tamu, Kasumi-san yang mengintip lewat celah pintu, terlihat tersenyum lebar dan terkekeh.


"Sejak pagi sudah mesra-mesraan ya kalian berdua."


"...Apa kau melihat semua itu?"


"Ah, aku tidak melihat apa-apa. Tapi dengan melihat suasana kalian, aku bisa menebak kalian berdua pasti melakukan sesuatu."


"Begitu ya..."


Aku merasa malu, pipiku sedikit terasa panas, dan aku perlahan mengalihkan pandanganku ke samping.


Melihatku seperti itu, Kasumi-san berkata, "Masa muda itu indah ya~" sambil berjalan kembali ke ruang tamu.


...Sebenarnya, aku rasa Kasumi-san juga masih ada di tengah-tengah masa mudanya, kan?


★★★


Kami tiba di lokasi konser sedikit lebih awal. 


Sepertinya ini adalah aula besar yang bisa menampung sekitar 3 ribu orang. 


Tempat duduk kami ada di baris ke-6 dari depan, di tengah. 


Di panggung yang terlihat di depan, Rinka akan menampilkan penampilannya. 


Karena ini adalah konser solo Rinka, dia akan tampil sendirian di atas panggung.


Omong-omong, kalo konser dilakukan oleh Star☆Minds, seringkali lokasi konsernya bisa jauh lebih besar (informasi ini berasal dari Kasumi-san).


"Apa kau gugup? Kazuto-kun."


Kasumi-san, yang duduk di kursi sebelah kananku, bertanya padaku dengan cemas.


Aku tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggelengkan kepalaku untuk membantahnya.


...Mungkin hanya dengan gerakan ini saja sudah terlihat kalo aku gugup.


Sebenarnya, aku memang tidak suka menjadi pusat perhatian dan juga aku merasa tidak nyaman di tempat yang ramai.


Hanya dengan datang ke tempat konser seperti ini, detak jantungku langsung meningkat.


Aku pikir aku bisa tetap tenang, tapi ternyata tidak bisa.


"Ahaha, padahal kan Kazuto-kun bukan yang akan tampil di atas panggung,"


"Aku tahu, tapi...kalo memikirkan kalo Rinka yang akan tampil di panggung..."


"Aah, itu aku mengerti. Menonton penampilan orang terdekat kita di panggung memang membuat kita deg-degan."


Kasumi-san mengangguk sambil tersenyum, seolah dia paham.


"Ei, ei!"


"Nonoa-chan?"


Suara sorakan yang lucu terdengar dari sebelah kiriku, jadi aku menoleh. Tentu saja itu Nonoa-chan.


Nonoa-chan yang berdiri di depan kursi mengenakan ikat kepala dan kaos besar bertuliskan Rinka, sambil menggenggam 2 batang penlight (warna biru) di kedua tangannya, dan dia dengan semangat menggoyangkannya.


"Begini, aku akan mendukung Rinka-onee-chan!"


"Ah, begitu ya. Aku yakin Rinka pasti akan senang."


"Yaaay!"


Nonoa-chan tersenyum lebar dengan sangat bahagia.


Tidak bisa dipungkiri, dia sangat imut. Kelebihan dari imut, bisa dibilang membunuh.


Aku benar-benar terpesona melihat Nonoa-chan yang terus mengibaskan penlight sambil tersenyum ceria dengan "Ei, ei!"


"Kasumi-san, berikan Nonoa-chan padaku sebagai adik. Aku akan membuatnya bahagia seumur hidupku."


"Aku paham perasaanmu, tapi bisakah kau tidak pergi ke sisi itu? Kalo semakin banyak orang aneh, aku bisa gila."


"Aku serius."


"Justru itu malah jadi masalah."


Kasumi-san menatapku dengan tatapan tajam yang dingin.


Meski begitu, perasaanku terhadap Nonoa-chan sebagai malaikat tidak berubah.


Sejujurnya, hanya dengan melihatnya seperti ini, aku merasa datang ke tempat konser sudah sangat berharga.


Karena sepertinya ada sedikit waktu sebelum konser dimulai, aku memutuskan untuk memulai percakapan.


"Rinka itu, apa dia populer di dalam grup Star☆Minds?"


"Tentu saja, kalo sampai ada solo live, berarti dia cukup populer. Dulu Nana-chan yang paling terkenal, tapi... sekarang siapa tahu. Mungkin Rinka sekarang yang paling berenergi."


"Serius?"


"Dia memang jago dalam menyanyi dan menari, tapi aku rasa orang-orang juga menyukainya karena sikapnya yang disiplin. Selain itu, meski dia terlihat dingin, dia sebenarnya sangat baik kepada penggemarnya. Mungkin itulah daya tariknya, meskipun dia dipromosikan sebagai tipe yang cool, tapi sebenarnya dia sangat ramah. Kontras itu mungkin yang membuatnya semakin menarik."


".....Di sekolah, dia terkenal karena membenci pria."


"Itu sepertinya hal yang berbeda. Para penggemar melihatnya dengan cara yang berbeda."


"Ah, begitu ya..."


Memang, kalo dia bersikap dingin terhadap penggemar, tentu saja rasa suka orang terhadapnya akan berkurang, meskipun dia tampil dengan gaya cool.


Lagipula, Rin-chan bukanlah orang yang dingin. 


Justru, dia lebih hangat daripada kebanyakan orang.


