Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 3 chapter 3. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
"....Bangun."
Di kamar yang disinari cahaya matahari pagi, selimutku terasa diguncang lembut.
Sudah pagi, ya...? Tidak, pertama-tama siapa yang membangunkanku ini...
"...Eh?"
"Kouki..."
Entah kenapa, di kamarku ada Aisha yang mengenakan seragam sekolah.
"Aku...ingin sekali memberimu ini secepatnya, jadi...aku datang ke sini..."
Di dalam tas yang dibungkus rapi dengan hiasan cantik, terdapat...

"Kue kering?"
"Iya...apa aku mengganggumu?"
"Tidak...bukan begitu...baiklah, aku akan bangun."
Berbicara dengan Aisha yang duduk di samping tempat tidur sambil menatapku, sementara aku masih berbaring, membuatku merasa sedikit canggung.
Di sinari cahaya dari belakang, wajah Aisha terlihat sedikit cemas, tapi pipinya diwarnai merah, seperti menyimpan harapan, membuat jantungku berdebar sejak pagi.
"Selamat pagi, Kouki."
"Ah, selamat pagi."
"Kalo begitu, ini..."
"Terima kasih..."
Setelah itu, Kami ber-2 terdiam dan hanya saling menatap...
"Aisha-chan! Kouki sudah bangun, kan? Kalo dia belum bangun juga, jatuhkan saja dia dari tempat tidur, ya!"
"Eh!? I-iya! Dia sudah bangun!"
"Oh, begitu ya? Kalo begitu, sarapan sudah siap. Aisha-chan, apa kau mau ikut sarapan juga?"
"Aku sudah sarapan di rumah, jadi..."
"Oh, begitu, lain kali sarapan saja di sini, ya. Tentu saja kalo kau mau datang lagi."
"Tentu saja, dengan senang hati!"
Mendengar suara ibu dari lantai bawah, akhirnya aku merasa benar-benar memulai pagi ini.
◇
Hari Ke-2 di Semester 2.
"Hari ini sepertinya suasananya agak berbeda dari kemarin."
Aku melihat sekeliling kelas mendengar kata-kata Akahito.
"Benar juga...?"
Di seluruh kelas terasa semacam atmosfer yang tidak biasa, seperti ada kegelisahan yang tidak bisa dijelaskan.
Di tengah-tengah itu, tatapanku bertemu dengan Aisha yang menoleh ke arahku dan wajahnya langsung memerah, tapi kurasa itu karena kue yang kumakan tadi pagi... Rasanya sangat lezat, dan akhirnya kami berangkat ke sekolah bersama-sama.
Hal itu sedikit membuatku merasa seperti kami tinggal bersama.
Ketika aku tenggelam dalam pikiran tersebut, wali kelas masuk ke dalam ruangan, tepat pada waktunya.
Seketika, alasan di balik suasana gelisah di kelas ini terungkap.
"Aku akan memperkenalkan murid pindahan baru."
Begitu mendengar suara wali kelas, kegaduhan kembali mengisi ruangan.
"Aku melihat dia di ruang guru! Cantik sekali!"
"Wooow!"
Para murid laki-laki langsung terperangah.
Ah, jadi begitu. Mulai semester ini, Yuki bilang dia akan pindah ke sekolah ini.
Kemarin belum ada pelajaran, hanya sekedar hari pengumpulan tugas, jadi mungkin dia sengaja masuk hari ini.
Tapi, tunggu...Kalo yang mereka maksud cantik itu Yuki, berarti ada 2 murid pindahan?
"Baiklah, silakan masuk."
"Ya..."
Terdengar suara halus, seperti memancarkan kesan lemah lembut, memenuhi kelas, membuat para murid laki-laki semakin bersemangat.
"Whoa! Pasti dia cantik sekali! Suaranya saja sudah imut!"
"Aku ingin membimbingnya keliling sekolah!"
Para murid laki-laki mencapai puncak antusiasme.
Pintu geser terbuka, dan muncul sosok gadis yang suaranya tadi seakan terwujud; seorang gadis cantik yang mengingatkan pada seekor hewan kecil yang menggemaskan.
Dia terlihat kebingungan, menoleh ke sekeliling kelas dengan wajah cemas, sehingga wali kelas maju membantunya.
"Irino, silakan perkenalkan dirimu."
"Ah, i-ya..."
Dengan suara lembut yang hampir tak terdengar, dia menjawab.
Sambil memegang ujung roknya, dia menarik napas dalam beberapa kali untuk menenangkan diri.
Kulitnya yang pucat, seakan tembus cahaya, dan penampilannya yang rapuh, menjadikannya sosok gadis cantik yang anggun.
"Pe-perkenalkan, nama ku Irino Yuki."
Dia lalu menundukkan kepalanya sambil rambutnya yang panjang hampir menutupi matanya.
Eh? Barusan dia bilang namanya Yuki...?
"Ah... sepertinya Irino ini teman masa kecil dari Takanishi dan Fujino. Kalian ber-2, bantu dia, ya."
Ketika wali kelas memberikan penjelasan tambahan itu, murid pindahan itu mundur dan menyembunyikan wajahnya.
"Eh"
Rasanya sulit dipercaya; Yuki yang aku kenal dulu sangat berbeda dari kesan lembut yang dia tunjukkan sekarang—dan fakta kalo Yuki ternyata seorang gadis benar-benar mengejutkan.
Tapi bukan hanya aku yang satu satunya terkejut.
""""Eeeeeeeeeee"""""
Suara keterkejutan teman-teman sekelas menggema di ruangan, rupanya mereka baru pertama kali mendengar kalo aku dan Aisha adalah teman masa kecil.
"Apa maksudunya ini, Fujino!"
"Kenapa kau bisa jadi teman masa kecil Takanishi?!"
Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan semacam itu...?
"Ditambah lagi, teman masa kecilmu ini seorang gadis cantik!"
"Apa kebaikan yang sudah kau lakukan di kehidupanmu yang sebelumnya?!"
Tentang kehidupanku yang sebelumnya, aku sendiri juga ingin tahu lebih banyak.
Melihat aku dikelilingi oleh teman-teman sekelas yang penasaran, Akahito, yang berada di dekatku, hanya tertawa.
"Wah, selamat ya, sekarang kau jadi populer."
"Jangan hanya menertawakanku, bantu aku!"
Aku meminta pertolongan kepada Akahito yang duduk cukup dekat denganku, tapi dia hanya tertawa tanpa memberikan bantuan sedikit pun.
"A-anu..."
Yuki, yang kursinya dipindahkan ke dekatku berkat pengaturan wali kelas, duduk dengan canggung, membuat perhatian teman-teman sekelas semakin tertuju ke arah kami.
"Lama tidak bertemu..."
"I-iya... senang bertemu denganmu kembali?"
"Ya..."
Yuki hanya mampu menjawab dengan suara lemah sambil setengah menyembunyikan wajahnya di balik rambut panjangnya.
Aku sendiri tidak lagi punya energi untuk memedulikan tatapan penasaran teman-teman sekelasku.
──Irino Yuki.
Dulu, dia adalah teman masa kecilku bersama Aisha dan Manami, serta satu-satunya teman laki-laki yang kumiliki.
Setidaknya, begitulah yang selalu aku kira.
Tapi sekarang, dia terlihat begitu berbeda hingga aku ingin memastikan kalo dia benar-benar Yuki yang sama.
Kami dulu selalu bermain bersama di luar; jika menemukan hutan, dia akan mengajakku masuk dan menangkap serangga sampai dimarahi, atau jika ada sungai, dia akan melompat ke arus deras hingga membuat kami ber-2 kena marah.
"Sungguh... siapa sangka ternyata kau perempuan selama ini..."
"Wuuu..."
Yuki-lah yang dulu menggandeng tangan Manami yang pemalu dan menjadikannya gadis yang ceria dan penuh semangat seperti sekarang. Tapi kini, seolah keadaan mereka berbalik.
"Lama tidak bertemu."
"Aisha-chan..."
"Iya, sudah lama sekali... Sungguh"
Aisha menagatakan itu sambil tersenyum, dengan ekspresi yang lebih lembut dari biasanya.
"Ya. Aku..."
Yuki tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi kata-katanya terhenti.
Melihat itu, Aisha hanya tersenyum lembut dan berkata:
"Manami juga ingin sekali bertemu denganmu. jadi ayo kita pulang bersama hari ini."
"....Ya!"
Untuk pertama kalinya, Yuki mengangkat wajahnya.
Aku bingung karena aku tidak bisa menghubungkan wajah itu dengan Yuki sejak saat itu, tapi entah kenapa aku bersemangat dengan reuni nostalgia ini.
◇
Di setiap jam istirahat, aku dikelilingi oleh teman-teman sekelasku, hingga aku merasa seolah sudah berbicara dengan cukup orang untuk seumur hidupku.
Akhirnya, ketika jam sekolah usai dan aku merasa lega karena terbebas, tiba-tiba...
"Wah! Yuki-kun benar-benar ada di sini!"
"Manami..."
Saat pulang sekolah, Manami muncul di kelas kami yang merupakan lantai senior, tanpa ragu sedikit pun, langsung menjadi pusat perhatian.
"Siapa anak itu? Cantik sekali."
"Kau tak mengenal dia? Itu adik Takanishi, si Dewi Keberuntungan."
"Eh...pantas saja dia cantik."
Manami memang terkenal hingga lintas angkatan, meskipun belum semua mengenalnya.
Yah, mungkin setelah kejadian seperti ini terulang beberapa kali, semua akan tahu juga...
Aku, sementara itu, hanya bisa memikirkan satu hal ketika mendengar suara Manami.
"Yuki-kun...tetap terasa aneh, ya."
Bayangannya sebagai laki-laki begitu melekat. Tapi sekarang di depanku...
"Uuh..."
Yuki tampak semakin meringkuk, seperti seekor hewan kecil yang ketakutan.
Melihat itu, aku jadi teringat masa kecil Manami; bagaimana dia dulu suka bersembunyi di belakangku, menarik-narik bajuku seperti ini...tunggu sebentar...
"Yuki, setidaknya kalo di sekolah, bisakah kau bersembunyi di belakang Aisha saja...?"
"Ti-tidak boleh...?"
Ketika Yuki menatapku dengan ekspresi memelas, aku terpaksa menyerah.
Meskipun sebagian wajahnya tertutup rambut, sorot matanya yang berkaca-kaca membuatku tak bisa berkata apa-apa.
Yah, dia memang lebih tinggi dari Aisah, jadi aku mungkin menjadi 'pelindung' yang lebih baik...
Tentu saja, perhatian teman-teman sekitar langsung mengarah kepada kami…
"Sial...kenapa selalu Fujino...?"
Untungnya, ada seseorang yang mengusir tatapan mereka.
"Baiklah, baiklah! Kalian para laki-laki, kalo kalian terus menatap Yuki seperti itu, itu malah membuat Yuki semakin takut, tahu? Dan Fujino-kun tidak mungkin bisa menikahi mereka semua, jadi jangan sampai menurunkan citra kalian di sini!"
Higashino muncul di antara kami, membuyarkan tatapan panas teman-teman laki-laki.
Meskipun aku sedikit ragu dengan pilihan katanya...tapi Aisha langsung merona, dan aku pun juga merasa kalo aku akan memerah juga.
Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa selama jam istirahat, Higashino dan Akitsu terus menjadi ‘tembok pelindung', menjaga Yuki dari tatapan berlebihan, yang sungguh membuatku berterima kasih.
Sementara itu, Manami sudah mendekati Yuki dan memeluknya.
"Yuki-kun, kau jadi imut sekali sekarang! Boleh aku memelukmu?"
"A-anu...iya..."
"Hore!"
"Eh...waah..."
Manami langsung memeluk Yuki erat-erat.
"Tunggu, tunggu! Manami, kalo kau memeluk Yuki dengan kekuatan penuh, nanti itu bisa berbahaya untuknya!"
Jika Yuki yang dulu mungkin masih bisa bertahan, tapi sekarang dia terlihat begitu rapuh dan kecil seperti hewan mungil... atau setidaknya, begitulah yang kupikirkan.
"Eh? Yuki-kun sepertinya baik-baik saja, kok?"
Manami menjawab sambil memiringkan kepalanya, kebingungan.
Dan benar saja, meskipun Manami memeluknya hampir dengan seluruh kekuatannya, Yuki tampak sama sekali tidak terpengaruh.
Mungkin, yang berubah lebih banyak adalah kepribadiannya, sementara tubuhnya tetap sekuat sebelumnya.
Kalo begitu, dia bisa jadi semacam 'versi kuat' dari Manami...
Tapi, saat pandangan kami bertemu, Yuki langsung meringkuk lagi seperti hewan kecil yang ketakutan, membuatku sulit membayangkan dia sekuat itu.
◇
"Ahaha, jadi Kouki-nii tidak tahu, ya?"
Dalam perjalanan pulang, aku mengikuti Manami yang berjalan dengan gembira dan tertawa.
Awalnya aku khawatir apa Yuki bisa mengikuti langkah Manami, tapi ternyata Yuki tidak ada masalah sama sekali.
"Eh? Apa hanya aku yang salah paham soal jenis kelamin Yuki?"
"Padahal waktu kecil kalian sampai mandi bersama,"
Yah, kalau di pikir-pikir, waktu itu aku, Aisha, dan Manami sering mandi bersama...meskipun sepertinya baru-baru ini pun hal itu terjadi lagi. Mungkin lebih baik aku melupakan itu.
"Ngomong-ngomong, rumahmu di mana sekarang, Yuki?"
"Uhm..."
"Oh, kalau begitu, bagaimana kalo nanti kita berkunjung ke rumah Yuki-kun bersama-sama?"
Manami tiba-tiba mengusulkan itu tanpa menunggu persetujuan.
"Hei, jangan sembarangan memutuskan begitu. Itu bisa merepotkan, tahu?"
Tapi, ketika aku mengatakan itu, Yuki menarik ujung bajuku dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"...Ti-tidak apa-apa."
Melihat itu, Manami melompat-lompat kegirangan.
"Hore! Kalo begitu, kita pergi nanti ya!"
"Manami, kau sendiri yang bilang 'nanti', ingat?"
Aisa meraih tangan Manami dan menghentikannya saat dia mencoba berlari.
Seperti layang-layang yang benangnya putus saja, kalo tidak dipegang, dia pasti sudah berlari duluan.
Tapi, melihat reaksinya, jelas sekali kalo pertemuan kembali dengan Yuki ini sangat berarti baginya...
"Kalo begitu, kapan saja kau siap, beri tahu kami, ya."
"Iya."
"Oh iya! Ayo kita buat grup chat!"
Manami berkata sambil mengeluarkan Hp-nya, dengan sedikit ragu, Yuki akhirnya menambahkan kontaknya.
Tidak lama kemudian, Manami langsung membuat grup, dan otomatis aku serta Yuki juga sudah saling terhubung.
"Nama grupnya...'Teman Masa Kecil'!"
"Setuju,"
"...Iya."
Jawab Yuki dengan senyum tipis, terlihat sedikit senang.
"Mulai sekarang, kita bisa saling berhubungan di sini!"
Manami langsung mengetik sesuatu di grup, dan di layar Hp muncul stiker yang ia kirim.
"Seekor...kadal?"
"Lucu, kan!"
Stiker itu memang dibuat dengan gaya imut, jadi sebenarnya memang terlihat lucu.
"Aisha pakai stiker beruang, kan?"
"Kenapa memangnya?"
"Tidak ada, kok."
Aisha mengerucutkan bibirnya karena malu.
Itu sangat imut.
"Kalo Yuki pakai stiker kelinci, ya."
"Iya..."
"Imut sekali!"
"Kelinci itu memang imut...ya kan?"
"Iya, iya!"
Melihat Yuki yang sekarang, kelinci memang sangat cocok dengannya.