> TRUN 5

TRUN 5

Kamu saat ini sedang membaca   Senpai, watashi to shōbu shimashou. Tokimeitara makedesu! Iya shi-kei yōjo kōhai VS bujin-kei senpai  volume 1  chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw



RIYA, TES, DAN BAHAYA YANG HAMPIR MENIMPA



Pada jam istirahat makan siang minggu berikutnya, aku memutuskan untuk segera menceritakan situasi yang membuatku gelisah ini kepada teman-teman yang bisa kuandalkan.


"....jadi begitulah ceritanya, Mariya-chan, Tsukimi-san!"


"Begitu, ya. Itu jelas-jelas adalah adegan pengakuan cinta."


Tsukimi-san, yang mendengarkan ceritaku, langsung mengangguk setuju tanpa ragu dalam sepersekian detik. 


Seperti yang diharapkan dari Tsukimi-san, orang yang bisa memahami 10 hal hanya dari 1 penjelasan. 


Terima kasih padanya, aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar, sehingga hemat halaman juga.


"Berduaan di ruang klub sepulang sekolah, ngobrol berdua, lalu dia bilang 'suka'... kalo sudah begini, apa lagi kalo bukan pengakuan cinta? Benar, kan, Hiyamari-kun?"


"Begitukah...? Aku merasa itu adalah penafsiran yang sangat dipaksakan."


Ketika ditanya pendapatnya, Mariya-chan, yang kontras dengan aku dan Tsukimi-san, malah menunjukkan ekspresi ragu sambil sedikit memiringkan kepalanya.


"Pertama-tama, Kuu-chan, kau sendiri hanya mendengar potongan-potongan ceritanya, kan? Setelah itu, apa kau mencoba untuk berbicara dengan senpai?"


"Eh...um, begini. Karena aku benar-benar sangat gugup saat itu, aku akhirnya pulang tanpa sempat bertemu senpai..."


"Kau di saat penting malah jadi penakut."


"Berisik..."


Setengah dari apa yang dia katakan memang benar, jadi itu cukup menyakitkan untuk didengar. 


Ketika aku terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa atas teguran Mariya-chan, Tsukimi-san membuka suara.


"Memang benar, apa yang dikatakan oleh Horai-kun cukup masuk akal—tapi kenyataannya, kau memang berada di ruang klub sepulang sekolah bersama seorang perempuan lain selain Kuon-kun, hanya ber-2. Tentu saja, aku tidak berpikir kalo Fudo-Paisen melakukan sesuatu yang tidak pantas, tapi..."


"Mungkin saja dia hanya calon anggota baru, kan?"


"Tidak mungkin! Begitu melihat wajah Senpai, calon anggota baru pasti langsung lari terbirit-birit!"


"Jangan kau yang mengatakan hal seperti itu... Lagipula, kenapa klub ini masih belum dibubarkan kalo begitu?"


Kalo dipikir-pikir, aku heran kenapa klub ini masih bisa bertahan? 


Sepertinya ini menambah pertanyaan baru, tapi saat ini bukan waktunya memikirkan hal tersebut.


"Yang perlu kita bahas sekarang adalah apa yang sebenarnya Senpai bicarakan dengan Ketua OSIS di ruangan tertutup waktu itu! Meskipun aku yakin tidak mungkin itu tentang urusan asmara yang mengesampingkan aku sebagai pacarnya—"


"Ketua OSIS memang cantik. Meskipun sepertinya sifatnya cukup tegas."


"Tapi aku lebih unggul dalam ukuran payudara! ... Aku lebih unggul dalam ukuran payudara!"


"Itu tidak mungkin, sih."


"Sepertinya itu masih dipertanyakan..."


"Kenapa harus diulang 2 kali?"


Klaim palsu itu langsung ditolak dalam sekejap. 


Tidak, kalo dipikirkan dari sudut pandang masa depan, sebenarnya tidak sepenuhnya bisa dianggap palsu. 


Potensinya mungkin setara dengan Star Platinum yang sedang berkembang.


[TL\n: Star Platinum adalah salah satu Stand (kemampuan supernatural) dalam seri manga dan anime JoJo's Bizarre Adventure, yang diciptakan oleh Hirohiko Araki. Stand ini dimiliki oleh karakter utama, Jotaro Kujo, yang pertama kali muncul pada Part 3: Stardust Crusaders.]


Tsukimi-san membuka mulutnya lagi, melipat tangannya di depan payudaranya yang tidak terlalu kecil..


"Yah, kalau Kuon-kun merasa khawatir, menunjukkan kebaikan hati dengan memberi sedikit bantuan adalah wujud kasih sayang seorang sahabat, bukan begitu, Hiyori-kun?"


Terdorong oleh kata-kata Tsukimi-san, Mariya-chan pun mengangguk dengan canggung.


"....Yah, kalo Horai-chan bilang begitu. Tapi kalo aku, mungkin aku akan langsung bertanya ke Senpai tanpa basa-basi."


"Ah, jadi kau tipe perempuan yang lugas! Jangan-jangan, Mariya-chan tidak mengerti perasaan seorang gadis?"


"Aku mulai merasa ingin memukul dia sekali saja..."


"Fufu, silakan coba kalo kau bisa. Dalam game pun, biasanya karakter anak-anak SD atau lebih kecil dilindungi oleh semacam penghalang dari kekerasan, jadi—Aduh!"


Dia memukulku! 


Orang ini benar-benar memukulku, dan dia pakai kepalan tangannya!


"Tidak kok, aku bisa memukulmu."


"Itu bohong! Tolong, CERO!"


"Ini bukan game. Ah, lega sekali. Baiklah, kalo begitu aku akan membantu... Kalo kau tidak bisa menanyakannya langsung, bagaimana kalo kau meminta orang lain untuk menanyakannya secara tidak langsung?"


Mendengar usulan Mariya-chan yang sudah berubah haluan, aku mengangguk sambil berpikir, "Itu mungkin masuk akal." 


Meski itu bukan ide buruk, aku tetap ragu.


"Siapa yang akan menanyakannya kepada Senpai?"


"Aku malas, jadi aku tidak mau. Lagi pula, aku tidak ingin terlibat dalam drama asmara orang lain."


"Kalo begitu, aku saja.”


"Horai-chan, lebih baik tidak usah. Kau pasti malah akan memperkeruh keadaan."


Mariya-chan berkata dengan ekspresi serius, jadi aku memutuskan untuk menurutinya. 


Tapi, kalo begitu, siapa lagi yang bisa menjadi pilihan? 


Selain ke-2 orang ini, teman dekatku hanya sebatas mereka, atau mungkin pelayanku. 


Tapi kalo itu terjadi, kurasa Senpai akan menjadi lebih waspada.


"Idemu tidak buruk, Mariya-chan, tapi untuk sekarang mari kita abaikan itu dulu."


"Begitu ya. Kalo begitu...apa lagi, ya?"


Mariya-chan mulai berpikir dengan ekspresi serius. 


Meski dua sering menunjukkan sisi kekerasan dan gaya sok berandalan, dia sebenarnya teman yang sangat peduli, itulah sebabnya aku menyukainya.


Ketika aku dan Mariya-chan sedang memikirkan solusi, Tsukimi-san mengangkat tangannya sambil berkata, "Boleh aku bicara?"


"Kalo begitu, izinkan aku memberikan idenya. Menurutku, cara terbaik adalah Kuon-kun sendiri yang mencoba mencari tahu secara halus." 


"Secara halus, ya..."


Menanggapi reaksiku, Tsukimi-san mengangguk sambil menampilkan senyuman khasnya yang penuh percaya diri, lalu melanjutkan.


"Secara halus, mencoba mengungkapkan isi hati. Dan cara yang paling cocok untuk itu, tentu saja, 'tes psikologi'."


★★★


"Senpai! Ayo kita lakukan tes psikologi!"


Sepulang sekolah, aku membuka pintu ruang klub sastra dengan penuh semangat, lalu langsung menyatakan itu kepada Senpai yang sudah duduk dengan tenang.


".....Seperti biasa, kau benar-benar tiba-tiba sekali." 


Senpai menjawab dengan ekspresi bingung yang sudah menjadi ciri khasnya.


Aku duduk di tempatku seperti biasa, lalu tanpa memperdulikan wajah herannya itu, aku melanjutkan.


"Yah, kurasa Senpai juga sudah mulai terbiasa, jadi ayo kita skip hal-hal kecil. Intinya, tema tantangan kita hari ini adalah tes psikologi."


"Aku harap kau bisa sedikit lebih memperhatikan alur cerita saat berbicara... Tapi, baiklah. Sejujurnya, aku memang sudah mulai terbiasa." 


Seperti yang diharapkan dari Senpai. 


Setelah mengatakan itu dengan pemahaman yang sangat cepat, dia kembali duduk dengan tangan terlipat dan mengambil posisi bersiap untuk tantangan ini. 


Saat dia mengambil posisi seperti itu, aku pun mengeluarkan Hp-ku dan berkata. 


"Baiklah, pertama-tama. Sebagai dasar, apa Senpai tahu apa itu tes psikologi?"


──.


"Tes psikologi... Maksudmu seperti WAIS atau Rorschach test? Sayangnya, aku tidak memiliki sertifikasi sebagai psikolog klinis."


Ketika aku memiringkan kepala mendengar istilah yang dilontarkan Tsukimi-san, dia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan penjelasannya.


"Bukan psikologi klinis tapi tes psikologi, yang tidak ada dasar ilmiahnya."


"Ah, yang sering muncul di timeline SNS, lalu dipakai untuk pamer tidak jelas seperti, 'Aku itu psikopat loh~★'. Tes psikologi yang tidak ada dasar ilmiahnya itu!"


"Jangan mencari musuh ke mana-mana, dong."


Mariya-chan menegurku dengan cepat, tapi aku memutuskan untuk mengabaikannya dan melanjutkan.


"Tes psikologi... Ngomong-ngomong, itu juga pernah ada di 'SunaSuna', kan? Di volume 3, waktu Haru mencoba mencari tahu isi hati Aki dengan tes psikologi setelah dia melihat Aki akrab dengan gadis lain...!"


"Ah, tajam sekali pengamatanmu, Kuon-kun. Memang itulah yang ingin kusampaikan. Omong-omong, karakter ninja yang muncul di volume itu adalah favoritku."


"Perasaan terasing saat terjebak di tengah obrolan otaku yang saling nyambung itu benar-benar luar biasa..."


"Kalo begitu, ayo kita coba mempraktikkannya di sini bersama Horai-kun."


Aku dan Mariya-chan langsung memperhatikannya dengan penuh antusias. 


Tsukimi-san kemudian mengeluarkan Hp-nya, mengutak-atik layar untuk beberapa saat, lalu berbicara lagi.


"Pertanyaannya diambil dari situs bernama 【:D XD ;-) Gratis!】Tes Psikologi Cinta yang Mengungkap Isi Hati Pasangan dalam 5 Menit【Menarik! :))) :^)."


"Eh, tunggu. Bagaimana caranya kau membaca bagian 【 】 itu, Horai-chan?"


Mengabaikan komentar aneh Mariya-chan, Tsukimi-san mulai membaca soal dengan tenang.


"Baiklah, kita mulai. Pertanyaan, 'Sekarang, kau sedang berjalan di dalam hutan.'"


"Ah, klasik sekali. Biasanya ada yang bertemu binatang, atau mengalami sesuatu yang tak terduga, kan?"


"Kau tahu banyak sekali, Mariya-chan. Apa kau suka dengan hal seperti ini?"


"Ugh... Sudah, lanjut saja!"


Wajah Mariya-chan memerah mendengar komentarku. 


Tsukimi-san mengangguk dan melanjutkan.


"'Saat kau keluar dari hutan, di depanmu terbentang konflik galaksi antara 2 faksi, Gilgamesh dan Balarant, yang telah mempersiapkan pasukan masing-masing. Perang ini telah berlangsung selama 100 tahun, dan tidak ada yang ingat lagi alasan dimulainya konflik tersebut. Nah, binatang apa yang kau temui di tengah perjalanan?'"


"Pertanyaan sampah macam apa ini!?"


"Tidak ada pilihan jawaban di sini, jadi jawab bebas saja."


"Hmmm... Aku rasa jawabanku adalah beruang."


"Bukankah ini harusnya anjing? Yang dengan turret lens di punggungnya..."


"Binatang yang kau temui itu mencerminkan tipe pasangan idealmu."


"Ah, itu masuk akal. Memang ada sisi maskulin dan sederhana dari Senpai yang mirip beruang."


"Kalo begitu, tipe ideal Horai-kun adalah 'anak laki-laki', ya?"


"Bukan berarti aku tidak suka, tapi tetap saja aku merasa ada yang janggal..."


──.


Dan begitulah salah satu adegan tadi. 


Sambil membuka situs tes psikologi yang diajarkan Tsukimi-san, aku berhadapan dengan Senpai. 


Baiklah, kita lanjut setelah jeda iklan.


"Senpai, apa kau tahu apa itu tes psikologi?"


"Ah, ya. Kadang-kadang memang sedang tren... Tapi aku belum pernah mencobanya."


"Kalau begitu, ini keberuntungan besar. Hari ini akan menjadi pengalaman pertama Senpai."


"Jangan gunakan kata-kata yang bisa menimbulkan kesalahpahaman."


Melihat wajah Senpai yang berkerut, aku mengangkat Hp-ku sambil tersenyum.


"Sebentar lagi, aku akan mengajukan beberapa pertanyaan. Dari jawaban-jawaban itu, akan terungkap sisi terdalam dari psikologi Senpai yang mungkin belum pernah diketahui sebelumnya."


"Hmm, menarik."


Tanpa menunjukkan banyak ekspresi, Senpai merespons dengan tenang. 


Mendengar itu, aku tersenyum lebih lebar dan mengarahkan jariku ke arahnya.


"Fufu, Senpai, senyuman itu hanya sementara. Karena setelah menjawab semua pertanyaanku nanti, rahasia-rahasia terdalam, hal-hal yang disembunyikan, semuanya akan terbongkar. Akan kuungkap semuanya!"


"Hal yang ku sembunyikan, ya... Itu menarik."


Apa itu hanya imajinasiku saja yang terasa seperti ada jeda sebentar?


Tapi, aku memutuskan untuk tidak terlalu memperhatikannya dan melanjutkan dengan pertanyaanku.


"Baiklah, ini pertanyaan pertama──‘Kau sedang berjalan di dalam terowongan. Ketika keluar dari terowongan, kau akan menemukan negeri salju... Ini adalah pengantar dari novel Negeri Salju karya Kawabata Yasunari, tapi ini tidak ada kaitannya dengan itu. Kau merasa ada tatapan dari belakang dan menoleh. Tatapan apa itu?'"


"Kenapa pertanyaannya terasa seperti jebakan dalam kuis cepat... Hmmm, beri aku waktu untuk berpikir."


Saat Senpai berkata begitu, dia menutup matanya sejenak. 


Melihatnya, aku tersenyum dalam hati.


Jawaban untuk pertanyaan ini adalah 'orang yang selalu kau anggap penting'. 


Jika, hanya jika, Senpai ternyata tertarik pada orang lain selain aku, atau bahkan lebih, jika dia sedang jatuh hati pada orang itu, seharusnya ada sesuatu yang terbaca dari jawabannya──


"Kau, kan?"


"Hah?"


"Aku bilang jawabannya adalah 'kau', Riya."


"Hah...?"


"...Lalu, apa arti jawaban itu?"


Aku tersadar kembali dari kejutan akibat jawaban yang langsung mengenai sasaran, aku buru-buru kembali ke diriku dengan senyum penuh percaya diri.


Aku memang sedikit terkejut, tapi kalo aku menjelaskan maksud dari pertanyaan ini, Senpai pasti akan sangat malu──begitu pikirku, dan aku mulai membaca penjelasan soal itu.


"Jadi begini, jawaban dari pertanyaan ini adalah 'orang yang selalu kau anggap penting'. Fufu, ini sebenarnya bisa dibilang sebagai pengakuan cinta, lho, Senpai..."


"Ya, memang. Memang, kau memang sangat penting bagiku. Tentu saja."


"....Hyun!"


Sebuah suara aneh keluar dari mulutku. 


Sementara itu, Senpai dengan santainya mengucapkan kata-kata memalukan seperti itu tanpa merasa malu sama sekali. 


Ini sangat tidak adil!


"Kuh... Baiklah, kita lanjut ke pertanyaan ke-2! 'Kau sedang berjalan di dalam minimarket dengan mata tertutup. Langkah 20 ke depan, 8 ke kiri, kemudian 2 langkah mundur. Apa yang kau pegang di tanganmu?'"


"Ini hukuman macam apa... Hmm, jawabanku adalah, 'Kinoko no Hometown'."


Itu adalah permen cokelat yang terkenal. 


Sebenarnya, aku suka Take no Ko no Sato, tapi mulai sekarang, aku rasa aku akan beralih ke kubu yang berbeda.


Ngomong-ngomong, penjelasan untuk soal ini adalah 'Rasa perasaan yang kau miliki terhadap pasanganmu'. 


Eh, bagaimana kalo seseorang memilih koran?


"3, soal ke-3! 'Kau berada di sebuah cottage di tengah badai salju, dengan kabel telepon yang terputus. Kau menemukan mayat penginap lain. Apa yang akan kau lakukan?'!"


[TL\n: Cottage adalah sejenis penginapan yang berlokasi di sekitar pantai atau danau dengan bentuk bangunan-bangunan terpisah, disewakan untuk keluarga, perorangan yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi.]


"Ya, apa ada pilihan selain memanggil bantuan...?"


Berhati-hatilah kalo pacar mu memilih untuk untuk 'menyembunyikan mayat' atau 'membuang senjata', karena dia mungkin seorang psikopat, jadi hati-hati, ya~ Begitulah penjelasan soal ini. Yah itu memang masuk akal sih.


...Tapi kalo dipikir-pikir, dengan hanya menggunakan tes psikologi ini, rasanya aku tidak akan bisa menemukan rahasia Senpai.