Setelah itu, aku terus berbicara santai dengan Kasumi-san untuk menghabiskan waktu.


Sebelum aku menyadarinya, ruangan sudah penuh sesak dengan penonton, dan aku bisa merasakan suasana yang semakin memanas, seolah ada energi yang meledak.


Sulit untuk mengungkapkannya, tapi...aku merasa seperti sedang berada di dunia yang berbeda, terpisah dari kehidupan sehari-hariku.


★★★


Beberapa menit setelah waktu pertunjukan dimulai, lampu di panggung dimatikan dan tempat itu dibungkus dalam kegelapan.


Cahaya biru pucat yang magis menyinari panggung, menyoroti sosok Rinka yang berdiri di tengah. 


Jantungku berdetak kencang.


Dengan mikrofon di tangannya, Rinka menatap lurus ke depan. 


Posisi tubuhnya yang tegak dan tenang. 


Dia mengenakan pakaian yang didominasi warna biru, dengan desain yang segar dan lebih terbuka di bagian tubuh, sesuai dengan suasana musim panas. 


Aku ingin tau apa ini memang biasa bagi seorang idol? 


Garis lehernya memperlihatkan kulit indah dari lengan atas yang sehat. Kaki yang ramping namun berisi yang terlihat dari rok yang dikenakannya...


Yang paling mencolok, tentu saja, adalah auranya yang begitu kuat.


Meskipun tidak sampai terasa seperti udara yang tajam, ada ketegangan yang begitu tenang namun penuh tekanan yang dipancarkan Rinka.


Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dirasakan melalui layar.


Tanpa sadar, mataku tertuju pada Rinka.


Aku menganggapnya sebagai idol dengan image cool, tapi ternyata aku salah.


Bukan hanya karena kata-kata atau karakternya, tapi aura yang dia miliki saat berdiri di atas panggung.


Berbeda jauh dengan dirinya yang manja di pagi hari atau saat dia bertindak sebagai istri, aura yang terpancar kali ini benar-benar berbeda.


Saat Rinka muncul, seluruh atmosfer di dalam teater berubah dalam sekejap, dan aku bisa merasakan bagaimana seluruh penonton larut dalam pesonanya.


Begitu jauh dari kenyataan... bahkan terasa seperti dunia yang sama sekali berbeda.


Inilah yang dinamakan idol populer.


Meskipun saat awal pembentukan Star☆Minds popularitas mereka sedang merosot, dalam beberapa tahun saja mereka berhasil menjadi grup idol yang dikenal luas dan mulai muncul di media.


Di dalam grup tersebut, Mizuki Rinka adalah idol bertipe cool yang paling dihargai atas penampilannya...


Seorang jenius yang tidak pernah berhenti berusaha, dengan keberuntungan yang turut menyertainya.


"Ah..."


Saat aku termenung, pertunjukan langsung Rinka sudah dimulai.


Lagu yang dibawakan memiliki suasana yang lembut dan dewasa, dengan Rinka bernyanyi sambil menampilkan gerakan yang ringan. 


Tarian yang ditampilkan bukanlah tarian yang mencolok, melainkan gerakan yang elegan, dengan lengan yang terulur halus seakan menyampaikan sebuah pesan, sementara wajahnya menunjukkan ekspresi penuh kekuatan saat dia menyanyikan lagu yang indah.


Semua orang terpaku pada Rinka di atas panggung. Tentu saja.


Aku, seperti halnya semua orang di sini, datang untuk melihat Rinka.


Kalo aku seorang penggemar idol sejati, mungkin aku bisa menjelaskan sesuatu tentangnya.


Tapi, yang bisa kurasakan sekarang adalah betapa kuatnya perasaan yang terpancar dan bagaimana emosiku berguncang.


Hanya itu...


"──────!"


Aku benar-benar memahami apa yang terjadi. 


Aku sedang berkencan dengan seorang gadis yang luar biasa.


Gadis yang bisa menciptakan dunia seperti ini tentu tidaklah biasa.


Tangan dan kakiku gemetar. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari Rinka. Gemetar ini bukan hanya pada tubuhku, tapi juga pada hatiku.


"Hebat..."


Ada perbedaan yang sangat besar antara dunia nyata dan internet.


Karena itulah, aku merasa seperti ada sesuatu yang muncul dalam pikiranku.


"...Aku pasti akan jatuh cinta lebih dalam lagi, dengan yang seperti ini."


Aku merasa seolah-olah melihat sisi baru dari orang yang aku sukai.


Sebenarnya, ini adalah sisi yang sudah aku ketahui sebelumnya, tapi kali ini rasanya lebih dalam, seolah-olah aku benar-benar disadarkan dalam-dalam di dalam hatiku.


Aku hanya terus menatap Rinka.


Dan kemudian───mata kami bertemu.


Mungkin itu hanya perasaan ku saja. 


Tempat duduk penonton gelap, dan hampir semua penonton berdiri.


Tapi, dalam sekejap, aku merasakan seolah-olah ada koneksi yang terjalin.


Aku dan Rinka tidak bisa berinteraksi seperti biasanya di sekolah.


Kami hanya sesekali bertukar pandang, melakukan komunikasi sederhana yang mungkin dianggap sepele.


Itulah sebabnya, aku merasa mata kami saling bertemu, dan seolah-olah ada koneksi yang terjalin.


...Tapi, bisa juga itu hanya salah paham.


Mungkin ini yang membuat para pria jatuh cinta pada idol mereka.


Tapi, ada satu fakta yang pasti.


Aku sudah menyukai 'Rinka' sejak bertahun-tahun yang lalu, dan hari ini, aku semakin terpesona.


★★★


"Tentu saja luar biasa. Apa yang luar biasa, kau tanya? Pokoknya luar biasa."


『Kazu-kun... kosakatamu di bawah siswa Sd.』


Pada malam setelah konser solo Rinka, aku kembali ke rumah Mizuki dan langsung menelepon Kurumizaka-san untuk menyampaikan betapa terharunya aku. 


Aku mengungkapkan semua perasaan itu dengan cepat dan penuh semangat.


Sebagai tambahan informasi, Rinka belum kembali. Mungkin dia masih melakukan sesuatu setelah konser, aku tidak tahu pasti.


"Menonton melalui video itu memang jauh berbeda. Rasanya, mungkin bisa dibilang kekuatan atau atmosfernya sangat berbeda. Dan suasana yang dibawa oleh Rin-chan sendiri juga sangat luar biasa... Benar-benar luar biasa. Perasaanku terhadap Rinka kini semakin mendalam."


『Sejak tadi kamu hanya bisa mengucapkan kata 'luar biasa', Kazu-kun!』


"Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apa-apa selain itu. Kurumizaka-san, kalo kau menonton konser Rinka, pasti kau akan merasakannya juga."


『Sebenarnya, aku ikut beraktivitas dengannya, bukan hanya menonton.』


Kurumizaka-san mengatakannya sambil tersenyum pahit dan kemudian dia berkata dengan nada sedikit bingung.


『...Hmm, mungkin ini hanya perasaanku, tapi sejak Kazu-kun mulai menginap di rumah Rin-chan, rasanya ada perubahan pada dirimu.』


"Apa? Itu tidak mungkin kan?"


『Kurasa itu tidak sepenuhnya salah, tapi kau sedikit berubah, mungkin lebih ke arah orang aneh yang ceria.』


"Kalo Kurumizaka-san berkata begitu, rasanya aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa."


『Eh, apa maksudmu dengan itu? Aku mungkin ingin mendengar lebih banyak tentang itu!』


"Tidak ada makna mendalam di baliknya", kataku dengan suara yang sangat serius.


Sebenarnya, Kurumizaka-san adalah gadis yang sangat menarik, sungguh.


Tentu saja, ini bukan dalam arti perasaan cinta, tapi aku benar-benar ingin melihat gadis seperti Kurumizaka-san mendapatkan kebahagiaan.


"....Tapi, aku berubah kah?"


『Aku tidak bisa mengatakan secara spesifik bagaimana perubahan itu.』


"Akhir-akhir ini, Nonoa-chan terlihat seperti malaikat. Mungkin aku sedang sakit."


『Hmm... Tergantung pada arti dari kata-katamu itu, mungkin perlu isolasi?』


"Aku serius ingin Nonoa-chan menjadi adik perempuanku."


『Itu agak berlebihan. Tapi aku mengerti perasaan itu!』


Kurumisaka-san melanjutkan.


『Nonoa-chan memang imut. Terkadang aku berharap punya adik perempuan seperti Noaa-chan.』


"Kan, aku bilang?"


『Tapi, Kazu-kun kau sudah menjadi onii-chan-nya Nonoa-chan, kan?』


"Secara rohani?"


『Ini bukan pembicaraan spiritual. Kazu-kun kan sudah menikah dengan Rin-chan, kan? Jadi kau kakak iparnya!』


"Kakak ipar, kah...sial."


『Kau tetap tidak puas, ya...』


Aku ingin menjadi kakak laki-laki sejati Nonoa-chan jika memungkinkan. 


Kalo dipikir-pikir, dulu sekali aku berpikir aku menginginkan seorang saudara laki-laki.


Aku teringat lagi tentang obrolanku mengenai konser Rinka dan memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.


"Aku rasa aku mulai tertarik pada konser."


『Benarkah? Kalo begitu, aku harap kau bisa datang ke konser Star☆Mines selanjutnya.』


"Aku akan mempertimbangkannya."


『Itu pasti berarti kau tidak akan datang, kan!? Kau tidak tertarik pada siapa pun selain Rin-chan!』 


"Aku cuma bercanda."


『...Benarkah?』


"Ya. Aku akan pergi kalo aku bisa."


『Kazu-kun!?』


Sungguh, itu hanya bercanda. Aku memang ingin melihat konser Star☆Mines yang melibatkan 5 orang.


Perasaan itu benar-benar muncul dalam diriku.


Tapi, aku tidak tahu semua anggota Star☆Mines...


Ada Kurumizaka-san sebagai center, Rinka... siapa lagi?


Aku merasa sepertinya ada anggota ke-3 yang satu sekolah denganku, tapi aku tidak begitu tertarik dan aku tidak begitu mengingatnya dengan jelas.


『Ngomong-ngomong, Kazu-kun!』


"Ya?"


『Kau sudah menginap di rumah Rin-chan, kan...apa ada perkembangan?』


"Tidak ada yang khusus."


『Eeh? Ini adalah kesempatan besar kalian untuk menjadi lebih dekat! Mungkin kita harus memulai Strategi Persahabatan Besar 2!』


Kurumizaka-san berkata dengan semangat. Ada 2?


"Ah, tapi, ada perubahan kecil, sih, aku mulai dipanggil dengan namaku tanpa tambahan 'san'. Sekarang, Rinka memanggilku 'Kazuto'."


『Kau dipanggil tanpa tambahan 'san'... Itu bagus! Itu sangat bagus!』


"Ku-kurasa begitu?"


『Ya! Ini mungkin perubahan kecil, tapi ini jelas merupakan sebuah langkah maju, Kazu-kun! Mengganti nama saja sudah membuat sedikit perbedaan!』


"Memang, sepertinya... Aku merasa jarak kami semakin dekat."


Tentu saja, itu hanya perasaan. 


Aku tidak merasa hubungan kami benar-benar berubah.


『Kau juga bisa memanggilku namaki dengan tanpa 'san', loh!』


"Eh... Nana-san?"


『Ahaha, tidak masalah kalo kau memanggilku tanpa tambahan 'san'. Lagipula, kita sudah lumayan dekat, kan, Kazu-kun!』


『Tentu saja, maksudku sebagai teman!』


Kurumizaka-san menambahkan dengan suara ceria.


Mungkin Kurumizaka-san tidak terlalu memikirkannya, tapi untuk ku, kata-kata itu benar-benar membuat hati ku merasa hangat. 


Begini rasanya memiliki teman lawan jenis yang dekat.


"Kalo begitu, mulai sekarang, aku berharap kita bisa tetap saling mendukung... Nana."


『Ya! Terima kasih, Kazu-kun!』 


"......Kau juga bisa memanggilku Kazuto."


『Itu tidak boleh!』


"Kenapa? Jadi kau menolaknya?"


Apa mungkin hal seperti itu terjadi di tengah percakapan seperti ini?


Kurumizaka-san───Nana—mengatakan itu dengan suara yang tenang dan lembut.


『Karena itu... aku rasa itu adalah hak istimewa Rin-chan.』 


★★★


Setelah selesai menelepon Nana, aku mulai mencari video live idol di Hp-ku dengan acak. 


Banyak sekali video yang muncul. 


Aku bingung harus mulai menonton yang mana.


Aku duduk di sudut ruangan dengan posisi bersila dan memasang earphone.


Untuk sementara, aku mulai menonton video live dari Star☆Minds, kemudian mencoba menonton video dari grup idol lain yang belum pernah aku dengar sebelumnya.


"....Hmm, rasanya kurang memuaskan."


Mungkin karena aku baru saja merasakan langsung pengalaman menonton pertunjukan langsung Rinka beberapa jam yang lalu, video-video ini terasa kurang menggugah.


Meskipun itu tetap menyenangkan, tapi ada yang kurang.


Sambil berpikir begitu, aki melanjutkan menonton video-video live idol satu per satu.


"Ah, gadis ini imut ya?"


"Benar, dia memang imut."


"Tariannya juga keren, penuh energi..."


"Jadi, apa kau suka yang seperti itu, Kazuto?"


"Gadis ini berkarir solo, ya?"


"Ya, dia sedang naik daun akhir-akhir ini."


........... 


Ternyata itu bukan halusinasi.


Meskipun aku memakai earphone, aku masih bisa mendengar seseorang berbicara kepadaku dari sampingku.


Dengan hati-hati, aku melepas earphone ku dan menoleh dengan perlahan, seperti robot yang sudah berkarat.


Tentu saja, yang duduk di sana adalah pacar ku yang juga seorang idol terkenal, Mizuki Rinka.


Dia menatapku dengan ekspresi dingin yang sulit aku tafsirkan, sepertinya dia marah, tapi aku tidak yakin.


...Kapan dia pulang?


"Um, Rinka-san?"


"Apa yang terjadi? Kau harus segera menonton sisa videonya. Tentang wanita itu."


"...Apa kau marah?" 


"Tidak juga, hanya saja...aku pikir, Kazuto, kau tertarik pada idol lain selain aku." 


"Ti-tidak! Itu salah paham! Aku ───" 


Segera setelah itu aku berusaha mati-matian untuk membuat alasan. Rinika tidak bisa menahan tawanya dan dia mengeluarkan suara kecil, "fufu." 


"...Rinka?" 


"Aku mengerti kok. Kau menonton live-ku dan jadi penasaran dengan live idol lainnya, kan? Lalu kau menonton video-video live satu per satu, kan?" 


"Jadi kau mengerti? Tapi...kenapa rasanya menakutkan?" 


"Menakutkan? Aku hanya mengerti kalo Kazuto tidak tertarik dengan gadis lain selain aku." 


"Ja-jadi, begitu..." 


Sebenarnya memang begitu, tapi ketika Rinka mengatakannya, aku merasa agak canggung. 


"Soalnya, Kazuto, kau sangat mencintaiku. Ya, benar, bahkan kau sampai tidak peduli dengan gadis lain. Kazuto sangat terpesona dengan aku. Suami yang sangat mencintai istrinya... Sungguh, ini membuatku bingung. Apa yang harus kita lakukan, ya?" 


Rinka mencoba menjaga ekspresi dinginnya, tapi bibirnya jelas tersenyum. 


Dia sama sekali tidak terlihat bingung. 


Kalo Rinka punya ekor seperti anjing, mungkin sudah bergoyang-goyang dengan keras. 


...Ah, dia malah berbalik ke arah itu.


Apa dia menyadari kalo aku selalu memusatkan perhatian ku padanya dan sepenuhnya mempercayainya, sehingga dia tidak lagi curiga terhadap kemungkinan perselingkuhan? 


Meskipun aku merasa senang dan lega, rasanya agak berlebihan.


"Bagaimana penampilanku di konser tadi?"


"...Luar biasa. Jujur saja, hatiku benar-benar terpesona."


"Begitu ya... Aku juga merasakan tatapan hangatmu, Kazuto. Kau menatapku begitu intens...itu membuat jantungku berdebar tanpa henti."


Ketika mengingat momen tersebut, pipinya Rinka terlihat sedikit memerah.


"Itu sungguh luar biasa, Rinka. Kau bisa menggerakkan hati banyak orang ke arah yang positif. Aku juga salah satunya."


"Itu semua berkatmu, Kazuto. Karena ada Kazuto, aku bisa terus menjadi idol."


"......Begitu ya."


Aku hampir saja ingin membantah, tapi akhirnya aku hanya menerima kata-kata Rinka dengan tulus.


Kalo keberadaanku benar-benar menjadi dukungan bagi Rinka, itu adalah kenyataan yang aku terima, meskipun yang berusaha keras sebenarnya adalah Rinka. 


Kalo aku bisa terus membantunya, aku ingin melakukannya.


"Hei, Kazuto. Aku sudah berusaha keras hari ini, kan?"


"Ya, kau sudah berusaha dengan sangat keras."


"Jadi... aku ingin hadiah."


"Hadiah, ya?"


Apa itu berarti aku harus mengelus kepalanya lagi? Atau bahkan sesuatu yang lebih dari itu?


Hadiah yang diminta Rinka benar-benar sesuatu yang tak terduga.


"Aku ingin memanjakan Kazuto."


"Hah?"


"Aku ingin memanjakan Kazuto."


"Kau ingin aku yang dimanjakan? Bukankah kau capek setelah konser?"


"Itulah kenapa aku ingin memanjakan Kazuto. Kau tahu, kan, bagaimana rasanya merasa tenang saat mengelus anjing atau kucing yang manja? Rasanya sama seperti itu."


"Jadi aku diperlakukan seperti hewan peliharaan? Baiklah, aku akan benar-benar bermanja."


"Justru itu yang aku inginkan, itu sangat disambut dengan baik."


...Aku mulai bingung.


Walaupun aku mengatakan akan kalo aku akan bersikap manja, aku tidak tahu harus berbuat apa.


Tapi, kalo itu yang diinginkan Rinka, aku harus melakukan sesuatu...!


"Apa ada yang kau ingin aku lakukan?"


"Ah..."


Aku berpikir sejenak, mengingat sesuatu.


Aku merasa ragu untuk mengatakannya, dan entah kenapa, ada perasaan bersalah...


Tapi, aku menatap Rinka yang memandangku dengan serius, dan mengungkapkan keinginan yang tulus.


"Ini mungkin lebih seperti memanjakan diriku, tapi... aku ingin meminta satu hal."


"Baiklah, tentu saja."


"....Hanya untuk malam ini saja. Aku ingin kau menjadi idol, hanya untukku."


★★★


Aku ingin kau menjadi idol, hanya untukku.


Aku baru menyadari kalo ini adalah pertama kalinya aku mengungkapkan keinginan sejujurnya kepada Rinka.


"Biarkan aku mempersiapkan diriku", kata Rinaka sebelum pergi dari ruang tatami.


Aku ditinggalkan sendirian, dan aku berpikir, "Aku sudah mengatakannya."


Ah, tapi kami kan pasangan, jadi seharusnya ini bukan masalah besar...


"Kazuto onii-chan! Ayo main!"


Nonoa-chan datang berlari mendekat dan menarik lengan kananku. 


Itu datang tiba-tiba sekali.... 


"Maaf, aku akan bermain dengan Rinka setelah ini. Kita main lain kali, ya?"


"Nuh-uh? Kenapa aku ditinggal?!"


Nonoa-chan menggembungkan pipinya. Dia membalikkan badan dengan cemberut. Ah, dia imut sekali. 


Sebentar, aku jadi ingin mengutamakan Nonoa-chan.


"Kalo besok..."


"Ah! Ini apa yang sedang Kazuto Onii-chan tonton?"


Minat anak mudah berubah. 


Dia melihat Hp-ku dan mengambilnya. 


Dia melihat layar Hp-ku yang menampilkan video live idol dengan cermat.


"Apa Kazuto Onii-chan juga suka idol?"


"Yah... suka sih."


Sebenarnya, aku lebih suka Rinka yang menjadi idol. 


Ketika melihat idol lain, aku memang merasa mereka imut, tapi tidak ada perasaan lebih dari itu.


"Oh, begitu ya? Kalau begitu, aku juga mau jadi idol!"


"Oh, begitu ya? Nonoa-chan pasti bisa jadi idol karena kau memang cantik!"


"Hehe."


Saat aku mengatakan ini dengan senyuman di wajahku,Nonoa-chan tersenyum bahagia. 


Mungkin akan lahir idola populer kedua dari keluarga Mizuki.


"Aku akan menjadi idola!"

 

Setelah mengatakan itu, Noa-chan berlari menjauh dari kamar tatami... Eh, bisakah dia menjadi idola semudah itu?


Saat aku sedikit merenung, pesan dari Rinka muncul di Hp-ku.


『Datang ke kamarku sekarang!』


Sepertinya persiapan yang dia maksud sudah selesai. 


Apa ya yang sedang dia persiapkan...?


Semakin banyak harapan yang memenuhi dadaku, tapi juga ada perasaan canggung yang tidak bisa kuhindari.


★★★


Saat aku melangkah ke dalam kamar Rinka, aku merasakan kejutan seolah tersambar petir.


Karena Rinka... mengenakan kostum idolnya.


Itu bukan kostum yang dipakai di acara konser langsung hari ini. 


Meskipun begitu, warna dasarnya tetap biru yang cocok dengan citra 'cool', dengan beberapa bagian berwarna putih dan pita di dadanya yang terlihat sangat imut... 


Ah, ini kostum yang aku lihat di poster yang ada di kamarku. 


Satu-satunya poster yang kupunya, jadi itu punya makna khusus untukku.


"Diriku yang sekarang... adalah idol hanya untukmu, Kazuto."


"──────!"


Aku merasa sangat senang dan malu pada saat yang bersamaan. 


Wajahku terasa panas. Aku tidak bisa menatap wajah Rinka secara langsung.


Idol hanya untukku... itu benar-benar kata-kata yang menggetarkan.


"Terima kasih atas dukungan mu yang tiada henti. Aku akan terus melakukan yang terbaik dengan kehadiran Kazuto sebagai penyemangatku."


Dengan nada suara yang tenang, Rinka mengucapkan itu sambil dengan lembut menggenggam tanganku. 


Ini... seperti acara jabat tangan?


Saat aku tetap diam, tidak tahu harus berbuat apa, ekspresi Rinka melembut.


"Apa kau gugup? Kau jadi tidak banyak bicara."


"Eh, bukan... maksudku..."


"Biasanya, Kazuto akan mengatakan sesuatu dengan santai?"


"Bahkan jika kamu mengatakan itu... Rinka terlalu cantik, atau lebih tepatnya terlalu imut..."


"Jadi kau baru sadar dengan pesona istrimu, ya?"


"Sebenarnya, lebih tepatnya... aku jadi semakin jatuh cinta padamu..."


"Begitu... Kazuto memang benar-benar jatuh cinta padaku, ya."


"......."


"......."


Sambil berjabat tangan, kami berdua tersipu, menunduk, dan terdiam. 


Situasi apa ini...?


Dibandingkan sebelum kami berpacaran, aku kira aku sudah cukup terbiasa dengan skinship ringan.


Tapi, dalam situasi khusus seperti ini, hal-hal yang seharusnya normal bisa membuatku gugup. 


Sekarang, aku baru sadar kalo ternyata, aku dan Rinka cukup sering diam, ya...


"Sungguh, Kazuto kau memang pemalu ya. Padahal ini hanya sekadar jabat tangan, kok."


"Kalo begitu, tolong lihat mataku. Suaramu juga terdengar agak tinggi, lho."


"....Selanjutnya, bagaimana kalo kita selfie berdua?"


Dia mencoba menghindar. Tanpa mengatakannya keras-keras, aku menggumamkannya dalam hati.


Rinka lalu melepaskan tanganku dan berkata, "Bisa tolong keluarkan Hp-mu?"


Karena tidak ada alasan untuk menolak, aku pun mengeluarkan Hp-ku dari saku celanaku dan memberikannya saat Rinka mengulurkan tangannya.


"Ayo, dekatkan tubuhmu padaku."


"Ah, iya."


Aku mengikuti perintahnya dan mendekat. 


Tapi, ada sedikit jarak sekitar 2 jari di antara kami, dan Rinka menyadari hal itu, lalu menarik tubuhnya lebih dekat. 


Bahu Rinaka kini menempel kuat pada lenganku.


"Kazuto, apa kau sudah memikirkan pose?"


"Tidak, sih. Maksudku, apa ada pose tertentu atau semacamnya?"


"Memang ada. Meskipun kali ini kita tidak bisa banyak bergerak. Mungkin peace sign yang aman."


Rinka membuka aplikasi kamera di Hp, menggantikannya ke kamera depan, dan mempersiapkan diri untuk selfie. 


Tanpa benar-benar tahu apa yang sedang terjadi, aku hanya mengikuti saja, dan setelah beberapa detik, Hp itu dikembalikan padaku.


Aku melihat foto yang baru saja diambil. 


Di layar Hp, aku terlihat dengan senyum yang agak canggung, sementara Rinka, meskipun tidak sepenuhnya tersenyum, dia menunjukkan ekspresi lembut yang mengesankan. 


Dari sudut pengambilan gambar dan ekspresi alami Rinka, jelas kalo dia sudah sangat terbiasa dengan pemotretan seperti ini.


"Wajahmu aneh, Kazuto."


"Karena aku jarang difoto..."


Aku merasa bingung tentang ekspresi seperti apa yang harus kutunjukkan. 


Meskipun aku melakukan peace sign, justru itu terlihat aneh.


"Kalo kau kirim foto ini ke kontes ekspresi lucu, itu bisa menang, lho."


"Jangan berlebihan. Itu tidak separah itu, kan? Kalo diambil dari sudut yang berbeda, mungkin aku bisa terlihat lebih keren...atau malah tidak."


"Tenang saja. Apapun ekspresi wajah Kazuto, perasaanku tidak akan berubah. Bahkan kalo Kazuto terlihat seperti alien sekalipun."


"Serius, aku tidak merasa senang dibandingkan dengan alien. Malah sekarang aku jadi kurang percaya diri dengan wajahku. Dibandingkan dengan alien itu rasanya agak berlebihan."


Sebenarnya, aku tidak terlalu percaya diri dengan penampilanku. 


Aku tidak pernah populer dengan orang lain selain Rinka.


"Jangan salah paham. Kazuto itu sebenarnya tampan kok."


"Kalo lewat filter Rinka sih, iya..."


"Tidak, aku serius, kau itu tampan. Bahkan teman-teman perempuan di kelas juga bilang kalo kau tampan. Ada beberapa yang bahkan berniat untuk mengungkapkan perasaan mereka padamu."


"Itu tidak mungkin... Aku bahkan tidak pernah disapa oleh perempuan."


"Tachibana dan Saito itu yang menjadi penghalang. Kalian ber-3 dikenal sebagai '3 Baka' di belakang."


"3 Baka?! Itu pujian apa penghinaan?!"


"Ngomong-ngomong, kau itu dianggap sebagai pemimpin di antara mereka."


"Apa? Di kelas aku dianggap sebagai pemimpin?"


Sebenarnya, aku merasa seperti tanaman hias yang hanya diletakkan di sudut kelas, tapi ternyata aku dilihat lebih serius oleh orang lain.


Mungkin...kalo Tachibana dan Saito tidak ada, aku bisa saja menjalani kehidupan yang penuh perhatian dari banyak gadis...?


Tapi, sejujurnya, aku tidak ingin jadi perhatian gadis lain selain Rinka.


Pikiranku berkelana seperti itu, lalu aku melihat foto itu lagi.


"...Senyumku memang jelek, ya?"


"Suatu saat kau akan terbiasa."


"Benarkah?"


Kalo aku mau terbiasa, berarti aku akan terus mengambil foto bersama Rinka, ya?


Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya aku berfoto dengan seseorang.


Mungkin ini dampak dari terlalu fokus pada game online.


Aku berjalan sendirian selama ini, jadi hubungan sosialku terbatas.


"Ada apa?"


"Ah, aku cuma berpikir kalo ini pertama kalinya aku berfoto dengan Rinka."


"Memang iya. Di Hp-ku ada banyak foto Kazuto, lho."


"Itu kan disebut dengan memotret diam-diam."


"Memotret suami tidak bisa disebut memotret diam-diam. Lagi pula, itu salah Kazuto. Kau sering menunjukkan wajah tampanmu atau wajah imutmu... Sebaiknya malah aneh kalo aku tidak memotretnya."


"Ini teori kriminal, ya?"


"Ini bukan teori kriminal, ini teori suami-istri... Tunggu sebentar. Aku rasa aku baru saja menemukan satu pandangan tentang kehidupan berumah tangga. Suami-istri harus saling mencintai sepenuh hati tanpa ada keraguan sama sekali. Artinya, sampai rela melakukan hal-hal ekstrem demi cinta, bahkan jika itu termasuk kejahatan."


"Dan pandangan itu justru yang aku sebut teori kriminal. Satu langkah yang salah bisa membuat kita berurusan dengan polisi."


Aku sadar, inilah pacarku...!


Aku juga penasaran foto apa saja yang diambil. 


Sepertinya nanti aku harus melihatnya.


"Hei, Kazuto. Apa ada yang ingin kau lakukan dengan aku sekarang?"


"...Belakangan ini itu terus, ya. Apa kau merasa harus menjaga perasaanku? Sejak aku bicara tentang orang tuaku, Rinaka terus saja melakukan itu."


Aku tidak marah sama sekali. Aku hanya ingin dia bersikap biasa saja.


Tapi, mungkin cara bicaraku terdengar sedikit dingin, karena Rinka langsung gelisah dan menggelengkan kepalanya sebagai penolakan.


"Itu salah paham. Aku tidak berusaha menjaga perasaanmu."


"Kalo begitu, kenapa?"


"...Orang yang sangat aku cintai, tinggal di rumahku. Tentu saja aku merasa sangat senang."


"Senang, ya..."


"Apa aneh kalo aku ingin melakukan sesuatu untuk suamiku, atau ingin membuat suamiku senang?"


"Tidak aneh... tidak."


Meskipun dia menyebutku suaminya, perasaan ingin melakukan sesuatu untuk orang yang kita cintai adalah sesuatu yang bisa dimengerti.


"Aku terlalu sering melakukan hal yang aku suka... Ya, mungkin dalam arti itu, aku memang berusaha menjaga perasaanmu. Tapi, aku hanya ingin membuat Kazuto bahagia dengan kemampuanku sendiri."


"Rinka..."


"Aku ingin Kazuto lebih menginginkanku."


"──────!"


Tidak, ini tidak bisa... Dia terlalu imut. 


Tanpa sadar, aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.


Tidak ada pria yang bisa tidak merasa bahagia dengan perasaan yang begitu kuat seperti ini.


Sejak datang ke rumah ini, Rinka sudah beberapa kali mendekatiku dengan cara seperti ini.


Aku tidak yakin apakah Rinka menyadari hal itu. 


Mungkin baginya itu murni sebagai seorang istri, tapi bagiku ini sudah terlalu menekan. 


Ya, rasaku sudah mencapai titik puncak.


"...Kazuto...?"


Rinka menatapku dengan bingung, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.


Tanpa sadar, aku sudah menggenggam kedua bahunya.


"Kazuto... kamu terlihat sedikit menakutkan sekarang..."


"..."


"Hei... kenapa?"


"Kalo seseorang yang kusukai meminta apapun dariku, dan mengatakan kalo dia menginginkanku... Aku akan merasa tertekan."


"Eh... e... apa maksudmu?"


Aku teringat sebuah kalimat yang pernah kudengar dari teman onlineku.


"Semua pria, tidak peduli seberapa penurutnya dia, dia akan berubah menjadi predator saat bersama wanita yang mereka cintai."


Dulu aku tidak percaya, tapi sekarang aku mengerti. Ini sepertinya naluri dasar manusia.


"Tunggu..."


Rinka terlihat bingung dengan perubahan sikapku.


"Bukankah kau yang memulai ini?"


"Bukan seperti itu maksudku."


"Maksudmu?"


"Aku... Aku rasa kita belum siap untuk hal seperti itu..."


"Tidak masalah."


Aku langsung memotong ucapannya.


Rinka terlihat sangat terkejut dan panik.

 

"Di luar masih terang."


"Di dalam kamar sih. Tapi di luar sudah gelap."


"Bagaimana kalo keluargaki melihat?"


"Iya juga."


"Jangan!"


Selama tidak ada yang mengganggu, aku tidak akan berhenti.


Kata-kata Rinka sebelumnya terus terngiang di telingaku, membuatku semakin bersemangat.


Aku semakin mengeratkan genggaman di bahu Rinca.


"K-Kazuto, tenang dulu. Lepaskan tanganku."


"..."


Saat aku melepaskan tangannya, Rinka mundur selangkah seolah-olah sedang menghindari badai.


"... Kita memang sudah menikah, tapi kita masih SMA."


"Iya."


"Aku senang kau menginginkanku. Tapi, aku belum siap..."


"Sudahlah."


Aku memotong ucapannya.


Rinka terlihat bingung dan gugup. Dia mencoba mencari alasan.


"Aku tidak bermaksud seperti itu..."


"Maksudmu bagaimana?"


"Maksudku... Aku rasa kita belum siap untuk hal seperti ini."


"Tidak masalah."


Aku tidak peduli dengan alasannya.


Rinka terlihat sangat panik dan wajahnya memerah.


Aku teringat akan kencan pertama kami.


Dia selalu menyebut dirinya sebagai istriku, tapi saat aku mendekatinya, dia selalu seperti ini.


Dia sangat agresif, tapi pertahanannya sangat lemah. 


Sepertinya dia terlalu fokus pada serangannya.


Melihat Rinka yang panik sampai matanya berputar, aku tidak tahan untuk tidak mengatakan ini, "Kau sama sekali tidak terlihat seperti idol yang cool."


Rinka menghindar dari tatapanku dan bergumam pelan.


"Di depanmu... aku tidak bisa bersikap cool."


"..."


Serius? Bahkan dalam situasi seperti ini dia masih bisa membuatku tertarik?

  

Aku semakin mendekatkan wajahku.


Rinka memejamkan matanya erat-erat, seolah dia sudah menyerah. 


Ini sudah kali ke-3 aku mencoba menciumnya.


Kali pertama saat pertama kali datang ke rumahnya. 


Kali kedua saat kencan pertama kami.


... Kenapa aku selalu gagal ya?


Ah, iya, pertama kali itu karena Kasumi-san pulang ke rumah.


Dan yang kedua kali, Nonoa-chan pulang ke rumah...


"Ah!"


Instingku tidak pernah salah.


Saat aku berbalik untuk melihat pintu, pintu terbuka dengan keras, dan...


"Kazuto Onii-chan! Aku sudah jadi idol! Lihat aku!"


Nonoa-chan muncul dengan senyum cerahnya, seperti malaikat kecil yang baru turun dari surga.


... Astaga. Pasti akan begini.


Seperti pepatah, kalo sudah 2 kali, pasti akan terjadi yang ke-3 kali lagi. 


Apalagi sebelumnya Nonoa-chan sudah berkata, "Aku menjadi seorang idola!"


"Hmmm? Rinka Onee-chan, Apa yang kau lakukan dengan Kazuto Onii-chan?"


"Ah, a-ano... tidak ada apa-apa kok."


Aku hanya bisa tersenyum canggung. 


Aku tidak tahu harus berkata apa.


Nonoa-chan menatapku dengan wajah bingung, lalu kembali fokus pada dirinya sendiri.


"Kazuto Onii-chan, aku cantik kan?"


Nonoa-chan memakai gaun putih yang sangat cantik dan memegang roknya dengan gemas.


"Iya, kau cantik sekali. Dari mana kau dapat gaun itu?"


"Dari Kasumi Onee-chan!"


"Oh begitu. Kenapa Kasumi-san punya gaun seperti itu ya..."


"Hehehe... Aku juga bisa melakukan ini, lho!"


Nonoa-chan mulai menari dengan gerakan lucu, meniru tarian Rinka. 


Meskipun gerakannya masih kaku, tapi dia terlihat sangat menggemaskan.


Dia pasti malaikat kecil yang terjatuh dari surga.


Aku pun ikut terbawa suasana dan mulai menyemangatinya.


"Bagus sekali, Nonoa-chan! Ayo teruskan!"


"Iya! Aku bisa!"


Aku dan Nonoa-chan semakin bersemangat.


Rinka yang melihat kami dari belakang bergumam pelan,


"Apa aku diabaikan begitu saja? Lalu kemana aku harus melampiaskan perasaanku ini?"



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال