Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 4 chapter 8. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
Kehidupan sekolah masih terus diwarnai suasana pasca-acara, tapi di hari libur pun masih ada saja kejadian sibuk yang bermunculan.
Usulan Manami untuk melakukan hal-hal yang terlihat seperti pasangan terus berlanjut, dan hari ini kami dijadwalkan untuk berkencan dengan mengenakan seragam sekolah.
"Rasanya sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu di stasiun..."
Memakai seragam di hari libur memang terasa aneh, tapi karena belakangan ini aku lebih sering menjemput Aisha, aku jadi merasa agak gelisah menunggunya di depan stasiun.
"Aku datang terlalu cepat..."
Waktu pertemuan dijadwalkan pagi hari, disesuaikan dengan jam buka toko, tapi masih ada lebih dari 30 menit lagi. Kawasan stasiun di hari libur cukup ramai. Aku sengaja datang lebih awal karena aku tidak ingin membuat Aisha menunggu, tapi mungkin ini berlebihan.
"Haruskah aku mencari tempat untuk menghabiskan waktu...?"
Baru saja aku ingin berjalan mencari kafe yang sudah buka—
"Kouki...?"
"Ah, Aisha?"
"Emm... Apa aku membuatmu menunggu?"
"Tidak, aku juga baru datang, dan ini belum waktunya..."
Sambil berkata begitu, mataku tidak mau lepas dari Aisha.
Ada kesan segar yang berbeda dari biasanya saat melihatnya memakai seragam di sekolah.
"Apaan sih..."
"Tidak, hanya terasa segar..."
"Itu... Kouki juga begitu."
"Ah, aku sih merasa sangat tidak biasa..."
Percakapan kami terasa agak canggung sambil saling memandangi seragam masing-masing.
Di tengah suasana itu...
"Aku terlalu bersemangat sampai aku datang lebih awal... Tapi aku senang Kouki juga sudah ada di sini."
Kalimat polos Aisha itu membuatku membeku.
Meski terkadang ekspresinya masih terlihat kaku, Aisha sekarang sudah bisa mengungkapkan perasaannya dengan lugas.
Setiap kali dia bersikap manis seperti ini, dampaknya selalu begitu merusak hingga membuat aku dan orang-orang di sekitar ku tersentak.
"Aku juga datang terlalu awal, jadi aku berpikir untuk menghabiskan waktu sampai toko buka, tapi..."
"Begitu... ya?"
Aisha mengangguk sambil wajahnya memerah karena malu. Aku hampir tidak bisa menahan gejolak perasaanku, tapi akhirnya kami berhasil berjalan berdampingan.
Seperti biasa, kami berpegangan tangan saat berjalan.
Dengan berharap detak jantungku tidak terdengar, kami pun masuk ke sebuah kafe terdekat.
◇
"Bagaimana menurutmu...?"
Aisha keluar dari ruang ganti.
Salah satu tujuan kencan berseragam hari ini adalah memilihkan pakaian untuk satu sama lain.
Manami bersikeras kalo dengan memakai pakaian pilihan pasangan, akan terasa lebih seperti pasangan sungguhan. Aisha yang antusias pun akhirnya menyetujui ide ini.
"Itu cocok untukmu."
"Dari tadi hanya itu yang kau katakan!"
Aisha mengerutkan bibirnya, tapi dia terlihat senang.
Ini pernah terjadi sebelumnya, tapi memang Aisha terlihat cocok dengan pakaian apa pun...
"Uu... Uangku bisa habis..."
"Tunggu, kau berniat membeli semuanya?!"
"Tapi...aku ingin memakai semua yang Kouki pilihkan."
"Ugh..."
Hari ini sikap manisnya luar biasa.
Mungkin karena sudah lama kami benar-benar berdua saja. Aku pun mungkin lebih bersemangat dari biasanya.
"Ka-kalo begitu, untuk hari ini ayo kita lihat-lihat dulu, dan memutuskan belanjaan di akhir?"
"Mmm... Baiklah."
Aisha kembali memakai seragamnya dan keluar dari ruang ganti. Kami lalu berkeliling mal bersama.
