Misalnya, apa yang dipikirkan orang tentang karakter-karakter setelah cerita berakhir? Protagonis, heroine, pahlawan, penjahat, dan banyak Mob tanpa nama.
Pembaca mungkin tidak memperhatikan apa yang akan terjadi pada mereka di luar kerangka cerita.
Tapi, bagi ku, itu sedikit tidak memuaskan.
Misalnya, bahkan dalam sebuah rute eroge, cerita bagi mereka hanyalah bagian kecil, dan ada kelanjutan yang panjang setelah itu.
Seharusnya ada kehidupan sehari-hari yang universal yang tidak pernah dijadikan cerita.
Lalu bagaimana dengan para heroine yang bahkan tidak masuk dalam rute?
Yang disebut "heroine yang kalah"──── Bagaimana hidup mereka setelah kehilangan protagonis?
Apa mereka mencari seseorang untuk jatuh cinta lebih dari protagonis, atau terus memikirkannya sepanjang hidup mereka?
Di dunia ini, setiap orang adalah protagonis dalam hidup mereka sendiri, dan pada saat yang sama, mereka adalah Mob dalam hidup orang lain.
Dari perspektif cerita, protagonis tidak lebih dari sebuah Mob bagi para heroine.
Aku telah berbicara panjang lebar, tapi intinya ada satu hal yang ingin ku katakan.
Sebagai seseorang yang menciptakan 'Dan kemudian dunia dipenuhi dengan warna cinta', aku membencinya lebih dari apapun di dunia ini.
★★★
Tengah malam, tepat setelah upacara penerimaan tahun baru, aku menyadari kalo telah terlahir kembali sebagai Kanade Saita.
Dengan penampilan tubuh yang ramping dan membungkuk.
Dan sebuah kamar yang terasa familiar.
Kamar seorang protagonis dalam eroge yang sering digunakan untuk adegan erotis, jadi aku ingat dengan jelas.
Aku tidak bisa salah.
"Ini jadi rumit..."
Aku bergumam sambil termenung di kamar ku.
Sejujurnya, aku tidak ingat apakah aku meninggal di kehidupan sebelumnya.
Aku hanya ingat kalo aku hampir masuk malam ke-5 tanpa tidur, jadi kemungkinan besar kesehatan ku yang buruk membawa ku pada kematian.
Aku tidak merasa bersalah, tapi tetap saja aku memeriksa tanggal dan tahu kalo hari itu adalah awal dari cerita 'Sekai Ai'.
"Apa yang seharusnya aku lakukan setelah tiba-tiba dipindahkan ke sini...? Tidak, ini bisa jadi ujian yang diberikan pada ku."
Aku dengan lembut mengusap layar hp-ku yang menunjukkan tanggal tersebut.
Di kehidupan ku sebelumnya, aku seorang penulis naskah.
Aku bertanggung jawab untuk menulis dan merilis naskah 'Dan kemudian dunia dipenuhi dengan warna cinta.'
Aku memikirkan segala hal, mulai dari kepribadian para heroine hingga latar belakang protagonis.
Aku tahu ada banyak hal yang tidak ada dalam game utama atau artbook-nya.
Kalo reinkarnasi ini terjadi berdasarkan itu...
"Apa ini akan menjadi kesempatan terakhir untuk mengubah naskah 'Sekai Ai'?"
Karena ini dipasarkan sebagai sebuah game, aku harus memikirkan pemain di atas segalanya.
Sebenarnya, aku membentuk karakter-karakter tersebut dan menulis ceritanya dengan cara itu, tapi ada banyak aspek yang tidak aku sukai.
Tapi, sekarang aku telah terlahir kembali di sini, aku memiliki kebebasan untuk menulis ulang cerita ini.
Kali ini, bukan dari sudut pandang orang ke-3, tapi sebagai protagonis, Kanade Saita.
★★★
Alasan kenapa aku membenci 'Dan kemudian dunia dipenuhi dengan warna cinta', hanya satu.
Dalam permainan utama, ditekankan pada perkembangan protagonis.
Dengan kata lain, 'Dan kemudian dunia dipenuhi dengan warna cinta' adalah komedi romantis harem di mana Kanade Saita, seorang karakter dengan kepribadian pesimis, belajar untuk melihat ke depan.
Tapi bagaimana dengan para heroine?
Meskipun protagonis membantu mereka, pada dasarnya mereka berfungsi sebagai sosok yang memberikan nasihat kepadanya.
Dalam cerita yang ku buat, masalah para heroine tidak terselesaikan.
Setelah mereka membantu protagonis, mereka sendiri masih membawa trauma dan latar belakang mereka, dan cerita pun berakhir begitu saja.
Mengingat situasi ini, agak diragukan apa itu bisa dianggap sebagai akhir yang bahagia.
"Intinya, akan lebih baik kalo aku bisa menyelamatkan para heroine dengan cara yang lebih efektif..."
Haa~. Kepala ku masih belum berfungsi dengan baik.
Baru saja aku terlahir kembali, jadi itu tidak mengherankan.
Aku memutuskan bahwa, untuk sementara, aku akan mengamati apa yang terjadi di sekolah mulai besok sebelum memikirkannya, dan kembali menyelimuti diri dengan selimut.
Meskipun masih banyak hal yang belum aku mengerti, aku adalah orang yang bertanggung jawab untuk menciptakan dunia ini.
Tidak peduli seberapa banyak cerita ini menyimpang dari rute aslinya, aku harus bisa membimbingnya ke arah yang benar.
Mungkin karena tidak ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan tentang reinkarnasi ini, aku tidak sempat memikirkan apa-apa, dan langsung tertidur.
★★★
Sudah seminggu sejak aku terlahir kembali ke dunia ini.
Dalam beberapa hari terakhir, aku telah menghabiskan waktu untuk mengamati, sambil memikirkan bagaimana cara bertindak di masa depan.
Tidak ada pergerakan signifikan dari Ayame, Kanna, atau Natsuki.
Tapi, ada satu hal yang mengganggu pikiran ku.
─────Keberadaan Kaede Nishikoji.
Dalam karya asli, dia adalah orang bodoh yang tidak bisa dibela oleh siapa pun dan merupakan penjahat yang mengganggu protagonis.
Tapi sekarang, tidak bisa dipungkiri kalo dia berperilaku dengan sangat tenang.
Dia datang ke sekolah setiap hari tanpa gagal dan, sepertinya, juga berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan komite perpustakaan.
Meskipun dihindari oleh teman-teman sekelasnya dan tidak berinteraksi dengan mereka, dia tetap terlihat memiliki hubungan yang ramah.
Dalam pengaturan asli, dia seharusnya lebih seperti seorang preman, lebih agresif, memeras dan memukul orang lain, sungguh kacau.
Ini sangat aneh.
Sebelum berpikir lebih jauh, aki mencapai kesimpulan.
Mungkin Nishikoji juga terlahir kembali ke dunia ini, seperti halnya aku.
Kalo aku tidak berpikir seperti itu, aku tidak akan bisa memahaminya.
Setelah merumuskan hipotesis ini, aku memutuskan untuk berbicara dengan Nishikoji.
Aku yakin aku memiliki insting yang baik untuk menilai orang.
Menurut ku, di dalam dirinya, Nishikoji adalah orang yang baik dan normal.
Dia tidak memiliki karakter yang kuat.
Saat aku berbicara dengannya, dia sedikit gugup, dan ketika aku mencoba membahas topik tangga untuk melihat reaksinya, dia jelas terlihat gelisah.
Setelah beberapa percakapan, aku sampai pada kesimpulan kalo Nishikoji bukanlah orang yang berbahaya.
Lebih tepatnya, karena dia takut dengan potensi bahaya yang bisa dia hadapi, tindakannya terbatas, yang berarti aku bisa memanfaatkannya untuk keuntungan ku dalam menggerakkan cerita ini.
Saat kelas sedang ramai, aku teringat apa yang terjadi tepat setelah aku terlahir kembali ke dunia ini dan menghela napas.
Pada akhirnya, aku tidak banyak berkembang dengan Kanna, karena Nishikoji bergerak lebih banyak dari yang ku harapkan.
"Aku akan memikirkannya lagi..."
Bisik ku pelan.
Aku pikir hidup ini ditentukan oleh pilihan yang kita ambil.
─────Aku ingin melihat bagaimana dunia ini berkembang dengan keputusan-keputusan yang telah aku buat.
★★★
Ketika rumor tentang Kanna mulai mereda, suara pemberitahuan dari aplikasi chat berbunyi.
Ikon notifikasi itu dari Kanna. Pesan yang masuk berbunyi: 'Bolehkah aku datang ke rumahmu sekarang?"
...Aku kira aku sudah memberitahunya kalo dia bisa datang kapan saja.
Aku ragu sejenak, tapi aku membalas bahwa itu tidak masalah.
Dia membalas bahwa dia sedang dalam perjalanan, dan 5 menit kemudian, bel pintu berbunyi.
Dengan suara itu, dia pasti sudah dekat dengan rumah ku.
Setelah membuka kunci otomatis, beberapa saat kemudian, Kanna muncul di pintu dengan seragamnya.
"Maaf, Nishikoji-kun. Maaf karena aku datang tiba-tiba, ya?"
"Tidak, tidak apa-apa. Aku juga ingin bicara denganmu."
Itu setengah benar dan setengah bohong.
Sebenarnya, setelah itu, aku tidak punya kesempatan untuk berbicara dengan Kanna sama sekali.
Di sekolah, aku tidak bisa berbicara dengannya karena aku adalah orang yang telah mengancamnya, dan dia juga tidak pernah datang ke rumah ku.
Aku kira hubungan kami mungkin sudah berakhir, tapi Kanna memutuskan untuk datang begitu saja.
Tapi, bagi ku, yang terbaik adalah menjauh dari Kanna dan membiarkan semuanya tetap seperti ini, sebagai seorang Mob.
Dengan perasaan yang sedikit rumit, aku duduk di depan Kanna.
"Ini, yah, ini hal sepele, tapi..."
Tiba-tiba, sebuah kantong kertas muncul di depan saya.
Itu dari toko kue terkenal di sekitar sini, yang dikenal dengan kue-kue lezatnya.
"Tidak, tidak apa-apa. Benar-benar, aku sangat minta maaf. Selain itu, aku sudah bersikap seperti itu di sekolah."
"Tapi, meskipun begitu, fakta kalo rumor itu hilang berkatmu, Nishikoji-kun. Jadi terima saja."
Kanna mengambil tangan ku dengan kuat dan memaksa ku untuk memegang kantong kertas itu.
"Bolehkah aku melihat isinya?"
"Tentu, tentu. Aku cukup ragu-ragu, tahu~? Ah, dan juga ada hadiah spesial."
Mengikuti kata-kata Kanna, aku membuka kantong kertas itu.
Pertama, di bagian atas, ada sebuah kotak kue dari toko lokal.
Tapi, yang paling menarik perhatian ku adalah sesuatu yang dibungkus yang ada di bawah kotak itu.
Ketika aku mengambilnya, Kanna tersenyum nakal.
"Apa ini? Hadiah spesialnya?"
"Siapa yang tahu?"
Aku membuka kertas dengan hati-hati dan yang keluar adalah sebuah kupon.
Itu terlihat cukup rumit, tapi ada nuansa dibuat dengan tangan.
"Mágical♥Maid...?"
"Taraaan! Hadiah spesialnya adalah kupon untuk kunjungan pertama gratis ke kafe maid tempat aku bekerja! Aku yang membuatnya! Jadi, intinya, ini undangan untuk mu datang! Kau akan datang, kan?"
Sekarang setelah dia menyebutkan itu, aku ingat kalo dia pernah bilang dia ingin aku pergi ke kafe maid selama perjalanan terakhir.
Aku tidak menyangka dia akan mengingatnya dengan cara seperti ini.
"Baiklah. Kalo aku ada waktu dan jadwalku cocok..."
Aku tidak bisa begitu saja merampas kertas itu dari protagonis.
Lagipula, pergi sendirian akan terlalu memalukan.
Mendengar jawaban ku, Kanna membuat ekspresi sedikit kecewa dan menunjuk kertas yang dia pegang.
"Omong-omong, ada satu lagi."
"Satu lagi?"
Memang, kertas itu masih terasa seperti karton keras.
Aku lalu membuka kertas itu perlahan dan keluar lagi kupon, kali ini tertulis tangan.
"Kupon untuk melakukan pekerjaan rumah apa saja...?"
"Begitulah! Ini kupon 'aku akan melakukan tugas rumah apapun' sebagai ucapan terima kasih untuk semua yang telah terjadi sebelumnya. Aku ingin kau menggunakannya kapan pun kau mau."
"Tapi, sungguh, itu terlalu berlebihan... aku tidak bisa menerima ini."
"Aku tidak akan merasa tenang kalo aku tidak melakukannya. Bukan hanya tugas rumah, aku bisa melakukan apa saja. Aku rasa kau harus menerimanya, karena ini bahkan lebih mewah daripada kupon kafe maid."
Kanna berkata begitu sambil bermain dengan rambutnya.
Aku masih terkejut dengan perubahan tak terduga ini.
Aku tidak berniat untuk melakukan sebanyak itu, dan aku pikir Kanna tidak akan datang ke rumah ku.
"Ngomong-ngomong, kau bisa menggunakannya berkali-kali."
Kanna tersenyum, seolah-olah menaburkan garam pada lukanya.
"Berkali-kali!?"
"Ini kupon yang mengatakan kalo, sampai kau berpacaran dengan seseorang atau menikah, kalo kau memanggilku, maid Kanna akan datang segera!"
Seharusnya aku menjadi seorang Mob.
Aku seharusnya tidak bisa memanggil seorang heroïne ke rumah ku, apalagi melakukan hal seperti ini.
Faktanya, seorang Mob bahkan tidak bisa berbicara dengan heroïne, dan kalo itu terjadi, itu hanya akan menjadi percakapan biasa yang tidak ada hubungannya dengan cerita.
"Kalo begitu, mungkin aku akan menggunakannya ketika tugas rumah terasa sulit."
"Dimengerti, Tuan! Pastikan untuk memanggilku dengan benar, ya?"
Kanna memberi hormat ringan.
Mengingat dia bekerja di kafe maid, posisinya terlihat cukup alami.
"Maaf. Terima kasih sudah membiarkan aku datang hanya untuk ini hari ini."
"Tidak masalah. Aku juga lagi bosan."
"Baiklah, aku rasa sudah waktunya aku pergi~"
Kanna membuka pintu depan dan, pada saat itu, dia menoleh ke arah ku dan berkata...
"Sungguh, terima kasih untuk sebelumnya."
"Ah, tidak masalah. Sudah selesai."
Aku benar-benar merasa sudah cukup dengan itu.
Meskipun aku mendapatkan sedikit ketidaksukaan, rumor tentang Kanna sudah hilang.
Lagipula, aku tidak berniat untuk berteman di dunia ini, jadi tidak ada masalah jika teman-teman sekelas menjauh.
Kecuali kenyataan bahwa, dalam cerita, aku sudah selangkah lebih dekat untuk menjadi seorang penjahat.
"Nishikoji-kun, sebenarnya aku tidak mengerti kau sama sekali. Di SMP, kau menyebabkan banyak masalah dengan pelecehan dan selalu bersama gadis-gadis."
Sebelum reinkarnasi ku, Nishikoji pasti adalah yang terburuk.
Itulah sebabnya aku merasa agak terkejut mendengar Kanna mengatakan kalo dia tidak mengerti aku.
"Tapi kau tau? Dengan apa yang terjadi kali ini... Hmm, bagaimana ya, aku rasa, berkat ini, aku merasa bisa lebih mengerti kau yang sekarang, Nishikoji-kun."
"Yang sekarang...?"
"Iya. Kau yang sejak kita masuk ke SMA. Aku bilang banyak hal, tapi yang ingin aku katakan adalah, kau telah menyelamatkanku. Kau terus berusaha sekuat tenaga, Nishikoji-kun. Terima kasih banyak. Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku."
Kanna menutup pintu yang telah dia buka dan membungkuk dalam-dalam.
Aku tidak berniat melakukan hal seperti itu.
Aku hanya bertindak karena aku rasa itulah yang seharusnya aku lakukan.
"Tidak, angkat kepalamu. Aku tidak melakukan apa-apa yang penting."
"Tentu saja tidak. Aku rasa aku akan selalu berterima kasih. Nishikoji-kun memberi aku sesuatu yang sangat berarti."
Kali ini, dia membuka pintu dengan benar dan melambaikan tangan sambil berpisah.
"Baiklah, jaga dirimu ya. Sampai jumpa nanti."
"Ya. Terima kasih untuk hari ini."
"Jangan lupa gunakan maid Kanna~!"
Kanna mengucapkannya sebagai kalimat terakhir sebelum menghilang di balik pintu.
Situasi yang intens itu masih membuat saya agak terkejut.
Aku lalu melihat kembali tangan ku, aku melihat kertas yang tertulis 'kupon untuk maid Kanna melakukan tugas rumah apapun', yang ditulis tangan dengan huruf bulat.
Di sekitarnya, ada ilustrasi panda.
"Dapat memiliki heroïne yang melakukan tugas rumah sebanyak yang aku inginkan... itu luar biasa..."
Kalo aku yang di kehidupan sebelumnya mendengarnya, aku pasti akan menangis karena iri.
Sambil membawa catatan mewah itu bersama dengan kue ke meja, aku teringat.
"Jadi, inilah aku yang sekarang..."
Dari perspektif orang-orang di sekitar ku, mungkin mereka melihat aku sedikit berbeda dibandingkan Nishikoji yang dulu.
"Bagaimanapun, kalo Kanna merasa diselamatkan, itu yang penting..."
Meskipun aku melakukan banyak hal baik dan berusaha menjadi seorang Mob, tindakan Nishikoji yang lama tidak akan hilang.
Tapi, meskipun begitu, ada orang-orang seperti Kanna dan Narita yang melihat ku seperti ku sekarang.
Dengan kenyataan itu, meskipun hanya sedikit, aku juga merasa diselamatkan sambil melihat kembali kupon yang dibuat oleh tangan Kanna.
★★★
Di tengah kelas, Kanna berbicara dengan ceria kepada teman-temannya.
Setelah itu, Kanna datang ke rumahku beberapa kali.
Karena aku sama sekali tidak menggunakan kupon untuk tugas rumahnya, suatu hari dia memutuskan untuk datang dan memaksaku membukakan pintu.
Sejak saat itu, dia mulai memasak makan malam secara teratur untuk ku.
Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi, membiarkan seorang heroïne masuk ke rumahku, tapi karena Kanna tampaknya sedikit senang, aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.
Mungkin dia akan bosan dan berhenti datang setelah beberapa waktu.
"Aku senang untuk Sasaki-san."
"Ya. Aku juga senang untuk nya... meskipun saat ini dia terlihat cukup gugup."
Aku menjawab Narita yang melihat ke arah yang sama denganku.
Narita tersenyum canggung.
Bagi dia, yang selalu berada di samping Nishikoji, mungkin aku bukan bayangan dari diriku yang dulu.
Aku mencoba membuat ekspresi yang menakutkan, tapi aku tidak yakin apa aku berhasil.
Aku tidak pernah begitu marah dalam kehidupan sebelumnya, dan aku khawatir, karena terlalu gugup, aku malah membuat wajah yang aneh.
Namun, tampaknya sikap yang dipaksakan itu ternyata sangat efektif.
Sekarang, seluruh kelas takut padaku.
Rumor bahkan sampai ke kelas lain, dan hanya dengan berjalan di koridor, aku bisa melihat orang-orang mundur dengan teriakan ‘Hieee!’ ketakutan.
Setelah kejadian itu selesai, suasana di kelas cukup damai, kecuali kehadiranku.
Dan kalo aku pikir-pikir, tidak akan ada lagi peristiwa di mana Nishikoji dan para heroïne harus berinteraksi, setidaknya untuk sementara, kecuali aku terlibat.
"Setidaknya untuk sementara, semuanya akan tenang."
"Apa yang kau bicarakan?"
"Tidak ada, lupakan saja."
Sebenarnya, aku merasa lega bisa menikmati hidup sekolahku sebagai seorang Mob, meskipun, sejujurnya, itu juga sedikit menyedihkan.
Narita memandangku dengan ekspresi bingung saat aku tiba-tiba berbisik untuk diriku sendiri.
─────Hari itu.
Hari ketika aku berperan sebagai penjahat untuk Kanna.
Narita membuka hatinya, dan sejak saat itu, sikapnya menjadi lebih terbuka, seolah-olah semua ketegangan telah hilang.
Dia tidak terlihat takut seperti sebelumnya.
Saat kami berbicara di taman, dia sepertinya masih memiliki beberapa kebingungan, dan beberapa hari kemudian, dia memberitahuku beberapa detail.
Momen yang membuatnya berbicara adalah, seperti yang sudah diperkirakan, ketika aku membela Kanna.
Meskipun orang lain itu seorang gadis cantik, jelas itu bukan sesuatu yang akan dilakukan oleh Nishikoji.
Selain itu, situasi yang dibicarakan sangat berbeda dari apa yang akan dilakukan oleh Nishikoji.
Sepertinya dia akhirnya merasa menerima kenyataan.
"Ngomong-ngomong, Kaede, kenapa menurutmu kau terlahir kembali di sini?"
"Ah~..."
Aku mengalihkan pandanganku dari Narita.
Aku sudah memberitahunya bagaimana aku sebelum reinkarnasi, tapi aku belum menjelaskan bahwa dunia ini adalah sebuah permainan.
"Aku tidak tahu."
Tahu kalo dunia mereka sedang dimainkan sebagai sebuah game pasti akan membuatnya merasa tidak nyaman.
Dan aku sendiri juga tidak tahu alasan mengapa aku terlahir kembali di dalam permainan ini, jadi aku berniat untuk menyimpannya sebagai rahasia untuk sementara.
"Hmm," Narita mengangguk.
"Ngomong-ngomong tentang hal-hal yang tidak kita ketahui, pada akhirnya kita juga tidak pernah tahu siapa yang mengambil foto Sasaki."
"Sepertinya tidak ada yang tahu di kelas ini."
"Harusnya sudah jelas, tapi... kita hanya punya foto sebagai petunjuk..."
"Ya, mungkin seseorang mengambilnya begitu saja untuk bersenang-senang."
Postingan di papan pengumuman telah dihapus.
Meskipun topik ini masih dibicarakan, mereka yang memperburuknya tampaknya merasa canggung dan kini memilih untuk diam.
─────Lebih dari itu.
Aku menatap Saita, yang sedang duduk di sudut kelas, dengan diam.
Seharusnya Saita adalah orang yang paling terkejut saat melihat papan pengumuman Kanna.
Dia keluar dari kelas begitu cepat hingga aku tidak sempat memikirkannya.
Sebenarnya, setelah melihat reaksinya yang sangat gugup, aku tidak bisa percaya kalo dia adalah pelakunya.
Jadi, itu berarti ada orang lain yang bertanggung jawab.
"Semoga mereka menemukannya. Lagipula, orang itu masih punya foto itu."
Aku mengangguk mendengar kata-kata Narita.
Aku masih belum tahu apa tujuan Saita, mengetahui kalo dia juga terlahir kembali.
Tapi, yang pasti adalah cerita ini sudah menyimpang, terlepas dari apa yang Saita inginkan.
Selain itu, kalo aku terus begini, aku akan kembali menjadi penjahat. Sejujurnya, itu bisa jadi masalah terbesar.
Menahan desahan, aku berbalik menuju Sensei, yang mengumumkan dimulainya bimbingan.
Here is the translation in formal Indonesian:
"Belakangan ini dia cukup pendiam, tapi pada akhirnya, seperti Nishikoji tidak berubah dan tetap menjadi seorang yang bermasalah."
Itulah kesan yang ku miliki sekarang.
Saat perjalanan wisata selesai, aku tidak lagi merasakan perasaan terisolasi itu, tapu dengan kata-kata yang diucapkan kepada Kanna, aku kembali sepenuhnya ke keadaan itu.
Mungkin ini sedikit menghibur, karena orang-orang yang pernah akau ajak bicara, seperti Miki dan Yamada, tetap bersikap baik kepada ku meskipun kejadian tersebut.
Tapi, sepertinya gosip tentang ku terus beredar, terutama di kalangan mereka yang dulu menjadi korban Nishikoji di SMP, dan sekarang semua orang berbicara tentang ku seolah-olah aku adalah sesuatu yang luar biasa.
"Heh, Nishikoji, kau dulu bermasalah?"
Saat orang-orang menjauh saat aku berjalan di koridor, aku sampai di perpustakaan, di mana Natsuki menundukkan kepalanya.
Hari ini aku mendapat giliran di perpustakaan, yang dilakukan sekali seminggu.
"Yah... seolah-olah aku telah mencuci kaki ku... mungkin..."
Saat aku menghindari sedikit pertanyaan sulit itu, Natsuki membuat ekspresi sedikit canggung.
"...Kau belum pernah mencuci kakimu sampai sekarang?"
"Tentu saja aku mencuci kaki setiap hari. Maksud ku... mungkin aku memang bermasalah, tapi aku rasa aku harus menjalani hidup di SMA dengan serius. Selain itu, akh juga mengganggu orang-orang di sekitar ku."
"Nah, aku mengerti. Aku mendengar banyak hal, seperti katanya kau punya tato ikan koi besar di tubuhmu, atau katanya kau sebenarnya adalah bos rahasia dari yakuza, atau bahkan kau pernah melakukan pembunuhan..."
Itu sudah di luar kategori bermasalah, kan...?
Aku mendengar rumor-rumor itu dari Narita, yang memiliki lingkaran teman yang lebih luas dari ku, tapi aku tidak menyangka rumor tersebut sampai sejauh itu.
Aku merasa aneh kalo Natsuki membicarakan rumor-rumor berbahaya ini dengan begitu ceria.
"Jika ada yang menyebarkan rumor itu, tolong beri tahu mereka untuk mengoreksinya. Aku tidak punya tato, aku tidak ada hubungannya dengan yakuza, dan sampai sekarang aku belum melakukan apa pun yang membuat ku akan masuk penjara."
Atau mungkin aku memang melakukan sesuatu yang akan membuat ku masuk penjara...?
Sejujurnya, akh tidak begitu yakin tentang apa yang dilakukan Nishikoji sebelum saya terlahir kembali dalam 'Sekai Ai'.
Berbeda dengan kegugupan aku, Natsuki tersenyum dengan ekspresi nakal.
"Aku tidak benar-benar percaya itu. Jelas sekali, berbicara denganmu, kau bukan tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu. Dulu ketika kau terlambat datang ke perpustakaan, kau meminta maaf begitu banyak."
"Itu memang salah ku."
"Heh? Tidak. Minta maaf dan serius dalam kegiatan komite itu sesuatu yang patut dihargai."
Natsuki meraih kepala ku.
Tapi, dia tidak mencapainya.
Jelas ada perbedaan tinggi badan di antara kami.
Dengan sedikit ketidaksenangan, Natsuki meregangkan tubuhnya dan hampir menyentuh ujung rambut ku.
"Lihat? Aku sedang mengelusmu."
"Tidak, memang normal melakukan kegiatan komite."
Aku mundur sedikit sebelum dia benar-benar mulai mengelus kepala ku.
Natsuki juga adalah seorang heroine dalam permainan eroge. Memiliki kedekatan seperti sekarang ini sudah terlalu banyak untuk hati saya.
"Benarkah? Aku rasa itu tidak seperti itu."
"Ayo, kau harus bekerja cepat. Hari ini ada sedikit lebih banyak buku."
Yah, aku menyerahkan buku-buku yang harus dikembalikan ke rak yang semestinya.
"Ya~"
Natsuki menerima buku-buku tersebut dan mulai memeriksa pengklasifikasian buku-buku itu.
Begitu aku merasa sedikit lega karena berhasil mengalihkannya, dia tiba-tiba berkata...
"Ngomong-ngomong, selain komite, sepertinya akan ada pemilihan untuk OSIS sebentar lagi."
"Pemilihan untuk OSIS...?"
"Ya, ya. Sepertinya ada teman Yuka yang mencalonkan diri. Aku baru mendengar pembicaraannya tadi pagi."
"Ah, sekarang aku ingat, Sensei menyebutkan sesuatu tentang pembicaraan di bimbingan sore ini."
"Benar. Aku penasaran apa akan ada siswa dari tahun pertama yang mencalonkan diri."
Seingat ku, pemilihan OSIS juga muncul dalam cerita 'Sekai Ai'.
Ayame, yang mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian penerimaan, tentu saja mencalonkan diri, begitu juga Saita, yang berada di posisi ke-2, dengan rekomendasi dari para guru.
Nishikoji, sebaliknya, tidak banyak melakukan apa-apa, hanya terus mengganggu Ayame sepanjang waktu.
Setelah Ayame dan Saita terpilih dalam pemilihan dewan siswa, Nishikoji mulai mengintervensi untuk merusak hubungan mereka.
Aku rasa ini terjadi dalam jalur cerita Ayame, ketika Nishikoji mulai mengganggu Saita setelah kegiatan dewan siswa dimulai.
"Yah, pasti akan ada yang mencalonkan diri."
"Benar, luar biasa kalo itu datang dari siswa tahun pertama."
"Benar kan? Mereka harus memberikan pidato di depan seluruh siswa."
Karena aku terlahir kembali sebagai Nishikoji, aku tidak bisa membiarkan diri aku menjadi perhatian, tapi bahkan tanpa halangan itu, aku juga tidak punya keberanian untuk berbicara di depan banyak orang.
"Aku pikir kau setidaknya akan mencalonkan diri sedikit, Nishikoji."
"Tidak, pasti tidak."
Bahkan kalo aku memikirkan kehidupan ku yang dulu, aku tidak pernah melakukan sesuatu yang menarik perhatian.
Itu normal, karena aku selalu bersikap seperti Mob.
"Heh kalian bee-2, kalian sudah terlalu banyak bicara."
Saat aku sedang menyusun buku-buku sembari berbicara, Ikuta muncul dari balik rak.
Di sampingnya ada Narita.
Ternyata, Ikuta dan Narita cukup akrab, dan setelah mereka pergi bersama ke sebuah konser, mereka beberapa kali pergi bersenang-senang.
Mengetahui akhir tragis dari Narita, akh sangat senang mendengarnya.
"Maaf, Yuka. Kami terlalu bersemangat dengan obrolan ini."
"...Yah, banyak hal yang terjadi."
Ikuta memberikan ku tatapan agak kasihan.
Tentu saja dia mendengar detail situasinya dari Narita.
Setelah itu, kami melanjutkan percakapan secara moderat, dan kami ber-4 terus bekerja sampai bel berbunyi.
Mungkin karena kami sudah lebih terbiasa, aku menyadari kalo kami menjadi jauh lebih efisien.
...Bagaimanapun, apa pembicaraan ini sudah sampai ke kelas Natsuki?
─────Kalo aku terus bertindak seperti seorang penjahat dan berjalan langsung menuju tanda kematian, ini bisa menjadi sangat buruk, bukan?
★★★
Berpikir tentang betapa buruknya reputasi ku yang telah menyebar, aku rasa aku mungkin telah melakukan kesalahan besar.
Saat itu aku berteriak karena aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi pada diri ku, tapi sekarang aku hanya bisa menyesal.
Yah, bukan tepatnya menyesal, tapi aku tidak bisa berhenti berpikir kalo aku seharusnya menangani situasi ini dengan lebih baik.
Saat aku membiarkan kata-kata Sensei tentang pendaftaran untuk OSIS dan jadwal pemilihan masuk ke telinga satu dan keluar dari telinga lainnya, aku memegang kepala ku.
Aku telah sepenuhnya menjadi penjahat.
Tidak hanya aku yang menjadi antagonis bagi protagonis aku menjadi penjahat besar dalam seluruh cerita ini.
"Jadi, batas waktu pendaftaran adalah minggu depan. Jadi pertimbangkan apakah kalian ingin mendaftar sebelum tanggal tersebut."
Sensei mengakhiri pidatonya, dan kelas mulai berbisik-bisik satu sama lain.
"Kalo ada yang akan mendaftar dari tahun pertama, itu pasti Hananoi. Dia adalah jenius nomor 1 di kelas."
Narita berbisik ini sambil memeriksa brosur yang diberikan kepada kami.
Ayame bukanlah orang yang terlahir kembali, jadi dia pasti akan mendaftar seperti yang diharapkan.
Masalahnya adalah Saita.
Aou masih belum tahu apa tujuan sebenarnya dari Saita.
Meskipun aku merasa tujuannya adalah untuk menjauhkan aku dari sang pahlawan wanita, jujur saja aku tidak tahu bagaimana dia berniat bertindak dalam konteks ini.
Aku juga telah berakhir mengambil peran sebagai penjahat, jadi aku ingin Saita mengikuti alur cerita sebaik mungkin.
Pelan-pelan, para siswa mulai pergi, dan kami juga bersiap untuk pulang. Pada saat itu...
"Maafkan aku."
Seorang siswi muncul dari pintu depan ruang kelas.
Dia memiliki rambut panjang berwarna perak, wajah yang begitu sempurna hingga tampak tidak manusiawi, dan mata biru mencolok.
Dia benar-benar menonjol di antara yang lain.
Tidak ada keraguan, itu pasti Ayame.
Teman-teman sekelas mulai berbisik lebih keras daripada sebelumnya.
"Apakah ini ruang kelas 7?"
Para siswa, yang sedikit bingung dengan kedatangan Ayame, mengangguk perlahan setelah jeda singkat.
Ayame melihat-lihat sekeliling ruangan, seolah mencari seseorang.
Sebagai orang yang begitu menonjol, dia pasti memiliki lingkaran pertemanan yang luas, tapi aku memiliki firasat buruk.
"Aneh kalau Hananoi datang ke ruang kelas lain."
"Aku juga belum pernah mendengarnya sebelumnya."
Sejauh ini, aku tidak tahu kalo Ayame memiliki teman dekat di kelas ini.
Jadi, kemungkinan besar dia tidak datang untuk menemui teman.
Pertama kali dia bertemu dengan Saita adalah saat pemilihan OSIS, jadi sepertinya Ayame dan dia tidak saling mengenal.
Sambil mengamati dengan keringat dingin, tiba-tiba Ayame menoleh ke arah kami.
Aku sudah sering mengatakan ini, tapi aku benar-benar memiliki firasat buruk.
Ayame tersenyum cerah dan mulai berjalan cepat menuju Narita dan aku.
"Nishikoji-san...!"
Ruang kelas menjadi sunyi seketika.
Di tengah suasana yang beku itu, Ayame satu-satunya yang terlihat tidak menyadari apapun dan terus mendekat.
Jujur saja, aku terkejut dia memanggil ku dengan nama keluarga, karena aku berharap dia sudah menghindari ku setelah mendengar rumor-rumor itu.
Apa Ayame tidak mendengar rumor tentang ku dan Kanna?
"Aku mencarimu. Saat jam makan siang, aku sempat mencari mu beberapa kali, tapi aku tidak bisa menemukanmu."
"A-Ah... Iya, aku memang tidak biasa ada di ruang kelas saat jam makan siang."
"Ah, aku tahu itu! Makanya hari ini aku memutuskan untuk mencobanya setelah pelajaran selesai."
Narita, yang tidak mengerti apa-apa, terus melihat bergantian antara Ayame dan aku, dia terlihat kebingungan dan mencoba mencerna situasi ini.
Sementara keheningan terus berlangsung, Ayame tetap dengan ekspresi yang sangat serius.
"Eh~... Jadi, kenapa kau mencariku?"
"Ya! Seperti yang mungkin kalian dengar dari Sensei, batas waktu untuk mendaftar untuk OSIS adalah minggu depan."
"Ya, itu yang ku dengar tadi."
Narita yang ada di samping ku juga mengangguk, meski bingung.
Aku merasa tatapan diam dari seluruh kelas, seolah berkata, 'Kenapa kau bicara dengan Hananoi-san?'
"Jadi, seperti yang aku sebutkan, aku berpikir untuk mengundangmu untuk mendaftar ke OSIS, Nishikoji-san. Aku rasa kau akan sangat cocok, bahkan lebih dari ku. Selain itu, aku akan sangat senang bekerja bersamamu di OSIS."
Pernyataan itu memicu kegaduhan di kelas.
Salah satu gadis dari kelompok Kanna mendekat dengan langkah pasti menuju Ayame.
"Maaf, Hananoi-san... Nishikoji-kun itu... bagaimana ya, dia sepertinya tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti itu."
"Ya, bahkan beberapa waktu lalu dia bilang dia tidak suka dengan pekerjaan seperti itu."
"Aku juga rasa kau sangat cocok untuk OSIS, Hananoi-san. Kau sangat baik dalam segala hal, baik dalam pelajaran maupun olahraga."
Mungkin semua orang berpikir hal yang sama... mereka membenci ide kalo Kaede Nishikoji memiliki kekuatan apapun di sekolah dan bisa melakukan apa saja yang dia inginkan.
Sejujurnya, aku juga.
Berpikir tentang Nishikoji dari 'Sekai Ai', aku merasa cemas hanya dengan membayangkannya.
Nah, ceritanya selalu dimulai dengan cara yang sama, Nishikoji menang mudah dalam pemilihan, kemudian menggunakan uang dan koneksi dengan para Sensei untuk mengubah peraturan sesuai keinginannya, dan akhirnya mulai melakukan manipulasi dan bermain kotor. Itu sangat bisa diprediksi.
"Selain itu..."
Siswi yang sudah berada di depan Ayame menunjuk ke arah Saita.
"Hananoi-san, kalo kau ingin mendaftar bersama seseorang dari kelas kita, aku rasa Saita-kun akan menjadi pilihan yang lebih baik daripada Nishikoji-kun. Dia pandai mengorganisir semua orang, dan selain itu, nilainya juga luar biasa."
Semua orang mengangguk sebagai tanda setuju, seolah berkata 'Itu benar'
Betapa populernya dan percaya dirinya Saita, sesuatu yang tak pernah terbayangkan dalam cerita asli.
Meskipun penampilannya tidak berubah, Saita kini berada di level tertinggi dalam status sosial di kelas.
Ayame sepertinya tertekan oleh tekanan yang mendadak.
"Itu... yah..."
Dia terus-menerus bergumam, menelan air liur sebelum mengangkat kepalanya.
"Meski begitu, aku tetap ingin Nishikoji-kun mendaftar."
Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu tertarik pada ku, tapi sepertinya dalam pikirannya tidak ada keraguan bahwa dia ingin aku mendaftar.
Ayame, yang terlihat cemas, sepertinya menjadikan ini masalah yang lebih besar daripada yang dia perkirakan.
Aku ingin mengatakan sesuatu untuk membantunya, tapi suasananya begitu canggung hingga apa pun yang aku katakan pasti akan membuat saya terlihat buruk.
Semua berada dalam kebuntuan yang canggung.
Tidak ada yang mengatakan apa-apa.
Akhirnya, aku menarik napas dalam-dalam dan berbicara.
"Melupakan alasan rekomendasimu, aku tidak berniat untuk mendaftar."
"Tapi... mungkin, kalo kau mencobanya, kau bisa berubah pikiran."
Aku tidak tahu apa yang dilihatnya dalam diri ku untuk memiliki ekspektasi sebesar itu, tapi Ayame tampak benar-benar serius.
Ekspresinya kini menjadi lebih serius daripada saat dia pertama kali masuk ke ruang kelas ini, sampai-sampai aku hampir merasa dia marah.
Katanya, wajah wanita cantik yang sedang marah itu menakutkan, dan melihat keseriusan di wajah Ayame, aku hampir ingin mengangguk secara instinktif.
Tapi aku sama sekali tidak ingin bergabung dengan OSIS.
Itu adalah batas yang tidak bisa aku lewati.
Kemungkinan besar, Saita akan bergabung dengan OSIS tanpa ragu.
Dan sejujurnya, aku tidak ingin berurusan lebih jauh dengan seseorang yang begitu tidak bisa diprediksi seperti dia.
Kalo alur cerita berubah total, saya tidak tahu bagaimana cara bertindak di masa depan.
Bergabung dengan OSIS tidak hanya akan meningkatkan bendera kematian, tapi juga akan mengubah seluruh jalannya cerita.
Aku, jelas, ingin hidup lama dalam kehidupan ini.
Aku ingin mati dikelilingi oleh keluarga ku dan cucu-cucu ku di sisi ku.
"Maaf, tapi aku sudah mengambil keputusan."
"Aku merasa kau sangat memperhatikan orang-orang, dan itu sebabnya aku ingin sekali bekerja denganmu, Nishikoji-san. Tolong, aku memohon."
Aku menoleh ke bagian belakang ruang kelas, secara diagonal.
Saita mengamati ku dengan diam, dia tidak mengatakan sepatah kata pun.
Sepertinya dia tidak berniat untuk ikut campur.
Aku menelan ludah ku.
Tidak ada gunanya terus memperpanjang ini.
Benar, semua orang merasa canggung.
Seseorang harus melakukan sesuatu.
"Tidak..."
Aku berhenti sejenak.
Narita terus melihat bergantian antara Ayame dan saya.
"Masalah dengan OSIS itu adalah pekerjaan yang paling berat, dan aku tidak ingin tahu apa-apa tentang itu."
Menggunakan nada suara seperti ini di depan pahlawan wanita akan memastikan peran ku sebagai penjahat.
Selain itu, ini berbeda dengan sebelumnya.
Dengan Kanna, dia mengerti kalo aku sedang membelanya, tapi kali ini, alu sedang mengambil peran penjahat di depan Ayame yang tidak tahu apa-apa.
Bendera kematian yang mendekat itu menakutkan.
Itu menakutkan, tapi lebih dari itu, aku tahu kalo mengambil peran penjahat akan membuat segalanya berjalan lebih lancar.
Alu masih bertanya-tanya kenapa Ayame memilih ku, tapi pada akhirnya, semua akan cocok berkat 'aura pahlawan' miliknya.
Meskipun aku mencoba menolaknya dengan sopan, aku rasa dia tidak akan menyerah.
Jadi, pendekatan ini sepertinya yang terbaik.
Aku mengulanginya dalam hati.
"Aku tidak tahu kenapa kau terus memaksa, tapi sejujurnya ini sangat merepotkan, jadi lebih baik berhenti."
Aku tidak bisa menatapnya langsung.
Sejauh ini, aku selalu yang membantu, tapi setelah mengatakan semua ini, apa aku telah melukai perasaannya terlalu dalam?
Bahkan orang-orang di sekitar kami berbisik bahwa saya sudah kelewatan. Dan mereka benar.
"...Mungkin kau merasa kurang percaya diri, tapi lihat, kau punya banyak orang yang mendukungmu. Kenapa tidak mencoba mendaftar sendiri? Aku tidak ingin melakukannya, dan terus memaksa ku tidak akan mengubah itu."
Aku menambahkan komentar itu dan mulai mengumpulkan barang-barang ku.
Aku tidak bisa mengatakan lebih banyak yang bisa melukainya.
Aku tahu itu adalah jawaban yang keras, tapi itu satu-satunya yang terlintas di pikiran ki saat itu.
Ayame masih berdiri di samping kursi ku dengan diam.
Narita kali ini tidak mengikuti ku.
Aku berjalan melalui lorong yang hampir kosong setelah cukup lama sejak pelajaran selesai.
Mungkin Ayame kecewa pada ku dan tidak akan berbicara lagi dengan ku.
Lagi pula, aku ingin menjadi Mob dan terhubung dengan pahlawan wanita memang tidak masuk akal sejak awal.
Mungkin lebih baik hubungan kami di-reset.
Aku tidak boleh menganggapnya sebagai kerugian.
Yang lebih aku khawatirkan sekarang adalah menyingkirkan bendera kematian mengganggu yang masih berkibar di atas kepalaku.
Sambil terus berjalan cepat menyusuri lorong, suara yang agak tinggi terdengar dari belakang dengan seruan "Hei!"
"Maaf telah memaksamu begitu, Nishikoji-san. Kau benar. Tapi selain itu, ada sesuatu lagi yang ingin kubicarakan denganmu."
Getaran di suaranya mengingatkanku pada hari upacara penerimaan siswa baru.
Ketika aku menoleh, aku melihat Ayame, dengan sedikit rambutnya yang berantakan, mencoba mengatur napas.
Saat ini dia sangat berbeda dari saat upacara penerimaan siswa baru.
"Omong-omong, kau terlihat sangat menakutkan, Nishikoji-san."
Aku terkejut mendengarnya. Ayame sepertinya tahu.
Bahwa aku sengaja bertindak seperti itu.
"Yah, itu... tidak, itu tidak terlalu buruk"
Tapi Ayame menggelengkan kepala.
"Bukan itu, ada yang ingin kukatakan padamu..."
Dia menghela napas dan mulai berbicara.
"Nishikoji-san, kau luar biasa. Kau berusaha sekuat tenaga untuk membantu orang lain."
Aku tidak bisa menjawab apa-apa, aku hanya bisa terdiam.
Aku tidak yakin apa Ayame menganggap itu sebagai pengakuan atau penolakan, tapi dia melanjutkan.
Ekspresinya tetap tertutup, sangat berbeda dari kepercayaan diri yang biasanya dia tunjukkan.
Itu membuatku berpikir dia terlihat seperti seorang anak yang tersesat.
"Aku tidak sepertimu... Berbeda dengan mu, aku hanya merasa aku harus melakukannya, Nishikoji-san."
Melihatnya menundukkan pandangan lebih dalam, aku merasa dorongan aneh untuk mengatakan sesuatu.
Aku adalah penjahat di sini.
Saat ini, bahkan aku bukan Mob, aku adalah penjahat.
Seharusnya aku tidak punya hak untuk mengatakan apa-apa.
Yang terlintas dalam pikiranku adalah saat aku bermain 'Sekai Ai', momen saat aku merasa terharu dengan kata-kata itu.
Saat aku memutuskan kalo aku juga ingin berubah.
Aku menarik napas dalam sekali.
Mungkin tidak perlu mengatakannya. Mungkin itu tidak perlu.
Tapi aku juga telah berubah.
Kalimat dari 'Ayame' saat itu telah mengubahku.
Mereka mengubahku, menyelamatkanku, aku sampai ke dunia ini, dan karena itu aku bisa menghadapinya.
Pasti tidak perlu mengatakannya pada Ayame, tapi aku hanya ingin mengungkapkannya sebagai semacam penutupan untuk diriku.
Aku menatap matanya langsung.
Sambil mengingat Kanna, yang mengatakan aku telah menyelamatkannya, aku membuka mulut.
Aku tidak berpikir untuk menyelamatkannya dengan cara yang begitu sombong, tetapi jika aku bisa mengatakan sesuatu...
"Ada satu kalimat yang sangat aku hargai... itu adalah sesuatu yang dikatakan oleh seseorang yang sangat aku hormati, 'Aku harus menjadi versi diriku sendiri yang tidak kubenci.' Aku sedang berusaha untuk melakukan itu."
Mata Ayame terbuka perlahan.
"Aku juga berpikir kalo aku harus melakukannya, tapi kenyataannya itu rumit. Maksudku... yah, ada pepatah yang mengatakan lebih baik bertindak seperti orang munafik daripada tidak melakukan apa-apa, dan karena itu membuatku merasa baik, pada akhirnya, itu untuk diriku sendiri... meskipun, kau tahu..."
Aku menggaruk kepala, merasa agak canggung untuk mengungkapkan pikiranku.
"Pokoknya, Hananoi-san, menurutku kau memikirkan orang lain lebih dari yang kau kira, dan karena aku juga sedikit seperti itu, aku rasa yang terbaik untukmu adalah bertindak sesuai dengan apa yang kau percayai. Jadi, aku tidak ingin terlibat dalam pekerjaan OSIS."
Ayame berkedip beberapa kali, tapi dia tetap diam.
Sambil mengamati reaksinya, aku mengingat semua yang telah terjadi dalam sebulan terakhir.
Aku terlahir kembali sebagai penjahat dalam sebuah permainan eroge dan ingin menjadi Mob... tapi.
Pada akhirnya, apa aku berhasil melakukannya dengan baik?
Entah bagaimana, aku telah berhubungan dekat dengan para karakter, dan sekarang aku berbicara dengan Ayame, jadi aku tidak tahu apa aku benar-benar berhasil menjadi Mob.
Sejak pertama kali aku memberikan lembaran itu kepada Ayame, kecemasan dan penyesalan karena belum memutuskan bendera kematian itu tidak pernah menghilang.
Dan, selain itu, tepat sebelumnya, aku telah bertindak seperti penjahat...
Bukankah aku malah semakin mendekati bendera kematian?
Sambil membayangkan masa depan terburuk dan memegang kepalaku dengan kedua tanganku, ekspresi Ayame berubah dari kesedihan menjadi senyuman.
"Begitu... tapi entah bagaimana, kebaikan itu sangat khas darimu, Nishikoji-san...!"
"Khas dariku...?"
Aku mengangkat pandangan mendengar kata-kata tak terduga itu.
Kalimat itu hanya gema dari apa yang sudah pernah kudengar.
Karena itu, aku tidak mengharapkan dia mengatakan kalo itu adalah sesuatu yang khas dariku.
"Ya. Cara itu untuk mengatakan kalo kau melakukannya untuk dirimu sendiri. Kau masih Nishikoji-san yang selalu aku kenal."
Aku bukan orang yang sangat baik hati atau seseorang yang pantas dipuji.
─────Tapi...kalo dia bilang kalo kata-kata itu adalah ciri khas dariku, mungkin usaha itu sebanding.
Mengesampingkan apa aku benar-benar terlahir kembali atau tidak.
Mungkin, kehidupan sebelumnya yang kupikir sia-sia, sebenarnya sedang berguna dalam kehidupan ini.
Tanpa disadari oleh Ayame, aku merasakan sedikit kebahagiaan.
Sekarang mungkin aku sedang menuju akhir yang tragis.
Aku semakin sering berhubungan dengan karakter-karakter tersebut, dan aku kembali menjadi Kaede Nishikoji yang dulu, sebagai penjahat.
Mulai sekarang.
Mulai sekarang, aku harus terus mempertahankan prinsip 'bersih, benar, dan seperti Mob' dan berusaha lebih keras.
Dengan kuat, aku mengepalkan tangan dan tersenyum canggung kepada Ayame, yang sekarang menunjukkan ekspresi lembut, berbeda dari sebelumnya.
Jejak vol 1 epilog , thanks admin buat uploadnya
BalasHapus