Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 4 chapter 10. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
"Memang agak terlambat untuk dibahas, tapi... bukankah akan lebih baik kalo hanya berdua saja?"
Manami berkata dengan nada cemas.
"Tidak, justru tempat seperti ini pasti lebih menyenangkan kalo Manami dan Yuki ikut juga."
"Itu memang benar, tapi...Onee-chan apa kau tidak apa-apa?"
"Aku juga senang bisa datang ke sini bersama kalian."
"Kalo begitu, ya sudah deh. Ayo kita bersenang-senang!"
Manami yang penuh semangat langsung berlari.
Setelah berganti-ganti kereta, kami akhirnya tiba di sebuah tempat rekreasi yang menyediakan arena bermain seperti atletik dan trampolin.
"Aku juga mau pergi."
Yuki, yang tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sabarnya, ikut berlari.
"Rasanya seperti sedang membawa anak kecil jalan-jalan, ya..."
"Fufu."
Aisha tersenyum, lalu kami berjalan perlahan bersama untuk mengejar mereka berdua dan masuk ke dalam fasilitas itu.
◇
"Kouki-nii! Lihat, lihat! Aku salto ke belakang!"
"Hebat sekali..."
"Benar-benar mengagumkan..."
Di dalam fasilitas tersebut terdapat beberapa trampolin yang dipisahkan oleh bantalan, sehingga masing-masing orang dapat menggunakan satu bagian secara terpisah.
Saat aku dan Aisha bersandar di bantalan di dekat dinding untuk beristirahat, Manami berputar-putar di udara.
Manami sebenarnya bisa melakukan salto ke belakang tanpa trampolin, tapi hari ini dia melompat jauh lebih tinggi dan berputar-putar tanpa henti.
Untuk orang sepertiku, aku bahkan tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi, tapi dari ekspresinya saja sudah terlihat betapa senangnya dia, jadi aku memutuskan untuk membiarkannya.
"Wah, berhasil!"
"Itu juga luar biasa..."
Ketika aku mengarahkan pandangan ke arah Yuki, dia berhasil mendarat setelah memutar tubuhnya 3 kali di udara.
Mereka berdua benar-benar luar biasa...
Tentu saja, aku tidak bisa melakukan hal-hal seperti mereka berdua, jadi kami memutuskan untuk mempelajari teknik-teknik dasar satu per satu dengan bimbingan staf.
Ngomong-ngomong, stafnya mengatakan kalk tidak ada yang bisa mereka ajarkan pada Manami dan Yuki, lalu mereka hanya menunjukkan video para profesional dan mendampingi kami sepenuhnya.
"Umm...pertama mendarat dengan lutut lalu berdiri, kan?"
"Betul. Saya senang ternyata saya masih punya pekerjaan yang bisa saya lakukan!"
Staf perempuan muda itu terlihat berbinar.
Setelah awalnya melihat kemampuan Manami yang luar biasa, dan kemudian menyaksikan Yuki───yang secara penampilan tidak terlihat seperti orang yang pandai olahraga───melakukan hal serupa, dia sempat kehilangan kepercayaan diri dan terlihat putus asa.
Tapi berkat Aisha, matanya kini kembali bersinar.
"Kalo ini masih bisa kulakukan, sepertinya."
Bangkit berdiri setelah mendarat dengan lutut masih cukup mudah.
"Berikutnya, ayo coba mendarat dengan punggung lalu berdiri kembali dengan cara yang sama."
"Dari belakang..."
Sepertinya, selain mendarat dengan lutut, teknik-teknik dasar untuk pemula berfokus pada kemampuan untuk bangkit dari berbagai posisi seperti jatuh dengan punggung, perut, atau mendarat dengan seluruh kaki dengan lutut diluruskan.
"Punggung terasa agak menakutkan, ya."
"Benar juga..."
Meskipun aku tahu kalo bagian belakang adalah trampolin empuk, tapi rasa takut tetap muncul secara tak terduga.
Saat aku mencobanya sendiri seperti ini, aku merasa semakin betapa luar biasanya Manami yang bisa melakukan salto belakang dengan begitu mudah.
Hanya jatuh dengan punggung saja sudah cukup menakutkan, apalagi berputar penuh seperti itu...rasanya leher bisa celaka kalau salah gerakan...
"Ahaha! Seru sekali!"
Sambil melirik Manami dan Yuki yang terus berputar-putar, kami pun menikmati trampolin dengan cara kami sendiri.
◇
"Banyak juga yang kita coba."
Di fasilitas ini, selain trampolin, juga terdapat jalur atraksi ala atletik, di mana kalkalo berhasil menyelesaikannya dalam batas waktu tertentu, pengunjung akan mendapatkan handuk sebagai hadiah. Ada juga ring basket di ujung trampolin untuk berlatih dunk, dan masih banyak hal menarik lainnya.
'Dunk tadi rasanya memuaskan sekali. Kalo aku bisa lompat sedikit lebih tinggi, mungkin aku bisa melakukannya juga di pertandingan sesungguhnya."
"Kalo sampai sejauh itu, jangan-jangan kau malah lebih banyak ditawari jadi atlet daripada penyanyi..."
"Ahaha."
Kalo dipikir-pikir secara tenang, Yuki memang bisa melakukan apa saja... Dan standar 'normal' untuk Yuki berada di level yang seolah-olah dia bisa menjalani profesi tersebut secara penuh, itu luar biasa.
Sifat pemalunya pun perlahan mulai membaik. Saat bersama kami atau dalam mode pekerjaannya sebagai penyanyi, dia sudah bisa berkomunikasi tanpa ada masalah yang berarti.
Meskipun saat berada di antara orang asing atau dikelilingi teman sekolahnya dia masih punya kebiasaan bersembunyi di belakangku, kelihatannya kebiasaan itu pun akan segera hilang.
Mengingat dulunya dia cukup aktif sampai bisa dibilang yang membesarkan Manami, mungkin bisa dikatakan dia hanya kembali ke jati dirinya yang sebenarnya.
"Ah—hari ini seru sekali!"
Sepertinya ini juga jadi olahraga yang cukup baik untuk Manami.
Meskipun kami menggunakan fasilitas yang sama, sepertinya tingkat kelelahan kami tidak sebanding dengan mereka.
"Sejujurnya, aku agak khawatir besok, soalnya otot-otot yang biasanya tidak kupakai hari ini jadi terasa sekali."
"Yuki-kun bilang akhir-akhir ini dia sibuk dengan kegiatan sebagai penyanyi, jadi dia tidak sempat berolahraga."
"Yup, benar."
Meski begitu, rasanya standar 'tidak sempat berolahraga' Yuki jauh berbeda dengan kami...
"Kalo sampai nyeri otot, aku dan Aisha juga sepertinya harus bersiap-siap..."
"Mungkin saja..."
Kurangnya olahraga jelas lebih parah di pihak kami. Tiba-tiba saja aku merasa takut menghadapi hari esok.
"Ah, iya! Supaya tidak terasa lelah besok, bagaimana kalo kita melakukan pijat setelah pulang nanti!"
Ide spontan khas Manami.
Tapi karena kami memang sudah mulai merasakan kekhawatiran akan kondisi tubuh kami besok, tanpa ragu kami langsung setuju dengan usul Manami.
"Setelah dipijat di rumah, baru kita bubar!"
Begitu Manami berkata sambil berjalan paling depan, aku dan Aisha pun saling tersenyum dan mengikutinya dari belakang...
◇
"Oh—pundakmu tegang sekali, ya?"
"Sedikit geli, sepertinya."
Begitu kami berkumpul di kamar Manami, dia langsung mulai memijat bahu Yuki.
"Kalo kau punya payudara yang besar, kau memang jadi gampang pegal, ya?"
"Eh, tu-tunggu, Manami-chan!?"
Sepertinya Yuki merasa malu karena topik itu dibicarakan di depanku, dan dengan satu tangan dia menutupi payudaranya sambil menatap bergantian antara Manami dan aku. Dia memang kadang mengutarakan hal-hal seperti itu sendiri, tapi kalo disebutkan orang lain, dia jadi malu.
Karena dia berusaha menutupinya, justru itu malah semakin mencolok... Tapi, aku tidak akan mengomentari apa pun. Pandanganku pun segera kuarahkan ke tempat lain.
Aku juga agak takut menatap ke arah Aisha yang duduk di sebelah.
Tapi, dalam suasana seperti itu, Manami tetap saja berbicara tanpa beban.
"Hmm, mungkin tenagaku kurang ya? Sepertinya lebih baik Kouki-nii saja yang urus dengan kekuatan prianya?"
"Ha...?"
Aku pikir justru Manami yang punya tenaga yang lebih besar...
"Ahaha, soalnya tadi waktu main di jalur atletik, aku lumayan banyak pakai tenaga buat cengkeraman, jadi sekarang aku tidak kuat lagi."
"Ah...begitu..."
Dia memang menyelesaikan jalur yang hanya bisa dilalui dengan berpegangan pada tonjolan selebar satu sentimeter... Jadi wajar kalo tenaganya habis.
"Kenapa kau tidak melakukannya?"
Tidak kusangka Aisha yang mengatakan itu. Seketika, aku pun tidak punya jalan untuk menghindar lagi.
Pijat seperti ini entah kenapa terasa menegangkan... Terlebih lagi, tubuh Yuki terlihat begitu lembut, sampai-sampai muncul rasa bersalah hanya untuk menyentuhnya.
"Kalo begitu, Onee-chan biar aku yang pijat! Sepertinya kakimu perlu diregangkan, kalo tidak, besok bisa parah lho!"
"Baiklah...aku serahkan padamu."
Setelah mengatakan itu, Aisha berjalan ke arah tempat tidur Manami, lalu dia berbaring dan mulai menerima pijatan darinya.
Kenapa, ya...? Apa tujuannya? Saat aku sedang bertanya-tanya, Yuki tiba-tiba berbisik di telingaku.
"Besok kau ada janji kencan dengan Aisha-chan, kan? Aku yang tukar jadwal supaya kalian bisa pergi."
"Ah───"
Aku pikir ajakan Aisha tadi di jalan pulang itu spontan, ternyata itu sudah direncanakan seperti ini.
Tunggu...apa aku sekarang sedang membayar 'biaya' pertukaran itu...?
"Kalo begitu, aku serahkan padamu, ya. Kouki-kun."
Yuki yang tadi mendekat kini duduk tepat di depanku.
Aku melirik Aisha, tapi dia tidak terlihat mempermasalahkan apa pun. Kalo begitu, baiklah...
"Akan kumulai."
"Ya."
Aku pikir memijat bahu dari belakang tidak akan menjadi masalah. Tapi kemudian…
"Mm...ah, enak sekali."
...Sepertinya suara yang keluar itu bukan suara yang seharusnya dilontarkan seorang penyanyi populer saat ini.
"Ahh! Iya, di situ!"
"Tunggu sebentar, waktu dipijat Manami kau tidak mengeluarkan suara seperti itu, kan?"
"Soalnya tadi Manami-chan benar-benar sudah tidak ada tenaganya..."
"Ahaha. Kouki-nii, itu biasa kok, jadi tidak usah dipikirkan."
Manami mengatakan itu sambil duduk di atas Aisha yang sedang dipijatnya.
"Kalo kau bisa memijat Aisha, mestinya kau bisa juga memijat Yuki, kan!?"
"Masalahnya, yang satu Onee-chan, yang satu lagi Yuki-kun. Tingkat ketegangannya beda."
"Hmm..."
Aisha menunjukkan ekspresi tidak senang untuk pertama kalinya. Matanya tertuju pada payudara Yuki.
"Bukan itu maksudku...lebih ke perbedaan aktivitas fisik dan massa otot."
"Begitu..."
Setelah mengatakan itu, Aisha pun kembali tenang.
Kelihatannya dia memang cukup memperhatikan hal itu...
Meski Aisha tidak masalah dengan kegiatan seperti dipijat atau pergi bersama, sepertinya kalk soal payudara Yuki, dia menyimpan sedikit perasaan tersendiri.
"Ahhh! Haah...enak sekali..."
Agar tidak terlalu terpengaruh oleh suara-suara itu, aku memfokuskan diri pada pikiranku sendiri dan berusaha menyelesaikan pijatan hingga Yuki merasa puas.
Setelah itu, aku pun menerima pijatan dari Manami, tapi pada akhirnya Aisha dan Yuki ikut bergabung, dan kami pun berakhir saling memijat dalam kekacauan yang menyenangkan.