Mal ini cukup luas sampai tidak bisa dijelajahi dalam satu hari, tapi karena ini daerah kami, kami sudah tahu area mana yang memiliki toko-toko sesuai selera kami.
"Selanjutnya aku ingin melihat pakaian untuk Kouki..."
"Pakaianku bisa dilihat terakhir saja."
Aku berpikir toko yang bisa dikunjungi terbatas, dan tidak akan semenarik melihat Aisha mencoba pakaian...
"Aku ingin melihat..."
"O-oh, begitu..."
Tanpa ada yang memimpin, langkah kami berdua menuju ke toko pakaian pria.
Di tengah perjalanan—
"Selamat datang~ Mau mencoba duduk di sini?"
Seorang staf toko memanggil kami di depan toko bantal beads dengan interior warna-warni yang mencolok.
"Bagaimana, Kouki?"
"Bagaimana ya...?"
Sebenarnya aku sudah lama berpikir alangkah baiknya kalo ada yang seperti itu di kamarku, tapi aku tidak pernah punya kesempatan untuk melihatnya.
Ada yang bilang bantal beads bisa membuat orang malas, tapi di toko ini tersedia berbagai ukuran hingga sebesar sofa dengan warna-warni yang menggiurkan.
Mungkin ekspresiku yang bingung itu terbaca, karena Aisha menarik tanganku mengikuti staf toko itu.
"Pasangan Anda sangat manis. Bagaimana? Bantal ini bagus untuk kamar, lho."
Staf toko itu berbisik padaku.
"Bagus...?"
"Ini ukuran untuk 2 orang, silakan coba duduk."
Aku duduk di bantal panjang yang ditunjukkan sambil sedikit bingung.
"Silakan kau juga nona."
"Eh... iya."
Bantal itu tidak terlalu besar. Tentu saja saat duduk berdua...
"Nah, lihat? Bagian tengahnya akan melengkung ke dalam, jadi secara alami kalian akan berdekatan seperti ini."
Aku ragu dengan kalimat promosi itu, tapi Aisha yang duduk di sebelahku pun tersipu malu tapi dia tetap diam dan tidak mau beranjak dari sisiku.
Aku mulai serius mempertimbangkan untuk membelinya...
"Omong-omong, kalo ditegakkan, ini bisa digunakan seperti kursi biasa untuk satu orang. Cukup serbaguna, lho~"
Seperti kata staf toko, bantal itu ternyata bisa digunakan dengan berbagai cara. Kekhawatiranku tentang tempat menyimpannya pun sepertinya bisa diatasi...
Aisha yang ada di sampingku juga terlihat nyaman, dan setelah melihat label harganya, ternyata masih terjangkau dengan uang hasil kerjaku. Memang mahal, tapi...
"Bolehkah kami memikirkannya dulu dan kembali lain kali dengan mobil keluarga?"
"Baik! Kami tunggu kedatangan Anda lagi!"
Lagipula, untuk membawanya pulang, aku pasti perlu meminjam mobil orang tuaku. Untuk sekarang, ini solusi yang cukup...
"Eh? Aisha?"
Aku menoleh ke Aisha yang masih belum berdiri...
"Eh...?"
Mungkin karena aku berdiri tadi, bagian tengah bantal semakin melengkung kedalam, membuat kakinya terangkat. Dari posisiku, terlihat jelas bagian dalam roknya...
"Aku... tidak bisa berdiri..."
"Rokmu terbuka, jadi aku akan menarikmu berdiri."
"!?"
Aisha langsung menahan roknya dengan cepat.
Syukurlah, tidak ada orang lain yang bisa melihat selain aku...
"Aku tarik ya."
"Maaf, ya?"
"1, 2───"
Aku berhasil menarik Aisha berdiri dengan memegang tangannya, tapi...
"Kyaa!"
"Ups───"
Aisha malah terjatuh ke pelukanku karena aku yang terlalu kencang menariknya.
"Fufu. Kalian sangat mesra, ya~"
"......"
Merasa tatapan hangat staf toko itu, kami pun buru-buru meninggalkan toko.