Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 4 chapter 11. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
"Apa kau baik-baik saja? Aisha."
Setelah hari saat kami pergi ke trampolin, Aisha tiba-tiba mengajakku berkencan, dan kami menikmati berkeliling toko-toko di daerah ini dalam perjalanan pulang.
Berkat pijatan kemarin, untungnya aku tidak mengalami nyeri otot, tetapi malah muncul masalah lain.
"Hujannya deras sekali."
"Ya, benar..."
Kami sempat berteduh di bawah atap toko, tapi tidak mungkin kami terus berada di sana selamanya, dan hujan sepertinya akan turun cukup lama.
Karena tidak ada minimarket di dekat sini, kami juga tidak bisa membeli payung...
"Dari sini, um...rumah Kouki lebih dekat, kan?"
Ucap Aisha.
Wajahnya yang memerah entah karena tubuhnya yang kedinginan akibat hujan yang tiba-tiba, atau karena alasan lain...
Bagaimanapun juga, yang terpenting sekarang adalah mengatasi situasi ini dulu.
"Bagaimana kalo kita lari ke rumahku, mengeringkan badan, dan berteduh di sana?"
"Boleh...?"
"Tidak ada alasan untuk aku menolaknya, sih…"
Kalo bukan Aisha yang mengatakannya duluan, rasanya suasananya akan menjadi aneh, tapi ini memang keadaan darurat.
"Baiklah! Ayo lari!"
"Kalo begitu, ayo mulai dari hitungan 3."
Tanpa perlu komando siapa pun, kami pun mulai berlari menuju rumah yang hanya sedikit di depan, sambil bergandengan tangan.
◇
Terkena hujan deras yang luar biasa dan seluruh tubuh menjadi basah kuyup, akhirnya kami memutuskan untuk lari pulang ke rumah...sampai di situ masih baik-baik saja, tapi...
"Kenapa justru di saat seperti ini orang tuaku sedang tidak di rumah..."
Ayah memang sedang bekerja, itu sudah aku pahami, tapi ada juga surat dari Ibu yang mengatakan kalo beliau keluar bersama temannya.
Bagaimanapun, aku segera berlari ke kamar mandi dan mengambil handuk.
Lorong yang basah akan dibersihkan nanti...
"Apa kau baik-baik saja...?"
"Umm...”
Saat aku menoleh ke arah Aisha, aku langsung memalingkan wajahku.
Garis pakaian dalam dan warnanya yang seharusnya tidak terlihat justru tertangkap oleh mataku.
"Maaf, ya?"
"Kenapa Aisha yang minta maaf...? Karena kau sudah benar-benar basah kuyup, sebaiknya kau ganti semua pakaianmi. Kau boleh pakai pengering, dan sambil menunggu, bagaimana kalo kau mandi dulu?"
"Apa tidak apa -apa... Achoo!"
"Tidak apa-apa, lakukan saja."
"Tapi, Kouki..."
"Aku punya pakaian ganti! Ini! Kau tahu cara menggunakannya, kan?”
"Umm...ya. Aku mengerti."
"Kalo begitu, aku akan menunggu di kamarku."
Aku akan meninggalkan ruang ganti untuk melarikan diri...
"Umm...untuk sementara, bolehkah aku meminjam pakaian ganti milik Kouki...?"
Oh iya, dia juga tidak membawa pakaian ganti...
"Woke. Di laci itu ada kaus dan sebagainya, silakan dipakai."
"Un. Terima kasih."
Aku pun akhirnya meninggalkan ruang ganti.
Syukurlah, nalarku masih bisa bertahan...
◇
"Kouki."
"Ah, apa kau kau sudah selesai...mandi..."
"Umm..."
Aisha yang masuk ke kamar mengenakan kaus longgar dan celana yang biasa aku pakai sebagai pakaian tidur.
Celananya terlihat terlalu panjang, sehingga dilipat beberapa kali.
"Maaf, ya? Sampai meminjam kamar mandinya segala."
"Tidak, itu sama sekali tidak masalah. Tapi, apakah bajunya tidak apa-apa?"
"Ya...sepertinya bajuku tidak akan kering, jadi aku pikir aku akan meminta Manami untuk membawakannya."
"Ah, itu mungkin pilihan terbaik."
Lagipula, hujan di luar juga sudah reda.
"Tapi, aku tetap harus menunggu sampai pengeringannya selesai."
Sambil berkata begitu, Aishha duduk di sampingku di sofa dan menyandarkan kepalanya di pundakku.
Kedekatan yang tak terduga itu membuat jantungku berdebar.
"Ini katanya disebut kencan di rumah, lho."
Kata Aisha. Aku bisa merasakan nada suaranya terdengar sedikit gemetar karena gugup, dan entah kenapa hal itu membuatku merasa sedikit lebih tenang.
"Kurasa ada sesuatu seperti itu di daftar kegiatan pasangan yang aku buat."
"Ya..."
"Sekalian, bagaimana kalo kita lakukan juga hal-hal lain dari daftar itu di sini?"
"Eh?"
Aku merasa seperti Aisha yang duduk di sampingku terlihat sedikit tegang sesaat.
Entah apa yang dia bayangkan...
"Maksudku...seperti menonton film horor, misalnya, itu ada juga di daftarnya, kan?"
"Ah..."
Tatapan Aisha seolah memohon. Seakan berkata, jangan lakukan itu.
Tapi ekspresi ketakutannya itu pun terlihat menggemaskan...tidak, hentikan.
"Yah, mungkin itu lebih cocok dilakukan saat Manami dan yang lainnya juga ada"
"Be-betul."
Aisha terlihat sangat lega, dan itu membuatnya terlihat semakin menggemaskan.
Pada akhirnya, tanpa melakukan hal istimewa apa pun, kami berdua hanya berbincang ringan di atas sofa sampai akhirnya pengeringan selesai, dan terdengar suara interkom ketika Manami datang.
◇
"Yaho, Kouki-nii. Onee-chan merepotkanmu ya..."
"Tunggu dulu, Manami?!"
"Ahaha."
Aku menyambut Manami yang datang membawa payung dan pakaian ganti.
Tapi, meski sebelumnya bersikap seperti biasa, Manami tiba-tiba terdiam di depan pintu saat melihat Aisha.
".....Kenapa?"
"Hmm, Onee-chan, apa kau dari tadi pakai pakaian itu terus?"
"Ya, memangnya kenapa..."
"Ummm... Onee-chan, pakaian dalammu juga basah kuyup tadi...kan? Jadi artinya, di dalam itu..."
"Ah..."
Tanpa sadar aku menoleh ke arah Aisha, lalu aku buru-buru memalingkan wajahku.
Jadi, di balik kaus longgarku itu...
"Hoo~ Kau hebat juga, Onee-chan."
"U-udah! Cepat berikan pakaian itu! Dan Kouki, jangan...lihat ke sini..."
"Aku tahu..."
Begitu menyadari situasinya, aku bahkan tidak bisa menatap wajahnya lagi.
Maksudku, hanya mengenakan T-shirt tanpa pakaian dalam itu pasti...tidak, jangan dipikirkan.
Setelah memastikan Aisha masuk ke ruang ganti, barulah aku bisa menghela napas lega.
"Ahaha...sungguh, Onee-chan sudah sangat merepotkan..."
"Yah, dalam situasi ini...siapa sebenarnya yang harus disalahkan..."
Kalo saja Manami tidak mengatakan apa-apa, mungkin semuanya bisa berakhir dengan tenang... Tapi setelah dikatakan seperti itu, yang bersalah bisa jadi adalah Aisha yang langsung keluar begitu saja, atau mungkin aku yang kurang memperhatikan.
"A-Aisha, bajunya cukup kau masukkan ke dalam keranjang cucian saja."
"Eh?! Ti-tidak...aku...akan membawanya pulang!"
"Eh..."
"Soalnya sayang── maksudku, umm...begitu, kan?"
Untuk sesaat, aku pikir aku mendengar seperti dia sempat mengatakan 'sayang', tapi lebih baik jangan dipikirkan terlalu dalam.
Yah, kalo dia memang tidak mengenakan pakaian dalam, aku bisa memahami kalo dia ingin membawanya pulang...atau lebih tepatnya, begitu aku menyadarinya, tentu saja itu buruk bagi hatiku kalo dia meninggalkannya.
"Baiklah."
"Umm...akan aku mencucinya dan...mengembalikannya."
"Ya."
Sambil bertukar kata seperti itu, Aisha akhirnya keluar setelah selesai berganti pakaian.
Melihatnya mengenakan pakaian biasa seperti biasanya membuatku sedikit lega, dan di saat yang sama, aku sedikit terpikirkan tentang bajuku yang mungkin sudah dimasukkan ke dalam tas kertas itu.
Sementara itu, Manami dari awal sampai akhir terus menatap kami berdua dengan senyum geli di wajahnya.
◇【Pov Manami】
"Kau sungguh Onee-chan yang merepotkan, ya."
"Uu..."
Dalam perjalanan pulang dari rumah Kouki-nii, wajah Onee-chan tetap merah padam sepanjang jalan.
Sekarang, dia sedang berbaring di ranjang kamar sambil berguling-guling, akhirnya dia menyadari betapa tidak waspadanya dirinya tadi.
"Soalnya, aku bahkan tidak sempat untuk menyadarinya..."
"Yah, aku bisa membayangkannya sih..."
Dari cara Kouki-nii bersikap tadi, sepertinya dia juga tidak terlalu memikirkannya...tapi, aku yang hanya melihat sekilas saja bisa tahu bentuknya dengan jelas seolah-olah itu tembus pandang...
Yah, tidak masalah juga sih. Mereka memang sudah ada dalam hubungan seperti itu sekarang.
Lagipula, kalo tidak ada momen tak waspada seperti itu, hubungan mereka tidak akan pernah berkembang.
"Lalu, itu mau kau apakan?"
"Itu...?"
"Kaos Kouki-nii yang sedang kau peluk erat-erat seperti benda berharga."
"Aku tidak memeluknya!"
Onee-chan langsung menjauhkannya dengan cepat, tapi aku jelas melihat dia tadi memeluknya dengan erat dan bahkan dia hendak mencium aromanya, padahal aku ada tepat di depannya.
Sekarang sudah terlambat untuk mengelak...dan jujur saja, aku agak iri.
"Kalo begitu cepat dicuci dan kembalikan."
"Ya..."
Wajah Onee-chan yang murung memang terlihat menggemaskan, tapi aku pikir demi ketenangan hati Kouki-nii dalam banyak hal, sebaiknya kaos itu cepat dikembalikan.
Lagipula, aku sendiri juga menahan diri, jadi Onee-chan yang sudah cukup puas seharusnya bisa menahan diri sedikit saja...
"Kalo kau memang menginginkannya, kurasa kalo kau meminta ke Kouki-nii, Onee-chan bisa dapat sebanyak yang kau inginkan, lho."
"Eh?! Benarkah!?"
Responnya cepat sekali.
"Soalnya kalian kan sudah jadi sepasang kekasih... Tapi mungkin saja Onee-chan akan dianggap sedikit aneh sih."
"Uuuh..."
Onee-chan mulai berpikir dengan serius.
Aku bisa mengerti perasaannya...
Saat aku melaporkan kejadian hari ini pada Yuki-kun sambil tertawa kecut, dia malah mendesah iri melebihi diriku.