> PROLOG

PROLOG

 Kamu saat ini sedang membaca  Kanojo ni uwaki sa rete ita ore ga, shōakumana kōhai ni natsuka rete imasu  volume 2  prolog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw







   

Sudah lama sejak terakhir kali aku bermimpi.


Sungguh suatu hal yang aneh, memang ada saat-saat ketika seseorang bisa menyadari kalo dirinya sedang bermimpi.


Saat ini, itulah yang kurasakan.


Masa muda di bangku SMA.


Dalam mimpiku, terbentang pemandangan sekolah lamaku yang kurindukan.


Rasanya aroma khas ruang kelas yang dulu akrab masih tercium di sekitarku.


Kenapa aku bermimpi seperti ini?


Bukan berarti aku punya ketidakpuasan besar dengan kehidupanku di kampus saat ini.


Ada beberapa hal yang ku sukai dari kampus tempatku berkuliah sekarang, yang kucapai dengan susah payah untuk kumasuki.


Jika dibandingkan dengan hidupku sebelumnya, kini aku memiliki kebebasan dan begitu banyak pilihan di depanku.


Tapi, ada kalanya aku ingin kembali ke masa SMA.


Terikat dengan kegiatan klub, tanpa kebebasan.


Ini adalah lingkungan unik di mana kita harus menghabiskan satu tahun penuh di ruangan yang sama dengan puluhan orang yang sebagian besar wajahnya akan berubah setiap tahunnya.


Kehidupan SMA yang kecil, namun terasa begitu besar saat itu. 


Seperti seekor katak di dalam tempurung.


Bukan hanya kenangan indah, kenangan pahit juga banyak.


Tapi, ada satu hal yang dapat kupastikan.


Bahwa masa SMA itu adalah waktu yang sangat penting dalam membentuk diriku yang sekarang.


Tanpa waktu itu, tidak akan ada aku yang seperti sekarang.


── Tepat setelah aku berpikir begitu, seorang siswi berambut panjang hitam masuk ke dalam pandanganku.


Karena ini hanya mimpi, hal seperti ini mungkin saja terjadi.


Seorang siswi sedang melihat sesuatu di luar jendela dengan ekspresi sedih.


Aku tahu siapa siswi itu.


Aku juga tahu kenapa dia memasant ekspresi melankolis di wajahnya.


Ketika aku membuka mulutku untuk memanggilnya, siswi itu menoleh ke arahku.


Mata besarnya masih terlihat begitu indah meskipun ini hanya mimpi, sampai-sampai aku tanpa sadar mengangkat bahuku sedikit.




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال