Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 3 chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
"Kenapa bisa jadi begini...?"
"Ah..."
Sebenarnya, hari ini kami ber-4 sudah merencanakan untuk pergi bersama, tapi Aisha dan Manami mendadak tidak bisa ikut.
Ada seorang kerabat jauh mereka yang meninggal dunia.
Meskipun bukan sosok yang terlalu dekat sampai perlu dikhawatirkan secara emosional, tapi tetap saja situasinya tetap mengharuskan mereka hadir untuk menunjukkan rasa hormat.
Hal ini memang tidak dapat dihindari, jadi bukan masalah besar, tapi...
"Lalu...bagaimana?"
Sebenarnya, rencananya bisa saja ditunda.
Tapi, tujuan utama hari ini adalah menemani Yuki untuk membeli berbagai barang yang ingin dia ganti setelah pindah rumah, sehingga kami tetap memutuskan untuk bertemu.
Lagi pula, Aisha dan Manami menyarankan agar aku membantunya membawa barang, dan Yuki pun tidak menolak.
Bahkan, saat aku sempat mengusulkan untuk membatalkannya, Yuki langsung mengirimkan pesan dengan semangat.
"Pasti cukup sulit kaloYuki sendirian..."
"Ti-tidak apa-apa! Aku memang ingin berbelanja, dan kalo Kouki-kun mau, aku akan sangat berterima kasih."
Yuki mengirim pesan ini sambil menambahkan stiker kelinci yang membungkuk dengan manis, jadi kupikir semuanya akan berjalan dengan baik.
Begitu pikirku...tapi ternyata...
"Ah...."
Yuki terlihat menunduk, wajahnya tertutup oleh rambut, dia terlihat menyusut dan tampak sangat pendiam.
Tapi walaupun begitu, dia terus memegang ujung bajuku dengan erat, seolah dia tidak mau melepaskannya, itu mengingatkanku pada Manami ketika dia dulu masih sangat pemalu.
Maka dimulailah hari yang sepertinya cukup menegangkan ini, tanpa kehadiran Aisha dan Manami di sisi kami.
◇
"Selanjutnya ke sana, kan?"
"....Ya."
Ternyata, belanja kami berjalan dengan lancar.
Yuki, yang berjalan di belakangku, memegang ujung bajuku dengan perlahan.
Setiap kali ada tempat yang ingin dia tuju, dia akan sedikit menarik bajuku ke arah tersebut, seakan memberi petunjuk arah.
Rasanya seperti aku ini seekor kuda yang dituntun.
Yah, itu tidak masalah, tapi tetap saja...
"Kita sudah berjalan sepanjang hari. Apa kau tidak lelah?"
"Aku baik-baik saja...ah..."
Sepertinya, Yuki mulai merasa lebih nyaman, karena dia mulai bicara sedikit lebih banyak.
Dia melihat ke arahku dan membuka mulutnya.
"Maaf ya, Kouki-kun. Kau jadi lelah, ya..."
"Tidak, aku baik-baik saja—hei, jangan tarik aku begitu!"
Yuki, dengan tampilan kecil dan lembutnya, ternyata memiliki tenaga yang cukup kuat dalam menarikku, mungkin hampir seperti Manami...
"Tunggu, kita mau ke mana? Kalo terus begini, kita akan keluar dari pusat perbelanjaan."
"....Ke sana."
Tanpa memberi kesempatan untuk ku menolak, Yuki menarikku dengan mantap.
Tidak ada pilihan, aku pun menurut dan mengikutinya.
Akhirnya, kami sampai di tempat yang dituju...
"Karaoke?"
"...Istirahat."
Begitu, rupanya Yuki memperhatikanku dan memberi kesempatan untuk beristirahat.
Memang aku membawa cukup banyak barang, jadi meskipun tidak kuakui, aku sebenarnya cukup lelah...
"Apa kau tidak suka...?"
Dengan memegang ujung bajuku, Yuki memiringkan kepalanya, bertanya dengan tatapan penuh harap.
Matanya yang penuh keinginan mengingatkan ku pada anak anjing kecil.
"Ayo kita masuk."
"Ya!"
Senyumnya langsung melebar penuh kegembiraan, seolah-olah dia memiliki ekor yang akan bergoyang jika dia memilikinya.
Kami pun masuk ke tempat karaoke.
Kukira aku yang harus berurusan dengan pegawai di sana, tapi Yuki ternyata cukup terbiasa.
Dengan cekatan, dia menentukan pilihan-pilihannya dan menerima kertas berisi nomor ruang dari kasir.
"Kau sering datang ke sini, ya?"
Sambil menaiki tangga, aku bertanya padanya.
"Kalo ke sini sih, aku baru pertama kali..."
Tapi dari sikapnya, jelas kalo dia sering pergi karaoke.
Tentu ini cukup mengejutkan, tapi mungkin yang lebih mengejutkan lagi adalah apa yang terjadi setelah kami masuk ke ruangan karaoke.
◇
".....Sangat luar biasa."
Saat aku berbisik begitu, Yuki yang menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya langsung menggelengkan kepala dengan cepat, meskipun di layar tertera skor hampir 100.
Karena ini adalah lagu dari artis wanita terbaru yang sering diputar di mana-mana, aku sudah sering mendengarnya, tapi ini...
"Sepertinya kau tidak kalah dari orang-orang yang mengunggah video cover, ya..."
"Ah, tidak, sama sekali tidak begitu..."
Yuki menggelengkan kepala lebih keras lagi.
Dia benar-benar seperti anak anjing atau sesuatu yang serupa...
"Yuki, kenapa tidak mencoba membuat postingan juga? Mungkin kau bisa coba mengunggahnya."
"Eh!?"
Yuki tampak sangat terkejut hingga tidak sempat menyembunyikan wajahnya.
"Aku sih tidak begitu tahu, tapi aku rasa kau bisa sukses kok."
Aku menyampaikan ini dengan santai, dan Yuki mulai berpikir, "Hmm..." sambil terlihat merenung.
"Eh..."
Aku hampir ingin berkata kalo dia tidak perlu terlalu khawatir tentang itu, tapi...
"Apa aku bisa...ya?"
Yuki menatapku dengan mata yang penuh ketidakpastian dan harapan.
Matanya yang tersembunyi di balik rambut panjangnya berkilau dengan perasaan campuran antara kecemasan dan harapan.
Karena itu, aku pun...
"Kalo kita bersama, aku rasa kau bisa melakukannya."
"Bersama?"
"Iya. Tentu saja, aku tidak bisa bernyanyi, tapi aku akan membantu dengan hal-hal yang bisa aku bantu."
"Kalo dengan Kouki-kun, bersama-sama..."
Yuki kembali menundukkan kepalanya, seakan memikirkan lebih dalam.
Aku mengamati dia sejenak.
Aku rasa kalo Yuki bisa mengembangkan kepercayaan dirinya dengan melakukan hal-hal yang dia sukai, itu akan sangat bagus.
Setelah beberapa waktu, akhirnya Yuki mengirim pesan.
──Pikong
"Terima kasih."
Pesan itu di sertai dengan stiker kelinci yang penuh semangat, Yuki mengirimkan pesan dengan mata yang masih tertutup rambut panjangnya, namun dengan pandangan yang teguh mengarah padaku.
Ini adalah langkah pertamanya.
Aku harus mendukung Yuki dengan baik dalam langkah pertamanya ini.
"Serahkan padaku."
Aku mengatakan itu, lalu tersenyum.
Kami melanjutkan karaoke sambil saling mengirim pesan dengan informasi yang mungkin dibutuhkan.
"Sepertinya banyak aplikasi di Hp yang bisa dipakai untuk ini, ya?"
"Membuat video memang susah, tapi kalo berhasil, hasilnya luar biasa."
"Memang..."
Selain mikrofon, ada juga perangkat audio interface yang diperlukan, dan untuk mengedit video di komputer, ada perangkat lunak berbayar yang harus digunakan.
Yuki terus menambahkan peralatan yang tampaknya sangat diperlukan ke dalam 'daftar belanja' pesan kami.
"Yah, nanti kita bicarakan dengan isi dompet kita..."
Melihat Yuki memilih peralatan dengan serius, aku merasa kalo berbicara tentang hal ini ternyata adalah keputusan yang tepat.
◇
Malam itu, aku melaporkan hal ini di grup pesan...
"Ooh! Jadi penyanyi, ya! Bagus! Itu kelihatannya menyenangkan!"
Pesan penuh semangat datang dari Manami.
"Katanya banyak orang yang menjadi profesional setelah mengunggah video mereka!"
"Oh, begitu ya? Itu luar biasa."
Profesional, ya... Meski Yuki mengirim stiker kelinci dengan tanda silang yang bergerak cepat, sepertinya dia tidak setuju...
"Yuki, apa kau bisa bernyanyi dengan baik?"
Aisha mengirim pesan dengan stiker beruang yang penuh harapan.
"Ku pikir dia lebih baik daripada orang yang pernah aku dengar di situs video."
"Ooh! Jadi Kouki-nii juga memberi persetujuan!"
Stiker kelinci Yuki kini bergerak lebih cepat, seakan menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat.
"Begitu ya. Haruskah aku meminta tanda tanganmu dari sekarang?"
Aisha, yang jarang ikut bercanda, mulai mengikuti alur percakapan, sementara stiker kelinci Yuki semakin cepat.
"Ah! Itu ide yang bagus! Aku harus pikirkan tanda tangannya!"
"Sebelum itu, kita butuh nama untuk videonta, kan?"
"Benar juga. Yuki, apa kau ada nama yang ingin kau pakai?"
"Ah! Aku sudah punya ide!"
Grup pesan yang meriah tanpa mempedulikan Yuki, yang tentu saja juga antusias, terlihat jelas dari gerakan stiker kelincinya.
Tapi...
"Apa aku tidak bisa mengikuti kecepatan keduanya?"
Lebih dari sekadar kecepatan mengetik, sepertinya aku kesulitan dengan tempo percakapan mereka.
"Semoga Yuki bisa terbiasa dengan ini sedikit demi sedikit."
Daripada memikirkan bagaimana hasil dari unggahan lagunya, aku lebih berharap Yuki bisa sedikit demi sedikit membangun kepercayaan dirinya, sambil menyaksikan obrolan mereka yang seru.