Apa ada tes yang sedikit lebih baik? 


Saat aku memikirkan hal ini dan mengerang, Senpai tiba-tiba berdiri dan mulai mencari sesuatu di rak buku.


"Senpai? Apa yang sedang kau cari...?"


"Tidak, menurutku agak membosankan kalo hanya kau terus yang bertanya padaku. ...Oh, ini dia!"


Sambil mengatakan itu, Senpai menarik sebuah majalah dari rak buku. 


Di sampul majalah tersebut tertulis 'Special Feature: Tes Psikologi!'


"Aku ingat pernah melihat ini sebelumnya. Kalo kau terus yang bertanya, pasti itu membosankan, jadi sekarang giliran ku untuk memberi pertanyaan." 


"E-eh?"


Alur ini benar-benar di luar dugaan, jadi aku langsung terkejut dan mataku berkedip kebingungan.


Melihat reaksiku, Senpai membaca dengan lancar dari halaman majalah yang dia ambil.


"Jadi, begini... Pertanyaan pertama. 'Kau adalah seorang wisatawan yang sedang berada di sabana. Tiba-tiba mobilmu rusak di tengah padang rumput yang dipenuhi dengan binatang buas. Binatang apa yang muncul di depanmu?' ─── Sepertinya ini soal pilihan ganda. A: Singa. B: Zebra. C: Hyena. D: Jerapah."


"Nu..."


Aku merasa tidak ada gunanya menentang, jadi aku memutuskan untuk berpikir dengan serius. 


Hmm, mobil rusak di sabana... Sepertinya ini sudah pasti akan berakhir buruk, kan?


Karena berpikir terlalu banyak tidak ada gunanya, aku memilih menjawab berdasarkan insting.


"Mungkin C, Hyena."


"Begitu ya..."


Senpai mengangguk kecil dan membalikkan halaman majalahnya.


"'Binatang yang kau pilih menggambarkan gambaran dirimu dalam hati. Kalo kau memilih hyena, itu berarti kau tipe yang licik, cepat berpikir, dan tidak ragu menggunakan cara apapun demi mencapai tujuanmu.' ...Begitu katanya."


"Ah, aku salah memilih. Aku pilih D, Jerapah. Karena aku itu seperti wanita yang anggun dan lebih suka hewan herbivora." 


"'Kalo kau memilih D, Jerapah, berarti kau adalah seseorang dengan hasrat seksual yang sangat tinggi, monster seks. Seperti leher jerapah yang panjang, kau suka hal-hal yang panjang, benar-benar cabul,' tulisnya." 


"Jerapah itu cuma soal leher panjang, kan!?"  


"Kalau aku yang dikritik, aku juga bingung. Oh, dan katanya kalo kau pilih singa, itu berarti kau tipe yang tenang dan gagah seperti raja; zebra adalah tipe orang yang baik hati dan herbivora yang tidak suka berkelahi." 


"Tapi jerapah malah terlihat lebih mencolok!"


Senpai mengangkat alis dan melanjutkan untuk membalik halaman majalah itu.


"Oke, kita lanjutkan. Pertanyaan ke-2. 'Kau adalah seorang penulis light novel yang hampir gagal. Editor mengatakan ini adalah kesempatan terakhirmu. Apa genre yang akan kau pilih untuk kau tulis?'"


"Pertanyaan ini adalah sesuatu yang anehnya membuatku merasa mual di perutku." 


"Catatan kecilnya, 'Untuk menghindari kesalahpahaman, ini benar-benar fiksi, ya.' Pilihannya adalah: A: Novel perang yang keras dengan banyak kematian, B: Genre isekai yang lagi populer, C: Kenapa tidak mencoba cerita robot untuk terakhir kalinya, D: Sebagai penulis light novel , lebih baik menulis romansa dan mati dengan tenang,".


"Apa isekai masih populer sekarang?"


"Aku tidak tahu, soalnya aku bukan orang yang mengikuti itu."


Begitu Senpai mengatakan itu dan menutup mulutnya.


Aku kemudahan mulai merenung sejenak.


"Hmm, aku rasa tidak ada perbedaan besar antara pilihan-pilihan itu, kan? Itu semua tergantung pada keberuntungan."


"Itu pendapat yang cukup radikal..."


"Yah, sebagai seseorang yang menganggap dirinya pengikut 'SunaSuna', aku pasti memilih D."


"Begitu ya."


Dengan anggukan, Senpai melanjutkan untuk membalik halaman berikutnya.


"'Kalo kau memilih D, itu berarti kau adalah orang yang berpikir dangkal. Rom-Com itu ternyata cukup sulit.'"


"Rom-Com ini memang sudah berubah jadi sesuatu yang agak membingungkan," 


"Pilihan lainnya... sebaiknya kita lewatkan itu. Aku tidak ingin membuat lebih banyak musuh." 


Saat Senpai mengatakan itu dan mulai membalik halamannya lagi, aku meninggikan suaraku.


Meskipun jarang, kali ini Senpai berhasil mengendalikan ritme percakapan, tapi tujuan ku kali ini adalah untuk mengungkap rahasia Senpai, jadi aku tidak bisa terus-menerus membiarkan ini terjadi.


Dengan penuh konsentrasi, aku menggulirkan halaman situs tes psikologi dan berhenti pada sebuah pertanyaan.


"...Baiklah, sekarang giliran ku. 'Kau adalah seorang pencuri terkenal. Kau diam-diam memasuki museum dan mencuri sebuah permata yang sangat langka. Lalu, di mana kau menyembunyikannya?'"


Setelah mendengar pertanyaan itu, Senpai sedikit ragu. 


"Hmm, mungkin di dalam tas ku. Tapi, pertanyaan ini sebenarnya menunjukkan apa?"


Senpai lalu menjawab dengan santai, dan dengan ekspresi seperti detektif yang sedang menggali rahasia pencuri, aku mengangguk dengan percaya diri.


"Yup, jawabannya adalah—tempat di mana kau menyembunyikan rahasia besar mu." 


"Hmm." 


Senpai menjawab tanpa menunjukkan ekspresi, seolah dia tidak terganggu sama sekali.


Aku merasa seperti sedang berada dalam momen yang sangat dramatis, tapi... eh?


Aku mulai merasa kebingungan, sementara Senpai menatap ku dengan sikap tenang dan tangan terlipat.


"Yah, kau kira aku menyembunyikan sesuatu, begitu?" 


"A-ku..."


Sebenarnya, aku tidak melihat dia terlihat marah. 


Yah, sebenarnya, karena akh belum pernah melihat senpai marah, aku tidak begitu tahu bagaimana itu.


Tapi, nada suara Senpai yang menanyakan hal ini padaku agak...sedikit lebih ragu-ragu dari biasanya.


"Eh, maksudku, senpai──"


Aku hendak mengatakan sesuatu kepada senpai, tapi saat itulah kejadian itu terjadi.


"Permisi."


Pintu ruang klub dibuka, dan yang masuk ternyata adalah ketua OSIS.


"Eh! U-untuk apa kau di sini?! Aku hampir sampai pada bagian 'perubahan' dalam cerita ini!"


"Ah, ada anggota klub ya. Aku kira hanya kau saja, Ketua Fudou."


Setelah melirik ki dengan tidak tertarik, dia langsung menghadap Gentetsu-senpai, tatapan dinginnya seolah menusuk langsung ke arah senpai.


"...Apa yang bisa ku bantu? Seperti yang dia katakan, kami sedang sibuk sekarang."


"Jangan pura-pura. Ini lanjutan dari pembicaraan kita beberapa hari lalu──aku tidak akan menghabiskan banyak waktu."

 

Pembicaraan beberapa hari yang lalu. 


Itu adalah hal yang sebenarnya ingin ku tanyakan.


Senpai memandang ku sejenak, lalu mengerutkan keningnya lebih dalam.


"Apa kita harus membicarakan hal itu sekarang?"


"Ya. Aku juga tidak punya banyak waktu."


Dengan sedikit desahan seolah dia merasa sedikit kecewa, ketua OSIS itu menyilangkan tangannya dan melanjutkan kata-katanya.


"Aku pernah berkata 'Aku tidak bisa terus mengikuti omong kosong yang kau katakan. Tentukan jawaban resmi mu sebelum minggu depan.' ...Aku rasa aku sudah mengatakan itu."


Tanpa sengaja, dia malah mengonfirmasi kata-kata yang aku dengar beberapa hari lalu. 


Tentu saja, dia tidak berniat seperti itu, tapi sungguh, betapa baik hatinya.


Memanfaatkan kesempatan itu, aku pun mencoba untuk bertanya dengan santai pada senpai.


"....Eh, maaf, aku tidak mengerti pembicaraannya. 'Jawaban' itu maksudnya apa?"


"Itu..."


"Benar, kalo kau adalah anggota klub di sini, kau berhak mengetahuinya."


Sebelum Senpai sempat menjawab, ketua OSIS itu sudah berkata demikian. 


Dan kemudian──


"Dengan kebijakan OSIS, klub sastra ini diputuskan untuk dibubarkan."


...Sungguh, dia memberikan pukulan yang benar-benar tak terduga dari arah yang tidak aku duga sama sekali.


★★★


".....Dibubarkan?"


Aku rasa suara yang keluar dari mulut ku terdengar sangat bodoh. 


Tapi, dengan kata-kata yang tiba-tiba itu, aku tidak bisa mengatakan apa-apa selain itu.


Sebenarnya, kalo aku ingat-ingat, sepertinya Mariya-chan pernah mengeluh, "Kenapa klub ini tidak dibubarkan?" Tapi! Aku tidak pernah menyangka itu akan menjadi petunjuk untuk apa yang akan terjadi!


Saat aku terdiam, ketua OSIS itu mengangguk dengan ekspresi dingin, tanpa rasa belas kasihan.


"Benar, dibubarkan. ...Ah, jadi kau belum mendengarnya dari ketua klub, ya? Kasihan."


Dengan nada yang sedikit menyayangkan, dia berkata begitu, lalu memandang Senpai dan aku sambil menyilangkan tangan.


"Klub yang hanya memiliki 2 anggota dan tidak ada catatan aktivitas yang berarti, tentu saja akan dibubarkan. Lagipula, kalian juga memanfaatkan satu ruangan untuk klub ini."


"Memang, kalo dipikir-pikir..."


Itu adalah argumen yang tidak bisa aku bantah. 


Aku kira masalah ini akan selalu bisa diselesaikan dengan cara yang menguntungkan, tapi ternyata tidak.


Akh tanpa sadar mengangguk, dan ketua OSIS itu melanjutkan kata-katanya.


"Selain itu...ini adalah alasan yang paling penting."


"Hm? Maksudmu apa?"


Ketua OSIS melihat ke arahku saat aku menanyakan pertanyaan itu, dan kemudian ke arah Senpai, dan entah kenapa pipinya menjadi merah...


"Kalo ada 2 orang, laki-laki dan perempuan, sendirian di ruang sempit seperti ini...e-ehem, mungkin saja...hamil, kan?"


" "Kenapa itu bisa terjadi?" "


Untuk pertama kalinya, aku dan Senpai serentak menyela dengan suara yang kompak.


"Kenapa? Apa kau ingin aku mengatakan itu? Kalo aku sampai hamil, bagaimana kau bertanggung jawab?"


"Aku tidak mengerti maksudmu..."


Mendengar kata-kata ku, ketua OSIS itu terlihat agak terkejut dan menggertakkan tinjunya.


"Di pelajaran Pendidikan Kesehatan, kau pasti diajari! Kalau seorang laki-laki dan perempuan berada sendirian di ruang sempit, burung bangau akan datang membawa bayi dan mereka hamil! Itu sebabnya kondisi di ruang klub ini sangat tidak pantas—jadi harus dibubarkan!"


"Apa kau serius mengatakan itu...?"


"Tentu saja."


Ketua OSIS itu bersikeras dengan ekspresi serius, dan aku jadi tidak bisa berkata apa-apa.


"Ketidakberesan pendidikan seks di Jepang sampai muncul di sini..."


"Aku merasa kau juga agak aneh mengatakan itu, tapi yah..."


Saat kami ber-2 terdiam, ketua OSIS itu membersihkan tenggorokannya dan melanjutkan.


"Pokoknya. Tidak ada aktivitas, tidak ada anggota, dan bisa menciptakan masalah moral yang serius—aku tidak bisa membiarkan kelanjutan klub seperti itu. ...Aku sudah sering memberitahukan ketua klub yang kaku ini, tapi dia sulit sekali untuk memahaminya. Aku sudah memberinya waktu untuk memberi jawaban, jadi sekarang aku harap dia bisa mengerti."


Ketua OSIS itu berkata dengan nada menyalahkan, dan senpai hanya mengerutkan kening sambil menghela napas kecil dengan tangan disilangkan.

"...Ah, memang. Ketua OSIS, kalo kita berbicara tentang bagian pertama dari apa yang kau katakan, itu masuk akal. Memang, dengan jumlah anggota seperti ini, sulit untuk mengatakan kalo klub ini bisa tetap ada."


"Apa yang kau katakan, senpai!?"


Aku terkejut dan tidak bisa menahan diri untuk membentak senpai. 


Tapi, senpai tetap dengan ekspresi datar dan hanya mengangkat bahu.


"Memang wajar kalo kau merasa klub ini harus dibubarkan."


Dia berkata begitu──aku sangat terkejutnya mendengarnya.


Dibubarkan. 


Kalo itu terjadi, tentu saja, waktu yang akan ku habiskan bersama Senpai di ruang klub ini akan hilang.


Tahun lalu, sebelum aku masuk sekolah ini, waktu aku belajar bahasa Jepang di perpustakaan kota adalah saat-saat seperti itu. 


Tapi...perpustakaan itu sudah ditutup, jadi aku tidak bisa lagi menggunakannya.


Keluarga ku juga cukup ketat soal jalan-jalan, jadi kalo aku tidak bisa lagi tinggal di sini dengan alasan klub, aku tidak akan punya pilihan selain pulang segera setelah sekolah.


Kalo itu terjadi...kapan lagi aku bisa bersama Senpai yang berada di tahun ajaran berbeda?


Aku terus memikirkan itu, terus memikirkan itu, aku terjebak dalam labirin pikiran──


"....Tunggu!"


Sebelum aku menyadarinya, aku berteriak sekeras-kerasnya.


"Ada apa?"

 

"Ketua OSIS, mengenai hal itu...apa kau tidak bisa menunda keputusan akhir sedikit lebih lama?"


"Aku rasa aku tidak bisa. Aku rasa aku sudah memberi cukup waktu."


Kata-kata ketua OSIS itu sebagian besar sudah aku duga. 


Jadi sambil mengangguk aku berkata. 


"Tapi, aku baru pertama kali mendengarnya hari ini. Kalo tiba-tiba langsung dikatakan klub ini akan dibubarkan, aku belum siap secara mental..."


Aku bergumam dengan suara gemetar, lalu terharu hingga hampir menangis.


Tentu saja itu semua hanya akting, tapi ternyata ketua OSIS sepertinya orang cukup baik, dan ketika dia melihat aku mengusap air mataku, dia sedikit ragu.


Ah, menjadi gadis kecil itu menguntungkan. 


Aku bisa menciptakan senjata negosiasi yang tak terkalahkan, "air mata gadis kecil", secara otomatis. 


Aku harus memanfaatkannya selagi aku bisa.


Ketua OSIS terlihat sedikit canggung, dia lalu mengalihkan pandangannya dari ku sambil berkata. 


"Aku rasa itu bukan urusan kami... yah, ini tentu saja mendadak bagimu. Aku memang merasa agak tidak enak, tapi..."


"Benar, itu terlalu kejam untuk gadis imut dan cantik seperti ku!"


"Eh, uhm...iya, benar?"


Aku berhasil mendapatkan kata-katanya. 


Dengan wajah menangis tapi senyum di dalam hati, aku memandang ketua OSIS dan senpai satu per satu, lalu berkata. 


"Jadi, bisakah keputusan akhir tentang pembubaran klub ini ditunda satu minggu lagi?"


".....Hah?"


"Riya, apa yang kau──"


Sambil menatap tajam ke-2 orang yang terkejut itu, aku mengangkat jari telunjuk ku dengan tegas.


"Ketua OSIS, tadi kau mengatakan, kan, kalo klub ini akan dibubarkan karena jumlah anggotanya sedikit? ...Jadi, kalo begitu, berarti selama anggotanya cukup, klub ini bisa tetap ada, kan?"


"Ya, memang begitu, tapi..."


"Kalo begitu, tidak ada masalah!"


Aku berkata dengan suara keras, dan ketua OSIS mengangguk dengan sedikit kebingungan. 


Hihi, kalian semua harus perhatikan baik-baik. 


Pada saat seperti ini, cukup mengeluarkan suara keras dan kau akan menang.


"Kalo kau memberi kj waktu seminggu lagi, aku akan mengajak anggota baru untuk bergabung. Jika begitu, aku rasa ketua OSIS tidak akan keberatan, kan?"


Aku berusaha mendesaknya dengan cara itu, dan ketua OSIS terdiam sejenak, kesulitan mencari kata-kata.


"....Itu tidak mungkin. Tidak mungkin kau bisa mengumpulkan anggota hanya dalam seminggu."


"Bisa! Aku pasti bisa!"


Dengan semangat, aku menjawab dan sekali lagi aku menunjuk ketua OSIS sambil tersenyum.


"Kalo begitu, sudah diputuskan! Datang lagi seminggu kemudian. Aku akan menunjukkan kepada ketua OSIS anggota yang memadai. Sampai jumpa!"


Setelah mengatakan itu, aku segera mengambil tas ku dan bergegas keluar dari ruang klub.


Saat keluar, aku sempat melirik ke arah Senpai yang diam di belakang.


Di wajahnya, entah kenapa, aku melihat sedikit ekspresi aneh, seolah-olah dia sedikit bingung.


Hasil: 2 vs. 2〈Hari ke-5 pertandingan──Pemenang: menang atau kalah tertunda〉



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال