> EPILOG

EPILOG


 




 



Sudah dua minggu sejak aku mulai berkencan dengan Sayu. Meskipun kami langsung tinggal bersama setelah kami memulai hubungan kami, kami belum pernah benar-benar pergi kencan.

Dan hari ini, Sabtu, seperti yang kami janjikan saat aku demam, kami pergi berkencan.

"Aku selalu bermimpi memakai aksesoris yang serasi dengan pacar ku."

Saat ini, waktu menunjukkan sekitar pukul 14:00. Kami berada di sebuah toko perhiasan di pusat perbelanjaan besar. Sayu tersenyum bahagia saat dia melihat cincin pasangan itu dengan ekspresi gembira di wajahnya.

"Harganya cukup mahal, ya..."

Saya melihat label harganya dan sedikit mengernyit.

"Memang begitu. Harganya bervariasi, tapi kali ini pertama kalinya aku membeli sepasang yang serasi dengan Ryota-kun, aku ingin sedikit loyal. Bukankah ini masih harga yang wajar untuk pelajar?

"Begitukah? Ini adalah dunia yang tidak ku kenal..."

Aku bahkan tidak peduli dengan mode fashion, jadi aku belum pernah memakai aksesoris, dan aku tidak tahu harga rata-ratanya.

“Ryota-kun, kamu mau yang mana? Standarnya adalah cincin, tapi sesuatu seperti kalung atau gelang juga bagus.”

"Ya itu betul..."

Atas desakan Sayu, kami melihat melihat-lihat aksesori pasangan satu per satu. Kalung agak sulit untuk dipikirkan, Cincin… tidak, mungkin gelang lebih baik, karena gelang tidak akan terlalu menonjol.

Saat aku sedang memikirkan itu dengan tanganku di dagu, Sayu menyenggol bahuku.

“Apakah memalukan memakai aksesoris yang serasi denganku?”

Dia menatap mataku dengan mata penuh kekhawatiran.

"Eh, menurutku tidak. Kenapa?"

"Maksudku, kamu mencoba memilih sesuatu yang sesederhana mungkin agar tidak menonjol, kan? Kamu membicarakan itu pada dirimu sendiri."

Sepertinya apa yang kupikirkan di dalam hatiku bocor.

"Tidak, itu tidak benar. Aku hanya sedikit khawatir, aku belum pernah memakai aksesoris sebelumnya, jadi agak sulit bagiku untuk memutus kan... Bukannya aku tidak suka mengenakan sesuatu yang sama Sayu."

“Ah, itukah maksudmu?”

Mendengar itu Sayu meletakkan tangannya di dadanya dan menghela nafas lega.

"Kalau begitu kenapa tidak memilih cincin ini? Yah aku belum pernah memakai cincin sebelumnya. Sama seperti Ryota-kun, ini pertama kalinya bagiku."

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan."

Ketika kami melihat cincin pasangan melalui kaca display, seorang pegawai dengan tampilan anggun berusia sekitaran tiga puluhan datang

"Apa anda mau mencobanya?"

Sepertinya dia mendengarkan percakapan kami, dan dia memberikan beberapa saran kepada kami. Sayu lalu tersenyum ramah dan langsung menjawab.

"Ya, tolong.”

Pegawai itu lalu mengeluarkan sepasang cincin perak dari display.

Saat aku merasa sedikit gugup, Sayu mengulurkan tangan kirinya kepadaku. Sepertinya dia ingin aku memakainya pada jarinya.

Aku kemudian dengan hati-hati mengambil cincin wanita itu dan menyentuh tangan kiri Sayu. Di jari mana aku harus memakaikan cincin ini? Aku benci betapa sedikitnya pengetahuanku tentang cinta.

"Di sini, di sini."

Melihat ku yang ragu-ragu, Sayu menggerakkan jari manisnya ke atas dan ke bawah. Itu adalah satu-satunya jari yang aku kecualikan dari pilihan ku.

[TL\n: yah tau kan kenap si Mc mengecualikan jari itu, gak usah gua jelasin lagi kan]

“A-kurasa itu tidak benar.”

“Tidak ada masalah, kan?”

Saat aku terlihat enggan, Sayu bertanya pada pegawai toko.

"Ya, itu tidak masalah. Banyak pasangan yang memilih jari itu juga untung di pasangkan cincin."

Pegawai itu tersenyum dan memberikan komentar positif dengan nada yang menunjukkan keanggunan orang dewasa. Yah jari manis di tangan kiri merupakan tempat dipasangnya cincin saat pernikahan.

Menurut ku itu adalah cara berpikir yang naif.

“Tapi aku ingin memberimu sesuatu yang pantas untuk dipakai di jari manis mu itu… bukan berarti ini tidak pantas.”

"Ryo, Ryota-kun..."

Sayu menatapku dengan tatapan penuh cinta, pipinya diwarnai dengan warna bunga sakura. Lalu garis garis biru tiba-tiba muncul di dahi petugas itu.

“Oh, apakah pelanggan berpikir untuk menikah?”

“Ah, tidak, sama sekali tidak seperti itu.”

"Apa yang kamu bicarakan, Ryota-kun? Kami berkencan dengan niat untuk menikah!"

"Y-ya, tapi..."

Dengan wajah cemberut, dia meraih lengan bajuku dengan ekspresi kesal. Sementara pegawai toko itu kehilangan cahaya di matanya dan pipinya sedikit naik turun.

“A-Aku rasa siswa saat ini benar-benar gak nanggung-nanggung..”

Pegawai itu terlihat tidak seperti tadi... Emosi negatif merembes keluar dari seluruh tubunya..Aku merasa lebih baik tidak membahas topik ini lebih lanjut, jadi aku mengambil tangan kanan Sayu.

"Um, baiklah, mari kita pilih ini."

"......Ya..."

Saat aku memasangkan cincin di jari manis kanannya, Sayu mengambil langkah mundur dan terdiam.

"Mungkin itu agak kebesaran?"

"Ya, begitu. Mungkin ada waktu luang."

Pegawai toko, yang tadinya benar-benar depresi, kini kembali ke mode penjualan.

“Kalau begitu, aku akan menyesuaikan ukurannya. Apakah kamu yakin ingin membeli barang itu?”

"Ya. Tidak apa-apa kan? Ryota-kun."

Sayu kemudian meminta persetujuanku, dan aku lalu mengangguk.

"Terima kasih. Apakah Anda ingin mengukir sesuatu di dalamnya?"

"mengukir?"

Aku mengerutkan kening dan sedikit memiringkan kepalaku.

"Ya. Ini adalah layanan untuk mengukir inisial nama pasangan pada cincin untuk hari jadi."

Apakah ada layanan seperti itu? Jika begitu, yah mungkin tidak ada salahnya untuk mencobanya.

"Baiklah, kami akan melakukannya."

Setelah mengukur ukuran jari, dan menentukan ukiran yang akan di ukir di cincin, kami menyelesaikan belanja kami.

Sepertinya cincin itu akan siap dalam dua minggu. Kupikir kami akan segera menerimanya, tapi kurangnya pengetahuanku sungguh membuatku frustrasi. Setelah meninggalkan toko perhiasan itu, kami menuju ke lantai pertama.

Sayu tidak takut terlihat dia dengan berani memeluk lengan ku di tengah keramaian pusat perbelanjaan yang ramai pada hari libur Tatapannya yang tajam, penuh dengan niat membunuh, terus menusuk seperti pedang jujur itu terasa menyakitkan. Tidak peduli berapa kali aku mengalaminya, aku tidak pernah terbiasa…

"Aku tidak sabar melihat produk jadi nya, Ryota-kun."

"Benar. tapi, kamu tadi membicarakan sesuatu dengan pegawai toko kan? kalian bicara apa tadi?"

“Aku menambahkan isi ukirannya.”

Ukiran di cincin yang kami pesan itu mencantumkan inisial nama kami masing-masing dan tanggal jadian kami. Apa ada hal lain yang ingin dia tambahkan?

"Apa yang kamu tambahkan?"

"Rahasia. Ku pikir kamu akan mengerti ketika cincin itu tiba."

"Aku penasaran….."

"Kamu akan mengetahuinya dalam dua minggu."

"Setidaknya beri aku petunjuk."

"Itulah perasaanku kepada Ryota-kun."

"...Apakah kamu ingin menikah?"

"Mungkin, tapi berbeda. Tunggu sampai cincinnya sampai."

Sayu tersenyum lembut dan mendekatkan dirinya kearahku. Haruskah aku menunggu sampai cincin itu tiba?, yah jujur aku tidak sabar menunggu dua minggu ke depan, aku penasaran sekali dengan ukiran yang di tambahkan Sayu.

"Ryota?”

Tiba-tiba, aku mendengar ada suara yang memanggilku, ketika aku berbalik, hal pertama yang kulihat adalah rambut hitam panjang dengan campuran warna kebiruan yang mencapai pinggangnya. Mata kanannya yang sedikit tersembunyi dengan poninya, dan dia mengenakan kaus sweat longgar.

“Riona. Apa yang kamu lakukan di sini?”

"Aku sedang berbelanja. Bagaimana denganmu?"

Riona menunjukkan kepadaku sebuah buku referensi yang pasti dia beli di toko buku.

"Aku……"

"Kami sedang berkencan."

Saat aku ragu untuk mengucapkan kata ‘kencan’, Sayu langsung berbicara melebihi suaraku. Anehnya rasanya canggung jika seorang teman menyaksikan kencan ku.

"Kencan... begitu. Ryota, kemarilah sebentar."

"Eh, ah”

Riona memanggilku, sambil mengisyaratkan dengan tangannya. Saat aku diminta, aku mendekati Riona lalu dia berbisik kepadaku.

"Ryota, rambutmu agak berantakan. Kamu seharusnya memperhatikan rambut keritingmu setidaknya saat kamu sedang kencan."

"Oh, ah, itu benar...kurasa rambutku berantakan seiring berjalannya waktu."

Meskipun aku sudah merapihkan rambutku sebelum aku meninggalkan rumah, tapi seiring berjalannya waktu, rambutku mulai mulai berantakan karena gravitasi. Aku iri dengan rambut lurus yang halus...

[TL\n: gua juga, gua kadang suka iri ama orag yg punya rambut yang halus dan lurus, rambut gua kaku dan tebal jir, kadang susah buat di atur]

"Aku akan merapihkanya untukmu, jadi diamlah."

"Hmm, Maaf."

"Seperti biasanya"

"Maaf merepotkan mu."

Riona mengulurkan tangannya ke kepalaku dan menyisir rambutku seperti yang selalu dia lakukan. Segera, Sayu meraih lenganku dengan kuat hingga itu terasa sakit, dan menarikku sekuat yang dia bisa.

“A-apa yang kamu lakukan!”

"Aku hanya sedang merapikan rambut Ryota."

“Tidak, tidak, kamu dan Ryota hanya berteman, kan?”

"……? Ya"

Sayu menunjukkan ekspresi terkejut dan bibirnya tertutup rapat.

"Aku ingin kamu menjaga jarak dengan Ryota-kun..."

“Ku pikir aku telah menjaga jarak yang tepat dengannya.”

“Aku tidak melihatnya seperti itu.”

"Pertama-tama, mau bagaimana lagi. Ketika aku melihat rambut Ryota yang berantkan aku ingin merapihkanya. Kurasa aku tidak bisa mengendalikan keinginan ku ini."

"Ini berbeda. Malah, menurutku Ryota-kun akan lebih manis jika rambutnya berantak."

“Sayu telah berubah.”

"Apakah begitu?"

Sayu mengerutkan keningnya dan menyipitkan matanya dengan ekspresi bingung. alisnya menyatu di tengah, dan dia sedikit memiringkan kepalanya dengan ekspresi terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman mendengar pembicaraan tentang rambutku yang berantakan dari dekat… Riona lalu mengangkat tangan kanannya seolah dia menyerah kemudian dia menatapku.

“Kalau begitu aku akan pulang. Sampai jumpa.”

“Ah, oh, sampai jumpa lagi.”

Riona terus berjalan dengan langkah mantap, menuju pintu keluar.

Sayu mengikuti punggung Riona dengan matanya, dia llu mengangkat bahunya dan mengerucutkan bibirnya.

"Aku merasa aku lebih posesif dari yang ku kira."

"……? Ya”

"Aku tidak ingin Ryota-kun disentuh oleh gadis lain.”

"...A-aku minta maaf."

Aku tidak sepenuhnya sadar jika aku sudah memiliki kekasih. sudah menjadi hal biasa bagi Riona untuk memperbaiki rambut ku yang berantakan. tapi, sekarang aku sudah memiliki kekasih, aku harus memperhatikan kontak dengan lawan jenis. Jika aku berada di posisi yang sama, aku pasti akan merasa cemburu.

Mungkin pengecut untuk menggunakan kurangnya pengalaman cintaku sebagai alasan, tapi aku tidak memiliki kemampuan untuk melihat diriku dari sudut pandang luas ketika menyangkut cinta. Aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang.

"Tidak, aku hanya sedikit egois. Bukannya aku ingin membatasi Ryota-kun."

"Tidak. Aku akan berhati-hati untuk tidak melakukan apa pun yang tidak disukai Sayu."

“Terima kasih.Hehe.”

“….Tunggu, kamu terlalu dekat.”

Sayu menutup jarak antara aku dan dirinya lalu dia langsung memelukku. ...Meskipun kita menggunakan sampo yang sama, kenapa dia bisa begitu harum?

“Meski kita sudah berciuman, menurutku Ryota-kun terlalu pemalu.”

"Yah, bukan itu masalahnya."

"Tapi, Ryota-kun belum menciumku sama sekali sejak saat itu. Aku padahal sudah menunggunya."

"...Yah, aku sedang memikirkan waktu yang tepat tahu."

"Aku selalu siap."

Sayu membawa jarinya ke bibirnya dengan lembut lalu tersenyum, melihat itu aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah yang lain dengan cepat.

"A-aku tidak akan melakukannya."

“Kapan kamu akan melakukannya?”

"...Um, di akhir kencan kita?"

“Ah, sudah kubilang. Aku sudah menunggu nya.”

Setelah mengatakan hal itu, Sayu mengangkat dagunya ke depan dan bersiap untuk dicium, meskipun ini merupakan tempat dengan banyak orang yang lalu lalang di dengan berani meminta ini.

Ini sungguh Buruk. Rute pelarian ku telah diblokir. Aku kemudian segera mengalihkan pandanganku ke arah lain dan dengan cepat mengubah topik pembicaraan.

"Hei, ayo kita ambil ini secepatnya."

Di lantai satu pusat perbelanjaan, di sudut tengahnya telah didirikan tempat lotere, Jika kita berbelanja selama periode even, kamu akan menerima tiket lotre untuk setiap 5.000 yen pembelian. Karena kami baru saja melakukan pembelian barang yang cukup mahal, aku mempunyai lima tiket lotre di tanganku.

"Iya, jika kamu mendapat hadiah pertama, kamu bisa mendapatkan tiket perjalanan.”

"Wah... Yah, aku akan senang jika mendapat hadiah kupon belanja."

Hadiah utamaya cukup mewah. Namun, yang ku incar adalah kupon belanja seharga 3.000 yen. yaitu hadiah kelas kelima. Peluang untuk memenangkannya cukup besar di sini.

“Aku tidak mengiginkan itu. aku hanya ingin hadiah ke onsen, onsen!”

[TL\n:Onsen (温泉) adalah istilah bahasa Jepang untuk sumber air panas dan tempat mandi berendam dengan air panas yang keluar dari perut bumi.]

“Tapi aku lebih tertarik pada kupon belanja daripada onsen.”

"Benarkah? Aku ingin pergi ke Onsen bersama Ryota-kun dan membuat banyak kenangan yang menyenangkan."

"Goho, koho. A-apa yang kamu bicarakan!"

Setelah mendengar pernyataan berani Sayu, aku hanya bisa terbatuk.

"Apa itu tidak bagus? Kita kan sudah pacaran."

"K.. kita memag sudah pacaran tapi bukan berarti itu tidak masalah tahu..."

Aku menghela nafas kecil dan mendapatkan kembali ketenanganku, kemudian kami menuju ke tempat lotere. Untungnya, tidak banyak orang yang mengantri, dan giliran kami tiba dengan cepat.

Aku berdiri di depan mesin lotere yang berderak dan menyerahkan tiket lotre yang ku terima sebelumnya kepada petugas.

“Anda memiliki lima kupon. Silakan putar perlahan."

Sayu mundur setengah langkah dan mengatupkan tangannya di depan dada seopah dia sedang berdoa.

"Lakukan yang terbaik, Ryota-kun."

"Tentu."

Mempertimbangkan ekspektasi Sayu, aku meraih pegangan mesin lotere, aku oalu memutarnya searah jarum jam dan yang keluar.

Putih, putih, putih, putih.

Namun hasilnya sangat buruk, aku menang empat kali berturut-turut di kelas terakhir. yah aku sudah memperkirakannya, tapi

terus-menerus mendapatkan kelas terakhir membuatku semangat frustasi. Apakah tiket lotere ini benar-benar berisi kemenangan?

Aku ingin menunjukkan sisi kerenku pada Sayu... Saat aku mengencangkan genggamanku pada pegangan lotere, tiba tiba aku melihat sosok yang ku kenal

"...Misaki?"

"Ah, Oni-chan... uh...haa."

“Bisakah kamu berhenti menghela nafasmu ketika kamu melihat wajahku?”

Adik perempuanku, Misaki, berjalan melewati ku. Dia menghela nafas dengan sengaja dan berlari ke arahku, rambutnya yang diikat ekor kembarnya bergoyang.

"Wow, semua hasilnya kalah. Oni-chan, kamu benar-benar tidak beruntung."

Melihat keadaan ku yang gagal empat kali berturut-turut, Misaki mengungkapkan rasa kagumnya.

"Hm... apakah kamu bisa menang?"

"Oni-chan, apa kamu lupa kalo aku memiliki bug keberuntungan? kamu masih bisa mencobanya satu kali, kan?"

"Aku bisa mencoba lagi, tapi..."

"Maka, aku menggantikanmu."

Misaki mendorongku lalu dia berdiri di depan mesin lotere. Dia lalu dengan cepat memutar mesin lotere, aku berpikir dia mungkin hanya akan mendapatkan bola putih yang biasa - tapi bola bundar berguling dan terdengar suara klik.

"Selamat, Anda mendapat hadiah pertama, tiket wisata onsen kelas satu!"

Bola yang sangat mewah yang berkilauan dalam warna emas. Anggota staf segera mengambil bel terdekat dan menggoyangkan dengan bunyi suara yang nyaring. Orang-orang di sekitar kami mulai berdesir heboh. Ketika Misaki menerima amplop yang dihias dengan indah itu, dia menyerahkannya kepadaku dan berkata,

“Ini dia.”

"Oh, serius…”

Yang bisa kulakukan hanyalah berdiri diam terpaku di sana, Misaki memang telah memiliki sejarah menjadi miliarder hanya dengan membeli satu tiket lotre, dan juga dia diberkati dengan keberuntungan lainnya. Tapi itu terlalu beruntung. Rasanya seperti dia diberkati oleh Tuhan sendiri.

[TL\n: gua malah ke inget ama novel iseka wa heiwa si mc nya di berkahi keberuntungan ama 2 dewa pencipta dunia, mana keberuntunganya absolute lagi]

“Ini wisata Onsen, kan? Baiklah… jika Oni-chan memaksa, aku bisa ikut denganmu.”

Misaki menggerakkan jari telunjuknya ke atas dan ke bawah sambil memandang ke arahku. mendengar itu warna mata Sayu berubah saat dia berdiri di sampingku.

“Oh, ngomong-ngomong, apa itu berarti aku bisa jalan-jalan ke Onsen bersama Ryota-kun!?”

"Eh? Apa yang kau bicarakan? Aku yang menang loh."

"Misaki-chan, yang punya tiket undian itu adalah yang aku dan Ryota-kun."

"Kalau Oni-chan yang melakukannya, dia pasti hanya akan mendapatkan hadiah kelas terakhir."

"Itu tidak benar. Misaki-chan hanya mengambil bagian terbaiknya, tapi kalau Ryota-kun yang mengambil pasti mendapatkan yang pertama!”

“Itu keluar karena aku yang memutarnya!”

Keduanya mulai menyebarkan percikan api.

“J-jangan memulai perkelahian di tempat seperti ini.”

“Hmph, orang itu yang duluan.”

"Aku akan menjawab persis seperti yang kamu katakan."

Muak dengan suasana yang masih berbahaya, aku sekali lagi memeriksa detail perjalanan pemandian air panas yang kami menagkan sebagai hadiah.

“Sepertinya maksimal empat orang, kita semua bisa pergi, jadi kalian berdua perlu bertengkar, ayo kita pergi bersama.”

Setelah mengatakan itu, Sayu dan Misaki saling mengarahkan jari mereka ke wajah satu sama lain.

“”Aku tidak ingin bersama orang ini (Misaki-chan)!””

Mereka melakukan harmonisasi yang luar biasa. Cara mereka berkata saat bersamaan sungguh sempurna. kami memenangkan wisata Onsen, dan maksimal empat orang dapat berpartisipasi. Rasanya hal ini bisa diselesaikan dengan damai. Namun, dengan suasana seperti ini, damai sepertinya tidak mungkin.

"Oni-chan, kalo kamu pergi bersamaku. kamu tidak perlu khawatir tentang dua slot yang tersisa. Aku akan mengajak teman-temanku yang imut dengan kita."

"Apa yang kamu bicarakan? Ryota-kun akan pergi berdua denganku.

Jika kita pergi dengan orang lain, kita tidak akan bisa melakukan cukup hubungan seks."

"...Kalau begitu, ayo kita jual saja ini. Ini akan menghasilkan uang."

"Itu tidak boleh!"

Ku pikir lebih baik menjuka ini daripada menimbulkan perkelahian, tapi hal itu segera di tolak oleh mereka. Selagi aku memegangi kepalaku karena pusing dengn mereka, Sayu dan Misaki menarik lengan bajuku.

“Kamu akan pergi jalan-jalan ke pemandian air panas bersamaku kan?.”

"Kamu akan pergi dengan ku, kan Oni-chan?"

"K-kurasa akan lebih baik jika kita semua pergi bersama... ada cukut tiket untuk kita semua pergi."

"Kalau begitu perjalanan yang menyenangkan kita akan terganggu."

"Itu seharusnya kataku!"

Aku menghela nafas di depan keduanya yang saling berkelahi. Apa yang harus ku lakukan?

Selagi aku memutar otak, mata Sayu membelalak seolah dia baru saja mendapat ide. Dia lalu mengeluarkan sesuatu dari saku kanannya dan mendekatiku.

"Silakan pergi ke Onsen bersamaku."

"Eh...tunggu, kenapa begitu?"

Keringat perlahan merembes ke seluruh tubuhku saat aku menatap apa yang ada di tangannya. Apa yang ada di sana adalah ‘Tiket Mendengarkan Apa Pun yang Kamu Katakan' yang telah kuberikan padanya sejak lama. Mau tak mau aku terkejut dengan kemunculannya lagi pada saat ini.

“Ini adalah kesempatan kita untuk pergi ke onsen, kan? Tapi karena Misaki-chan menghalangi, aku berpikir untuk mengambil pendekatan yang lebih agresif.”

“K-kurasa itu tidak curang…”

"Hehehe. Ryota-kun, ayo kita berendam di air panas bersama, oke?"

“B-ha, tidak mungkin berendam bersama mu!”

Saat aku berteriak keras, Misaki menyela percakapan.

"Kertas apa itu?"

"Rahasia."

"Hmm. Lagi pula, tidak mungkin Oni-chan yang kikuk pergi ke pemandian air panas bersamamu.”

"Kamu akan melakukan itu, kan? Ryota-kun."

Sayu tersenyum seperti bunga matahari dan menggabungkan kedua tangannya. Aku melirik tiket ‘Tiket Mendengarkan Apa Pun yang

Kamu Katakan'. yang ada di tangan kanannya dan memegangi kepalaku dengan tanganku.

“Hmm, Aku, aku tidak akan melakukan itu, pasti tidak!"

"Sayangnya, Ryota-kun tidak punya hak untuk menolak. Tolong dengarkan apa yang ingin ku katakan."

Pipiku berkedut dan aku memegang kepalaku dengan tanganku.

...Aku ingin tahu hadiah apa yang diberikan oleh diriku yang dulu.?

Sepertinya hari-hari ku yang terpengaruh oleh Sayu akan terus berlanjut untuk saat ini, atau mungkin selama sisa hidupku. Tapi yah aku tidak membencinya. Secara pribadi, aku pikir aku telah terpengaruh oleh Sayu.

Aku berharap hari-hari seperti ini akan terus berlanjut selamanya, tapi di saat yang sama, aku semakin cemas dengan apa yang akan terjadi.






2 Komentar

نموذج الاتصال