> FESTIVAL UNIVERSITAS

FESTIVAL UNIVERSITAS

Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 4 chapter 12. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

 

"Wah, ternyata cukup besar juga, ya."


Musim gugur adalah musim festival sekolah. 


Festival di sekolah kami sendiri memang sudah selesai, tapi kami mendengar kalo akhir pekan ini ada festival yang diselenggarakan oleh universitas, karena kami juga mulai memikirkan tentang lanjut kuliah, jadi kami memutuskan untuk datang dan melihat-lihat.


"Kouki, kau berencana lanjut ke universitas, kan?"


"Ya, sepertinya begitu. Aisha juga, kan?"


"Iya."


Di sekolah kami, sebagian besar siswa memang melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi secara alami kami pun mulai memikirkannya...


"Kalo Yuki, setelah lulus kau lebih memilih langsung kerja, ya?"


"Sebenarnya aku juga ingin tetap masuk universitas... tapi entah aku bisa sering hadir atau tidak..."


Benar-benar luar biasa.


Alasan Yuki datang hari ini bukan sebagai pengunjung, melainkan sebagai peserta acara.


Dia sudah dikenal sebagai penyanyi yang sedang naik daun, dan hari ini dia akan tampil di atas panggung. 


Separuh dari alasan aku, Aisha, dan Manami datang ke sini pun sebenarnya adalah untuk menonton penampilan Yuki.


"Lebih tepatnya, kalian berdua terlihat cukup tenang, padahal Manami-chan itu tersesat, kan!?”


"Ah... itu memang sudah biasa sih..."


"Sebelum penampilan dimulai, pasti kita sudah bertemu lagi, jadi tidak usah khawatir."


"O-oh, begitu ya..."


Dengan begitu banyak atraksi menarik di acara sebesar ini, sudah pasti Manami akan tersesat. 


Aku dan Aisha sudah terbiasa, tapi bagi Yuki yang belum banyak pengalaman, hal ini membuatnya bingung. Yah, nanti juga dia akan terbiasa.


"Kalo begitu, sebelum pertunjukan Yuki dimulai, bagaimana kalau kita keliling-keliling dulu?"


Yuki masih terlihat agak bingung, tapi kami pun mulai berjalan untuk menikmati festival universitas ini.


"Kouki, itu..."


Di tengah jalan, kami melihat seorang gadis kecil berdiri sendirian.


Gadis itu terlalu kecil untuk datang sendirian. Sudah pasti dia tersesat.


Sebelum aku sempat bergerak, Aisha sudah lebih dulu menyapanya.


"Halo."


"Eh... uuuh..."

 

Gadis itu sempat bingung sejenak saat dia tiba-tiba diajak bicara, tapi berhenti setelah Aisha berjongkok dan tersenyum.  


"Nama onee-chan Aisha. Siapa namamu?"  


"...Ai."  


"Ai-chan ya! Naman mu mirip sama Onee-chan."  


"Uh-huh..."  


Wah... entah di mana dia belajar, tapi Aisha sudah terbiasa melakukannya.


Seperti yang diharapkan dari seorang Onee-chan. 


Aku dan Yuki hanya bisa menonton dari belakang. Atau lebih tepatnya, kalo kami ikut mendekat sekarang, bisa-bisa kami malah menakutinya.  


Pokoknya, untuk sementara kami serahkan pada Aisa.  


"Apa kau datang bersama keluargamu?"  


"Uh-huh... Mama, hilang..."  


"Begitu, begitu. Tenang saja, ayo kita cari dia bersama!"  


Mungkin karena merasa lega mendengar itu, gadis kecil itu tiba-tiba mulai menangis seolah-olah bendungan telah jebol.  


"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Lihat, nanti Onii-chan ini akan menggendongmu di pundaknya, jadi kita bisa cari dari tempat tinggi, pasti mamamu cepat ketemu!"  


"...Benarkah?"  


"Benar, kok. Kouki."  


Didesak oleh Aisha, aku melangkah maju di depan gadis bernama Ai-chan.  


"Kita akan pasti akan segera menemukannya. Serahkan padaku."  


"...Uh-huh!" 

 

Sambil mengelus kepalanya, aku mengangkat Ai-chan ke pundakku. 


Sementara itu, Yuki yang sudah bertanya tentang tempat pengumuman anak hilang memimpin kami untuk mencari ibu Ai-chan sambil menuju lokasi pengumuman.  


"Waaah... tinggii!"  


"Pegangan yang kuat, ya, supaya kau tidak jatuh."  


"Uh-huh!"  


Ai-chan tampaknya telah teralihkan, dan dalam suasana hati yang baik, kami mulai berjalan. 


Aku berniat mencari tahu nama ibu atau informasi lainnya selagi ada kesempatan... 


"Onee-chan, Onee-chan!" 


"Eh... aku...?" 


Sepertinya Ai-chan tertarik pada Yuki yang berjalan di sampingnya, atau lebih tepatnya menyukainya. 


Meski menghadapi anak kecil, Yuki terlihat gugup dan berusaha menutupi wajahnya dengan dengan poninya, tapi...


"Onee-chan, aku pernah melihatmu sebelumnya." 


"Eh...?" 


"Mama punya foto Onee-chan! Aku suka lagu Onee-chan!" 


"Kalo begitu..." 


Apa dia fans Yuki? 


"Yuki, panggungnya mulai jam berapa lagi?" 


Yuki yang memahami maksud pertanyaanku segera menjawab. 


"Kalo yang datang lebih awal mungkin sudah standby sekarang." 


"Dan di sekitar panggung pasti banyak staf juga." 


Kurasa seorang ibu tak mungkin santai menunggu di depan panggung saat anaknya hilang, tapi kemungkinan besar dia sedang mencari bantuan staf di sekitar sana. 


"Mungkin itu pekerjaan yang bagus, Yuki." 


"Be-benarkah...mungkin?" 


Bagaimanapun, staf dan peralatan siaran pasti ada di dekat panggung. 


Kami pun mengubah tujuan dan menuju ke sana. 


Ekspresi Yuki yang awalnya bingung perlahan berubah menjadi profesional selama perjalanan. 


"Hei... itu..." 


"Yuki Usagi...? Katanya hari ini dia akan tampil di panggung." 


"Imut...!”


Orang-orang sekitar mulai menyadari aura berbeda yang dipancarkan Yuki, yang sebelumnya terlihat gugup.


Sebenarnya, menjadi pusat perhatian seperti ini tidak ideal untuk Yuki. 


Aku dan Aisha bisa merasakan kalo dia sedang memaksakan diri. 


Tapi, mungkin dia berpikir ini akan meningkatkan peluang menemukan ibu anak ini.

 

"A-aku berterima kasih..." 


Kami mengapit Yuki di tengah, dengan aku dan Aisha di kedua sisinya. 


Ini mungkin bisa mengurangi sorotan mata yang mengganggu. 


Lagipula, saat ini aku yang menggendong Ai-chan di pundakku justru lebih mencolok. 


Dengan mempertimbangkan tujuan Yuki, seharusnya ini tidak masalah. 


"Kau hebat, Yuki."


"Eh?" 


Aku berbisik pada Yuki. 


Terharu melihat Yuki yang kini mampu mempertahankan ekspresi profesionalnya demi fans di depannya, meski harus melawan sifat pemalunya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju panggung. 


"Aku menantikan konsermu, Yuki." 


"...Uh-huh!" 


Meski hingga tiba di panggung kami tidak berhasil menemukan ibunya, perubahan pada Yuki sejak pertama kali pindah ke sini sungguh luar biasa. 


Sungguh mengagumkan.



"Ah, Kouki-nii... Eh, kau sudah punya anak?!" 


"Mana mungkin! Anak siapa itu!" 


"Ahaha. Siapa namamu? Ayo bermain bersama! Aku punya bola!" 


Begitu tiba di panggung, Manami menyambut kami dengan membawa bola sepak dan banyak makanan. 


Begitu bertatapan dengan Ai-chan yang masih berada di pundakku, dia langsung mengajak bermain dan memulai permainan dengan teknik menggiring bola yang indah, dia memenangkan hatinya dan Ai-chan mulai bermain dengannya. 


Bahkan Aisha sempat dicurigai sebentar di awal... 


"Kouki-nii. Kebetulan ada seorang ibu yang sedang mencari anaknya, dan aku sudah bilang akan menghubungi dia kalo aku menemukannya. Ini Ai-chan kan?" 


"Oh..." 


"Aku sudah mengirim nomor telepon melalui pesan, jadi sementara aku bermain dengan dia, kau bisa menghubunginya!" 


Benar-benar... Manami juga sudah bergerak cepat dan sepertinya dia langsung memahami situasi. 


"Kouki, biar aku saja yang menelepon. Lebih baik wanita yang menghubungi karena tadi dia sudah bicara dengan Manami." 


"Baiklah." 


Jadi aku serahkan pada Aisa. Lalu... 


"Yuki, bukankah lebih baik kau sudah standby di belakang panggung sekarang?" 


"Uu... terima kasih." 


Dia mendapat terlalu banyak tatapan. 


Lebih baik Yuki mundur sebelum dia tidak tahan lagi. 


Aku pikir dia akan langsung pergi, tapi Yuki mengambil beberapa napas dalam-dalam terlebih dahulu sebelum mendekati Ai-chan yang sedang bermain dengan Manami. 


"Ai-chan." 


"Ah! Onee-chan!"


Yuki yang berjongkok menyamakan tinggi pandang dengan Ai-chan kemudian dia berkata perlahan, 


"Onee-chan sebentar lagi akan menyanyi di sini, jadi bersenang-senanglah ya." 


"Benarkah?! Uh-huh! Aku menantikannya!”!" 


"Baik. Onee-chan akan akan berusaha sebaik mungkin!" 


"Wah." 


Yuki mengusap rambut Ai-chan dengan lembut. 


Ekspresinya kini bukan lagi seperti hewan kecil yang ketakutan di keramaian, melainkan wajah profesional seorang artis yang akan tampil. 


Yuki kemudian menuju ke staf di area panggung, sementara Aisha yang telah selesai menelepon kembali. 


"Bagaimana?" 


"Katanya dia akan segera ke sini. Sepertinya dia sudah lama mencari Ai-chan, sekarang dia sedang di sisi lain gedung jadi butuh sekitar 10 menit." 


"Begitu." 


Setidaknya ini kabar baik. 


Berkat Manami yang dengan sigap menemani Ai-chan, 10 menit terasa singkat. 


"Manami, selama ini kupikir dia akan selalu menjadi adik perempuan, tapi tanpa kusadari dia sudah bisa menjadi Onee-chan yang baik." 


Gumam Aisha. 


Memang selama bersama kami, kami hanya melihat sisi Manami sebagai adik, tapi ternyata dia juga bisa menjadi Onee-chan yang baik... 


"Kalo saja tadi Manami yang menelepon, mungkin kita malah akan membuat Ai-chan terus gelisah mengingat ibunya selama 10 menit itu." 


"Benar juga." 


Manami dengan caranya sendiri telah menyadari dan membagi peran dengan tepat. 


Ketika memikirkan cara menghibur anak kecil, Manami adalah orang yang paling cocok. 


"Dia sungguh adik yang membanggakan." 


"Betul sekali." 


Aisha yang bangga, Manami yang ceria, dan Ai-chan yang gembira. 


Tak lama kemudian ibu Ai-chan tiba dan berulang kali mengucapkan terima kasih pada kami. 


Karena Ai-chan yang sudah sangat akrab dengan Manami enggan berpisah, akhirnya kami menonton konser bersama sang ibu yang sepertinya sangat berterima kasih. 


Ai-chan tetap berada di pundakku agar bisa melihat dengan jelas. 


Konser Yuki berakhir sukses besar, dan hari yang memuaskan dimana kami juga bisa merasakan atmosfer kampus.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال