> PROLOG

PROLOG

 Kamu saat ini sedang membaca  Ore no 'unmei no akai ito' ni tsunagatteta no wa, tenteki no yōna joshidatta kudanvolume 1 Prolog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw



Bunyi lonceng bergema, menandai berakhirnya waktu pelajaran dengan sedikit rasa tegang.


Itu tadi adalah pelajaran terakhir hari ini. Aku tidak ada urusan sepulang sekolah, jadi lebih baik aku segera pulang.


Saat aku sedang bersenandung kecil sambil membereskan barang-barang ku untuk pulang, tiba-tiba.


Di depan mataku, seorang gadis dengan ekspresi yang seolah-olah berkata "Aku sedang tidak senang", berdiri di depanku sambil menyilangkan tangannya.


"Hei, Sanada."


"Ugh..."


Lagi-lagi dia.


Ayahnya orang Jepang, ibunya orang asing. Rambutnya berwarna pirang dan panjangnya medium.


Bulu matanya panjang, dengan mata berbentuk almond yang indah. Bola matanya berwarna merah menyala, seperti api yang berkobar.


Wajahnya sangat cantik, tidak seperti orang Jepang pada umumnya. Di juga memiliki daya tarik seks. Selain itu, dia memiliki proporsi tubuh yang luar biasa sehingga sulit dipercaya bahwa dia adalah seorang siswa SMA.


...Bagi seorang laki-laki, wajar saja kalo perhatian mereka tertuju pada hal tertentu. Itu adalah naluri alami.


Sebagian kecil dari dirinya begitu menonjol bahkan melalui blazer tebal yang dia kenakan, itu tetap terlihat jelas. Singkatnya, besar. Cukup sampai di situ.


Tidak diragukan lagi, dia adalah gadis tercantik di seluruh sekolah ini.


──────Tapi.


"Apa maksudmu 'ugh'? Itu tidak sopan, tahu!"


"Bagaimana perasaanmu kalo aku tiba-tiba berdiri di depanmu seperti ini?"


"Aku akan memukulmu."


"Jangan jadi gadis kasar, dasar tukang pukul."


Pernyataannya yang terlalu kasar itu membuatku terkejut sampai kehabisan kata-kata. Orang ini benar-benar membenciku. 


...Ah, meskipun begitu, aku juga tidak bisa banyak bicara soal sikapku terhadapnya.


Nama gadis blasteran yang cantik ini adalah Kuonji Riran.


Sejak SMP, dia selalu menjadi duri dalam dagingku. Bisa dibilang, dia adalah musuh alamiku.


Setelah menghela napas kecil, Kuonji membuka mulutnya untuk berbicara.


"Sanada. Hanya kau yang belum mengumpulkan catatan matematikamu."


"Kenapa kau tahu soal itu? Stalker?"


"A-apa?! Tentu saja tidak! Aku diminta oleh Sensei untuk mengumpulkan catatan. Sensei mempercayakannya padaku, tahu!"


Kuonji berbicara dengan wajah penuh rasa bangga, sambil menunjuk ke arah tumpukan catatan di meja guru.


Ada sekitar 40 catatan yang menumpuk di sana, jumlah yang cukup banyak. Jelas, tidak mungkin seorang gadis bisa membawa semuanya sendirian.


...Yah, itu bukan urusanku. Aku hanya perlu menyerahkan catatanku dan cepat pulang.


Ketika aku menyerahkan sebuah buku catatan kepadanya, dia menerimanya dengan puas dan pergi mengambil tumpukan buku catatan itu.


Tapi, jumlahnya terlalu banyak dan terlihat tidak stabil. Tumpukan itu terlihat hampir jatuh. Ya, kalo 40 catatan, wajar saja seperti ini.


Serius, Minowa-sensei, jangan menyuruh seorang gadis membawa beban sebanyak ini.


"Heh, apa kau yakin kau bisa membawa semuanya?"


"H-hmph! Tentu saja... s-sedikit seperti ini...!"


Dia terlihat gemetar sambil mencoba mengangkatnya, dan jelas sekali dia tidak baik-baik saja. 


...Sial, aku tidak bisa terus diam melihat ini.


Ketika aku selesai bersiap-siap untuk pulang dan meletakkan tasku di punggung, aku mengambil sebagian besar catatan yang hampir jatuh dari tumpukan itu.


Kuonji terlihat terkejut. Dia memandangiku dengan bingung, bergantian melihat tumpukan catatan yang ada di tanganku dan sekitar 5 buku yang tersisa di tangannya.


Wajahnya memerah, lalu dia mulai marah dengan suara lantang seperti orang yang terbakar emosi.


"Tunggu! Itu adalah tugas yang diberikan padaku! Kembalikan sekarang, dasar bodoh!"


"Melihat situasimu tadi, aku tidak bisa berpura-pura tidak peduli. Aku bukan orang yang begitu tidak berperasaan hingga langsung pulang begitu saja."


"Hmph! ...Terima kasih."


Dia memang orang yang cukup jujur, dia bahkan mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang dianggap sebagai musuhnya.


Tapi, pada saat itu──────


"Fufu, kalian berdua seperti pasangan suami istri lagi, ya?"


"Kami bukan pasangan!"


"Suara ini..."


"Ryuguin...sudah kukatakan berkali-kali, berhentilah membuat candaan seperti itu."


"Benar! Siapa juga yang mau bersama orang seperti dia!"


"Itu juga yang ingin kukatakan."


"Apa?! Apa yang membuatmu tidak puas denganku?"


"Mungkin lebih tepatnya, apa yang tidak salah darimu?"


"Menyebalkan...!"


Kuonji menunjukkan giginya, seperti mengancam. Kau ini anjing, atau apa?


Ryuguin, yang terlihat menikmati interaksi kami, memeluk Kuonji sambil mengelus kepalanya.


"Sanada, maafkan dia, ya. Anak ini hanya tidak bisa jujur."


"A-apa?! Apa yang kau bicarakan, Rion! Justru aku ini termasuk orang yang paling jujur!"


"Iya, iya."


Senyumannya lembut, seperti Perawan Maria. Sungguh, Ryuguin memang manis.


[TL\n: Perawan Maria, atau yang dikenal juga sebagai Maria, Bunda Yesus, adalah tokoh penting dalam tradisi Kristen, khususnya dalam Gereja Katolik, Ortodoks, dan beberapa denominasi Protestan. Ia dihormati sebagai ibu dari Yesus Kristus, yang dipercaya sebagai Anak Allah dalam iman Kristen.]


Dia memiliki rambut hitam panjang yang lurus dan halus. Matanya juga hitam dengan tatapan lembut yang menenangkan. Di bawah mata kirinya ada tahi lalat kecil yang menambah kesan seksi dan memikat. Meskipun payudaranya tidak begitu besar, dia memiliki kaki dan tangan yang panjang seperti model, dengan wajah kecil yang sempurna.


Dia benar-benar adalah gambaran sempurna dari seorang Yamato Nadeshiko. Itulah dia, Ryuguin Rion.


[TL\n:Yamato Nadeshiko (大和撫子) adalah istilah dalam budaya Jepang yang merujuk pada gambaran ideal perempuan Jepang tradisional. Secara harfiah, istilah ini berasal dari kata "Yamato" (大和), yang berarti Jepang kuno, dan "Nadeshiko" (撫子), nama bunga dianthus (pink atau anyelir). Simbolik, istilah ini melambangkan kelembutan, kecantikan, dan keanggunan perempuan.]


Sejujurnya, aku berharap Kuonji bisa belajar sesuatu dari Ryuguin. Kalo dia bisa, mungkin dia akan menjadi lebih tenang, lembut, dan sedikit lebih menarik.


"Kau baru saja memikirkan sesuatu yang tidak sopan, kan?"


"Itu hanya perasaanmu saja."


Berhentilah membaca pikiran orang secara alami seperti itu.


Saat aku berjalan di koridor sambil membawa catatan, Ryuguin yang berjalan berdampingan dengan Kuonji di belakangku tiba-tiba berbicara seolah mengingat sesuatu.


"Ngomong-ngomong, besok adalah hari takdir."


Ah, benar juga. Besok, 22 April. Hari yang dikenal sebagai Hari Takdir.


Pada hari itu, setiap remaja yang genap berusia 16 tahun akan mendapati benang merah muncul di jari manis tangan kiri mereka.


Penyakit aneh yang disebut 'Red String Syndrome of Fate'.


Dikatakan bahwa benang merah ini akan terhubung dengan seseorang yang seumuran di belahan dunia mana pun, dan benang tersebut akan tiba-tiba muncul pada Hari Takdir. 


Konon, pada saat itu pula, wajah orang yang menjadi pasangan takdir kita akan muncul dalam pikiran.


Benang ini tidak bisa dipotong atau dibakar, dan penyebabnya masih menjadi misteri.


Tapi, masyarakat tidak menganggapnya sebagai penyakit, melainkan sebuah keajaiban dari Tuhan.


Untuk beberapa alasan. Dikatakan kalo pasangan yang terhubung oleh benang merah ini pasti akan membawa keberuntungan kalo mereka bersama.


Itulah sebabnya, benang yang muncul di jari manis tangan kiri ini disebut Benang Merah Takdir.


Aku bertanya-tanya, siapa yang terhubung dengan 'benang merah'ku? Hal ini benar-benar membuatku penasaran.


Kalo aku saja merasa penasaran seperti ini, apalagi Ryuguin. Dia bahkan memandangi jari manis tangan kirinya dengan mata yang berbinar penuh antusiasme.


"Hehe. Aku penasaran, orang seperti apa yang terhubung denganku. Sepertinya menyenangkan, ya, Riran-chan?"


"Begitukah? Bukankah tidak menyenangkan kalo seseorang yang kau sukai ditentukan tanpa kehendakmu sendiri?"


"Riran-chan, orang yang membuatmu tidak keberatan dengan hal itu adalah 'orang takdirmu'."


"Hmm... entahlah."


Memang benar. Orang tuaku juga pernah berkata kalo mereka saling jatuh cinta sejak pertama kali bertemu. Atau lebih tepatnya, sejak wajah pasangan mereka muncul dalam pikiran, mereka langsung merasa seperti ingin menikah.


Banyak hal misterius tentang Benang Merah Takdir.


Aku tidak ingin terlalu berharap, tapi akan lebih baik kalo orang yang terhubung denganku adalah seseorang yang lembut, perhatian, dan—yah, memiliki payudara besar. 


Aku tidak berharap banyak, sungguh.


Hal yang penting perlu diulang 2 kali.


Saat aku sedang tenggelam dalam imajinasi (bukan khayalan, sungguh), dari sudut mataku aku melihat Kuonji yang sesekali mencuri pandang ke arahku.


"Ada apa?"


"H-hah?! A-ada apa maksudmu?"


Dia langsung memalingkan wajahnya dengan jelas.


"Kau tadi melihat ke arahku, kan? Kalo ada yang ingin kau katakan, bilang saja."


"Aku tidak melihatmu! Jangan terlalu percaya diri!"


"Tapi tadi kau memang melihatku."


"Tidak, aku tidak melihatmu!"


Dia ini sungguh keras kepala. ...Yah, mau dia melihatku atau tidak, itu sebenarnya tidak terlalu penting.


Sambil melanjutkan percakapan seperti itu, kami tiba di depan ruang guru.


"Kalo begitu, Riran-chan, aku tunggu di luar, ya."


"Baik, aku akan segera kembali."


Kuonji membuka pintu ruang guru. Begitu masuk, guru matematika kami, Minowa-sensei, menyadari kehadiran kami dan menyambut kami dengan senyum ramah. 


Minowa-sensei adalah guru senior yang sudah cukup tua dan dikenal oleh semua murid sebagai 'Oba-san' sekolah kami.


"Ah, seperti biasa, kalian berdua terlihat sangat dekat ya, Riran-san dan Akito-kun."


" "Kami tidak dekat!" "

 

"Lihat, kalian benar-benar kompak."


" "Kami tidak kompak!" "


"Aku pikir, kaalo kalian ber-2 jadi pasangan takdir, itu pasti akan sangat indah."


"Itu tidak indah! ...Jangan meniru ucapanku!"


Sungguh, dia benar-benar menyebalkan.


Sejak SMP, dia selalu seperti ini. Aku bahkan tidak ingat pernah melakukan sesuatu yang membuatnya marah, tapi dia terus-menerus mencari masalah denganku. Apa yang sebenarnya dia inginkan?


"Hmph. ...Aku benci. Aku benar-benar benci padamu. Hmph."


Kuonji menjulurkan lidahnya sedikit, seperti sedang mengancam. Ya, aku tahu kau membenciku.


Setelah selesai di ruang guru, kami keluar, dan Ryuguin yang menunggu di koridor segera berlari menghampiri dan memeluk Kuonji.


"Selamat datang kembali~"


"Urgh. Rion, itu menyakitkan...!"


"Ah, maaf."


Ryuguin menjulurkan lidahnya dengan manis. Dia benar-benar menggemaskan.


Kuonji menerima pelukan Ryuguin sambil menghela napas kecil.


"Aah, seandainya orang yang menjadi takdirku adalah Rion, itu pasti lebih baik."


"Aku sih, kalo dengan Riran-chan, aku rela dipeluk."


"Maaf, itu tidak mungkin."


"Jahat!"


Kenapa mereka bersikap seperti itu di dalam sekolah? ...Sudah cukup, aku sudah selesai dengan ini, saatnya pulang.


Saat aku berbalik meninggalkan mereka yang terus bersikap manis, Kuonji tiba-tiba memanggilku dengan suara keras, seperti hendak menggigit.


"Hei, Sanada! Besok giliranmu jadi piket, ingat itu! Jangan lupa!"


"Apa kau pikir kau ibuku?"


"Jawab!"


"...Iya, iya."


"Ya, bagus!"


Kata-kata itu, benar-benar seperti seorang ibu.


★★★


Setelah pulang sekolah, aku kembali ke rumah dan melakukan rutinitas latihan serta membaca light novel dan manga baru yang terbit, tapi sejujurnya, aku tidak bisa berkonsentrasi sama sekali.


Waktu sudah menunjukkan pukul 23:50. 


Hanya 10 menit lagi menuju tanggal 22 April, hari takdir.


Sebenarnya, sejak pulang sekolah aku merasa sangat gelisah, dan aku merasa seperti sedang menjalani hari terpanjang dalam hidupku.


Hmm, seperti apa ya orang yang menjadi takdirku? Apa dia orang Jepang, atau mungkin orang asing? Bahkan itu pun masih menjadi pertanyaan.


Meskipun begitu, sejak 'benang merah takdir' mulai terlihat, bahasa Inggris menjadi bahasa internasional, jadi aku tidak perlu khawatir soal itu.


Detak jantungku bertambah cepat karena gugup, tapi detik jam terus bergerak dengan kecepatan yang sama. Hanya mengukir dengan kecepatan yang sama seperti biasanya.


Seperti yang sudah disebutkan, menurut orang tuaku, kalo benang merah itu muncul, sosok orang yang menjadi takdirmu akan muncul dalam pikiranmu.


Mereka mengatakan meskipun nama orang itu tidak diketahui, sosoknya akan terus menghantui pikiranmu.


Aku penasaran akan menjadi orang seperti apa yang menjadi takdirku itu? Semoga dia orang yang cantik atau imut.


Kalo Ryuguin adalah orang yang takdirku, pasti aku akan sangat bahagia... Tapi, yah, hal itu mungkin tidak akan terjadi.


Aku melihat jam. Hanya tinggal 5 menit lagi sebelum tanggalnya berubah.


Meskipun baru berusia 16 tahun, 10 menit ini terasa seperti waktu yang terpanjang dalam hidupku.


Aku tidak merasa kedinginan, tapi tubuhku gemetar, dan detak jantungku semakin cepat.


4 menit lagi. 3 menit. 2 menit. 1 menit.


Huuu──────... Haa──────...


...Baiklah, datanglah!


'Sanada Akito──Aku sangat mencintaimu.'


.................Hah?


Rambut pirang medium. Mata almond berwarna merah. Payudara yang penuh yang tidak terlihat seperti milik seorang siswa SMA.


Wajah cantik yang jauh dari citra wajah orang Jepang, tersenyum lembut ke arahku di dalam pikiranku.


Orang itu adalah...


"Kuonji... Riran...!?"


◆Riran◆


"────────!!?"


Hah... tidak... tidak mungkin... ini bohong, kan!?


Sekarang... tanggal 22 April. Hari takdir.


Di jari manis tangan kiri ku, dengan jelas terlihat 'benang merah takdir'itu.


Dan yang muncul di benakku adalah wajah Sanada.


'Kuonji Riran──Aku mencintaimu.'


"~~~~~~~~~!!"


Sanada... Akito...!


Rambut hitamnya yang tidak terlalu panjang maupun pendek, terlihat rapi dan bersih. Matanya yang tampak tajam dan sipit, seakan-akan menunjukkan ekspresi dingin.


Sepertinya dia melakukan kickboxing dan latihan, itu terlihat dari tubuhnya yang kekar dan terlatih.


Sikapnya yang malas, cenderung ceroboh, dan selalu bersikap santai, membuatnya dikelilingi oleh banyak gadis di sekitarnya.


──Orang yang sangat kucintai.


Ah, mulai besok, bagaimana aku harus bertemu dengannya dengan ekspresi seperti apa?


"Sanada, bakaaa...!"



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال