> KEINGINAN AISHA YANG KERAS KEPALA 【EPISODE MASA KECIL】

KEINGINAN AISHA YANG KERAS KEPALA 【EPISODE MASA KECIL】


 




"Aku mau ke laut!" 


Tidak ada yang bisa menghentikan Aisha yang mulai ribut mengatakan itu.


"Laut itu jauh, jadi lain kali saja, ya?" 


"Tidak mau! Aku mau pergi sekarang!"


Perkataan ibunya tidak masuk ke telinganya.


"Jangan keras kepala, Aisha. Kau sudah jadi Onee-chan sekarang."


"Mm... Aku bukan Onee-chan! Aku Aisha!"


Dan perkataan ayahnya itulah yang menjadi pemicu...


"Aku tidak peduli lagi!"


"Aisha!"


Manami, yang ketakutan melihat Aisha marah, memeluk kedua orang tuanya, sehingga saat itu, satu-satunya yang bisa menyusul Aisha adalah aku.


"Kouki-kun, aku minta maaf, tapi..."


"Tidak apa-apa kok, Paman!"


Setelah mengatakan itu pada ayah Aisha, aku langsung berlari mengejar Aisha. 


Kalo dipikir-pikir sekarang, Aisha saat itu memang luar biasa dalam hal fisik... Seperti yang diharapkan dari kakaknya Manami.


Aisha berlari dengan kecepatan yang sama sekali tidak bisa kukejar, bahkan lama-kelamaan aku sampai kehilangan jejaknya.


Meskipun begitu, aku masih bisa mengikuti suara tangisannya yang terus terdengar.


Melintasi pusat perbelanjaan.


Melewati perumahan.


Menjelajahi hutan.


Berlari ke segala tempat, akhirnya Aisha masuk ke taman yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah.


"Ugh...sniff..."


Aku akhirnya bisa menyusul Aisha, yang sedang berjongkok dan menangis di dalam mainan berbentuk pipa besar.


"Yo."


"Kouki...?"


Melihat Aisha yang sedang menangis, aku tidak tahu harus berkata apa, jadi aku hanya berdiri terpaku di tempat itu. 


Tapi, Aisha mengira aku sebagai sekutunya dan mulai menarikku ke dalam masalahnya.


"Kouki juga ingin ke laut, kan?"


"Eh..."


"Mm..."


"Aku ingin pergi, ingin pergi! Aku ingin pergi ke laut!"


"Bagus."


Ternyata begitu, ya. 


Aku sudah takut pada Aisha sejak saat itu...


"Tapi, laut itu jauh sekali, kan?"


"Ya... makanya aku mau Ayah yang mengantarkan kita pakai mobil."


"Sekarang?"


"Sekarang!"


Betul-betul tidak masuk akal. 


Itu terjadi pada saat matahari sudah hampir terbenam. 


"Aku mau pergi!"


"Hmm..."


Aku mengerti perasaan Aisa. 


Tapi aku juga tahu kalo itu tidak mungkin dilakukan. 


Sekarang aku bisa memahami bahwa saat itu, mungkin Aisha merasa iri karena orang tuanya terlalu banyak memperhatikan Manami. 


Jadi, dengan aku yang datang menggantikan orang tuanya dan menghiburnya, sebagian besar masalah Aisha terselesaikan.


Mungkin itulah alasan dia setuju dengan perkataanku.


"Baiklah! Kalo begitu, aku yang akan mengantarmu ke sana!"


"Benarkah!?"


Mata Aisha bersinar penuh harapan.


"Iya! Janji!"


"Ya! Aku akan pergi ke laut bersama Kouki! Janji!"


Kami pun melakukan janji kelingking. 


Aisha langsung berhenti menangis, sementara cahaya senja mulai menyinari luar mainan itu dengan warna merah.


"Janji."


Aisha berkata sambil masih mengaitkan jari kelingkingnya denganku saat kami berjalan pulang ke rumah. 


Pada akhirnya, janji itu baru bisa ditepati setelah 10 tahun berlalu, di musim panas ini. 


Meskipun akhirnya bisa terwujud, rasanya sedikit menyedihkan karena butuh ajakan dari Manami untuk melakukannya...


Tapi, setidaknya aku bisa menepati janji itu dan membawanya ke laut, dalam bentuk apapun itu.



"Apa yang kau lakukan? Ayo cepat pergi."


"Ah... maaf."


"Fufu. Rasanya nostalgia, ya, entah kenapa."


Aisha tertawa dengan riang, mengingat kembali kenangan saat keluarganya pergi berkemah dan Barbekyu bersama.


"Iya, memang terasa nostalgia."


Aku juga merasakan hal yang sama, karena Aisha yang sekarang mengingatkanku pada dirinya di masa kecil.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال