> PROLOG

PROLOG

 Kamu saat ini sedang membaca  Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 3, prolog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw



Kesadaranku perlahan mulai kembali, dan aku membuka kelopak mataku dengan lembut.


Aku dapat melihat langit-langit yang putih bersih. 


Langit-langit rumah keluarga Mizuki. Aku sudah menghabiskan lebih dari 2 minggu sejak liburan musim panas dimulai di kamar ini, jadi pemandangan ini sudah menjadi hal yang biasa untukku.


"Hmm?"


Aku merasakan kehadiran sesuatu di dalam futon. Rasanya seperti ada seseorang yang meringkuk dan tertidur di sekitar perutku...


Saat aku membuka selimut sambil teringat pada seekor kucing, seperti yang kuduga, seorang gadis kecil yang manis sedang menyelinap di bawahnya.


Napas lembutnya yang teratur, suu, suu, terdengar menenangkan hanya dengan mendengarnya. ...Itu adalah Nonoa-chan. 


Adik dari idol berkepribadian dingin, Mizuki Rinka—Mizuki Nonoa. 


Gadis kecil polos dan murni yang duduk di bangku kelas satu SD. Ekor kembar kecil di rambutnya menambah kesan kekanakan-kanakan khas Nonoa-chan.


Saat ini, dia benar-benar seperti seekor kucing, meringkuk dan menempel di samping perutku.


"Hoi, Nonoa-chan."


"...Nngh?"


Saat aku mengguncang lembut bahunya, dia perlahan membuka mata dan menatap wajahku. 


Senyum lembut khas anak kecil mengembang di wajahnya.


"Ah, selamat pagi, Kazuto-Onii-chan... ehe."


"..."


Senyum yang muncul tanpa sengaja, mungkin begitu. Dia manis sekali, sampai-sampai mengingatkanku pada malaikat.


Tidak, dia memang seperti malaikat itu sendiri. ...Sebagai catatan, aku bukan seorang lolicon.


Melihat sesuatu yang imut dan berpikir itu imut adalah emosi alami manusia...!


"Nonoa-chan, ada apa? Kenapa kau masuk ke dalam selimutku...?"


Aku terkejut karena ini pertama kalinya terjadi, lalu aku mencoba bertanya.


Nonoa-chan mengusap matanya yang masih mengantuk dan berkata pelan, "Nngh... aku datang untuk membangunkan Kazuto-Onii-chan..."


"Jadi kau malah tertidur meski niatnya membangunkanku?"


"Ya~"


Imut sekali. Apa Rinka juga pernah melewati masa seperti ini...?


Aku tak dapat membayangkannya, aku lalu berdiri bersama Nonoa-chan.


"Ngomong-ngomong, Rinka di mana?"


"Aku belum melihatnya sejak pagi ini~..."


"Begitu ya, mungkin dia sudah pergi lebih dulu."


Sebagai idol yang populer, mungkin dia memang tidak memiliki waktu pagi yang santai.


Biasanya, Rinka pulang larut dan pergi lebih awal. Sepertinya hari-harinya sangat sibuk.


"Kazuto-Onii-chan, gendong~"


"Baiklah."


Nonoa-chan mengangkat kedua tangannya minta digendong. 


Aku lalu mengangkatnya perlahan dan mendekapnya dengan hati-hati. 


Sepertinya dia masih mengantuk, karena dia menyandarkan kepalanya di dadaku dan mulai bernapas dalam-dalam. 


Anak kecil memang lemah terhadap pagi hari.


Sambil merasa terhibur dengan kehadiran Nonoa-chan, aku hendak keluar dari kamar—tapi tiba-tiba aku merasakan hawa dingin merambat di sepanjang punggungku.


Aku segera menoleh dan menyadari kali pintu lemari geser terbuka sedikit. Sangat sedikit.


Terbukanya persis cukup untuk mengintip keluar dari dalam...


"Apa yang harus kulakukan, aku merasakan kehadiran sesuatu...!"


Sudah pasti ada sesuatu di dalam sana. Aku tidak tahu siapa, tapi yang jelas ada.


Dengan langkah hati-hati, aku mendekati lemari itu.


Setelah menurunkan Nonoa-chan, aku membungkuk dan perlahan membuka pintunya───


Di sana terlihatlah Seorang wanita berambut panjang dengan tatapan kosong seperti bola kaca keruh sedang duduk memeluk lutut, menatap ke arah kami tanpa berkedip—!


"Uwaaaa Rinkaaa!!"


"Reaksimu persis seperti seseorang yang baru saja diserang hantu."


"Kenapa kau ada di dalam lemari...!"


Aku tahu...aku tahu dia ada di sana...! Tapi tetap saja aku kaget.


Idol populer berkepribadian dingin, apa sebenarnya yang sedang kau lakukan...sungguh, aku tidak mengerti.


"Kan Kazuto yang bilang."


"Aku? Aku tidak merasa mengatakan apa pun."


"'Jangan masuk ke dalam futon-ku'... itulah yang kau katakan."


"Ah..."


Benar juga, aku memang pernah mengatakan itu sebelumnya.


Rinka selalu menyelinap ke dalam futon-ku setiap malam, saat aku sudah tertidur.


Bahkan dia memelukku. Aku akan senang kalo gadis yang aku suka, yang juga seorang idol populer, melakukan hal seperti itu padaku, tapi...aku masih punya masalah dengan rasionalitasku. Tentu saja. Aku ini pria remaja dalam masa pubertas, dan kalo ada sesuatu yang memicu, tembok kendali diri yang kubangun bisa runtuh kapan saja.


Meskipun aku adalah warrior terkuat yang terus berdiri menghadapi musuh dan melindungi rekan-rekannya... (dalam game online).


Yah, kami ini sepasang kekasih, dan Rinka sendiri menganggap kami sudah seperti suami istri, jadi kalo pun kami sampai melewati batas...terkadang pikiran itu terlintas sekejap.


Tapi yang jadi masalah adalah sifat Rinka yang anehnya terlalu polos. 


Meskipun dia menganggap kami sebagai pasangan suami istri, dia akan langsung panik luar biasa kalo pembicaraan menyentuh hal-hal seksual. Tapi tetap saja, dia terus menempel padaku.


Sebagai idol berkepribadian dingin, sikap polos seperti anak kecil dalam hal-hal seperti ini benar-benar menyiksa dalam artian tersendiri.


Kalo aku sampai terbawa suasana, bisa saja hal ini ketahuan orang tuanya dan menimbulkan masalah besar.


Meski begitu, aku pikir orang tuanya mungkin akan bersikap cukup toleran.


Lagipula, Kasumi-san juga terlihat seperti mendukung hubungan kami ini...


Pokoknya, sekarang ini bukan waktu yang tepat, mengingat Rinka sedang sangat sibuk.


Aku pun ingin menghargai waktu yang kami habiskan bersama sebagai sepasang kekasih.


Karena itu, beberapa waktu lalu aku memintanya───sebelum kendali diriku benar-benar runtuh. Aku memintanya untuk tidak masuk ke dalam futon-ku.


"Kalo aku tidak boleh masuk ke dalam futon-mu...maka tidak ada pilihan lain selain aku masuk ke dalam lemari, kan?"


"A-aku sungguh tidak mengerti maksudmu! Masuk ke dalam lemari itu untuk apa...!"


"Aku bisa merasakan napas dan kehadiran Kazuto dari balik pintu ini... fufu."


"Jangan-jangan, kau... semalaman penuh─────────?"


Di dalam ruang gelap yang bernama lemari itu, Rinka menyunggingkan senyum samar yang terlihat suram. 


Ini gawat, aktivitas idol yang terlalu padat mungkin sudah membuatnya kelelahan. 


Tapi kemudian aku sadar—ini memang kebiasaan Rinka dari dulu.


"Kejam sekali dirimu, Kazuto. Kita ini pasangan suami istri, tapi kau memaksaku tidur di ruangan terpisah..."


"Kita bukan suami istri, tapi pasangan kekasih, ya. Lagipula, keluargamu juga ada di rumah, kan? Tidur di futon yang sama itu agak..."


"Jadi maksudmu, kalo kita berada di tempat hanya ada kita berdua saja, kau bersedia tidur bersamaku?"


"...Eh, itu... bagaimana ya..."


Rinka mengatakan hal-hal seperti itu dengan begitu percaya diri, sampai-sampai akulah yang jadi malu sendiri.


Meskipun kadang aku juga yang mengambil inisiatif mendekatinya (sesekali), pada akhirnya, akulah yang selalu dibuat kewalahan olehnya.


"Nee nee, Kazuto-Onii-chan. Aku juga ikut, ya?"


"Eh?"


"Kalo Rinka-Onee-chan dan Kazuto-Onii-chan pindah rumah, aku juga mau ikut~"


"Tidak boleh. Nonoa harus tetap tinggal di rumah ini."


"Tidak mau!"


Nonoa-chan memalingkan wajahnya dari Rinka dengan ekspresi cemberut. Gestur kekanak-kanakan itu terlihat sangat menggemaskan.


Tatapan tajam Rinka menyudutkanku, pandangannya seolah menusuk pipiku.


"Ada apa, Rinka...?"


"Kalian berdua benar-benar dekat, ya. Selalu bersama terus."


"Yah, sejak libur musim panas dimulai kami bermain bersama setiap hari, jadi..."


"Aku juga ingin digendong Kazuto dan tidur bersamanya setiap malam sambil dimanja-manja..."


"H-hey."


"Tentu saja bisa juga sebaliknya. Kalo Kazuto jadi anak kecil, aku akan menyayanginya dengan berbagai cara."


"Secara spesifik... dengan cara seperti apa—ya sudah, tidak usah dijelaskan."


"Ah, kira-kira Kazuto suka boneka mainan seperti apa, ya. Juga dot bayi, mungkin─────────"


"Cukup! Aku tetap diperlakukan seperti bayi, ya!"


"...Lalu, aku juga ingin main game online dengan Kazuto... ya, itu keinginan jujurku, tanpa basa-basi."


Suasana bercanda yang tadi menyelimuti ruangan tiba-tiba lenyap, dan Rinka mengucapkan kalimat itu dengan suara kecil, mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya.


Sebagai idol populer, sepertinya Rinka benar-benar tidak punya waktu untuk bermain game online saat ini.


Saat aku sedang memikirkan bagaimana cara menghiburnya, tiba-tiba lengan bajuku ditarik pelan oleh Nonoa-chan.


"Kazuto-Onii-chan, tetaplah di rumah ini, ya."


"Ya. Selama libur musim panas, aku akan terus di sini."


"Nngh... baiklah."


Nonoa menjawab dengan kepala tertunduk dan ekspresi sedih di wajahnya. 


Percakapan ini persis seperti saat pertama kali aku datang ke rumah ini. Dan idol bertipe dingi yang sedari tadi mengamati kami──────


"Aku iri... Aku iri pada Nonoa. Aku juga ingin menjadi anak kecil yang bebas dan lepas."


Dia berbisik begitu sambil mengisap jarinya, memandangi Nonoa-chan dengan tatapan penuh kerinduan...


Aku bertanya-tanya, apa orang-orang di luar sana akan percaya kalo mereka melihat sosok Rinka yang seperti ini sekarang.


Padahal di sekolah dia dikenal sebagai gadis yang membenci laki-laki, bahkan sebagian orang menyebutnya sebagai idol keren yang dingin dan tanpa belas kasihan.


★★★


"Aku tidak melihatnya sejak pagi tadi, jadi ternyata sejak pagi dia bersembunyi di dalam lemari, ya. Benar-benar mengerikan, meskipun dia adikku sendiri~"


Kasumi-san yang duduk di seberang berkata santai dengan nada tenang.


Meskipun dia mengucapkan kata mengerikan, sepertinya dia sudah terbiasa, dan dia terlihat sama sekali tidak terganggu.


"Aku benar-benar terkejut. Kalo begitu, lebih baik dia langsung masuk ke dalam futon-ku saja."


"Kalo itu terjadi, tolong jaga suaramu, ya."


"Apa maksudmu...?"


Aku memandang Kasumi-san dengan wajah keheranan, tapi dia hanya tertawa ringan penuh keceriaan. 


Sepertinya dia sangat menikmati ini...


Di ruang keluarga ini, hanya ada aku, Kasumi-san, dan Nonoka-chan yang sedang terpaku menonton TV.


Rinka sepertinya sedang bersiap-siap di kamarnya untuk pergi. Kedua orang tuanya tidak ada di rumah.


"Belakangan ini, bukan hanya Rinka, bahkan Nonoa pun sangat lengket padamu, Kazuto-kun. Dia terus memanggil Kazuto-Onii-chan, Kazuto-Onii-chan sepanjang waktu."


"Meski sekarang aku kalah oleh TV, sih."


Aku melirik ke arah Nonoa-chan yang sedang terpaku pada layar TV. 


Sepertinya dia sedang bersemangat menonton anime, karena kedua tangannya dia julurkan ke atas seolah sedang menirukan sebuah pose.


Di layar TV, terlihat seorang gadis bergaya idol yang sedang mengayunkan tongkat dan berubah menjadi gadis penyihir. 


Dilihat dari gaya gambarnya, ini pasti anime untuk anak-anak perempuan. Tapi kemungkinan besar juga ada penggemar besar dewasa di luar sana.


"Maaf, aku ke kamar mandi sebentar..."


Aku berdiri dari kursi dengan bunyi gesekan pelan—dan saat itu juga, Nonoa-chan mendadak menoleh ke arahku dengan ekspresi terkejut.


Sebelum aku sempat memahami apa yang terjadi, Nonoa-chan sudah berlari mendekat dan menarik-narik lenganku ke bawah dengan paksa. 


Ketika aku menurut dan duduk dengan tenang, dia mengangguk puas sambil berkata, "Un."


"Eh, Nonoa-chan?"


"Tidak boleh. Kazuto-Onii-chan harus tetap di sini."


"Eh..."


Setelah mengucapkan itu, dia kembali terpaku di depan televisi. ...Kenapa.


"Dia hanya ingin kau berada di ruang yang sama, mungkin?"


"Begitu, ya..."


"Apa kau sempat mengatakan sesuatu pada Nonoa? Sesuatu yang membuatnya merasa kesepian, seperti kau akan pergi jauh atau semacamnya?"


"Aku hanya bilang kalo aku akan tinggal di rumah ini selama liburan musim panas saja."


"Ah, jadi itu penyebabnya."


Kasumi-san menyilangkan tangan di dada dan mengangguk beberapa kali, seolah telah memahami semuanya.


Aku tentu senang kalo Nonoa-chan merasa sayang padaku, tapi sekarang aku benar-benar sedang menahan ingin buang air kecil. Ini gawat.


"Nonoa benar-benar menyukai Kazuto-kun, ya. Di rumah maupun di luar, yang dia sebut hanya 'Kazuto-Onii-chan, Kazuto-Onii-chan'... Nanti-nanti, dia bisa-bisa tumbuh jadi gadis versi ceria dari Rinka... Glek."


"......"


Melihat Kasumi-san yang bergidik ngeri, aku merasa seperti angin dingin bertiup melewati lubuk hatiku.


Tapi, disukai oleh malaikat kecil sepertinya itu hal baik, kan!


Meski begitu, aku tiba-tiba teringat pada ibu Rinka, dan kembali bergidik. Garis keturunan keluarga Mizuki benar-benar tidak bisa diremehkan.


"Ka-kalo begitu, rasanya aku sudah mencapai batasku. Aku ke kamar mandi dulu."


Dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, aku bangkit dari kursi dan melirik ke arah Nonoa-chan yang masih terpaku pada TV, lalu perlahan meninggalkan ruang keluarga.


Begitu aku masuk ke toilet, aku berhasil menuntaskan rasa ingin buang air itu, lalu mencuci tangan dan keluar dari kamar mandi.


"Ah, Kazuto."


Rinka, yang sepertinya baru saja selesai bersiap di kamarnya, keluar dari ruang tamu. Tas selempang besar yang tergantung di pundaknya menandakan kalo dia tidak akan pulang ke rumah dalam waktu dekat.


Saat aku ke kamar mandi tadi, rupanya Rinka sudah berpamitan dengan Nonoa-chan dan Kasumi-san.


"Apa kau mau berangkat sekarang?"


"Ya. Sepertinya aku tidak akan bisa bertemu Kazuto untuk sementara waktu."


"Menginap di luar selama 4 hari..., kan?"


"Kali ini agak membuatku cemas. Ini bukan acara dari Star☆Minds, tapi aku harus menginap sendirian."


Kami berjalan bersama menuju pintu masuk sambil berbicara.


Rinka, yang sedang berada di puncak popularitas di Star☆Minds, memang semakin sering mendapatkan pekerjaan solo. 


Hebat sekali... Sedangkan aku hanya main netgame di rumah atau bermain dengan Nonoa-chan.


"Aku akan sangat merindukanmu, benar-benar sangat..."


Sesampainya di pintu masuk, Rinka mulai mengenakan sepatunya, terlihat enggan berpisah.


"Hanya 4 hari, kok. Waktu akan cepat berlalu."


"Tidak semudah itu. Satu hari tanpa bertemu Kazuto terasa seperti penderitaan abadi. Karena kita adalah pasangan suami istri—dipisahkan dari orang yang dicintai adalah salah satu hal paling menyakitkan di dunia ini."


"Be-begitu ya...!"


Aku juga merasa sedih, tapi tidak sampai separah itu.


Masih dalam batas normal, seperti 

wah, aku merasa kesepian, atau semangat ya, Rinka.


"Sebagai gantinya, aku ingin merasakan kehadiran Kazuto dengan kuat..."


"Aku akan meneleponmu kalo kau lagi tidak terlalu sibuk."



"Terima kasih. Tapi, itu bukan yang kumaksud... itu bukan yang sebenarnya."


Rinka memandangku dengan mata yang terlihat seakan ingin berkata, kenapa kau tidak mengerti?


Aku baru sadar kalo dia sering menatap bibirku.


"Ah, jadi itu maksudmu..."


"Suamiku ini, kenapa baru sadar kalo sudah seperti ini..."


"Aku bukan suami, kita kan masih pacaran... Ah, sudah lah. Apa ini saat yang tepat untuk melakukan hal ini, rasanya agak memalukun..."


"Tapi kan kau pernah melakukannya sebelumnya, Kazuto."


"Itu kan karena serangan mendadak. Kalo sudah siap-siap begini, rasanya agak memalukan."


"Kenapa harus malu? Kita ini pasangan suami istri yang bertemu di dunia nyata, meskipun kita menikah di dunia netgame... Tidak ada alasan untuk merasa malu hanya karena ciuman."


"Tapi wajah Rinka malah merah sekali saat mengatakan itu."


"──────!"


Rinka cepat-cepat menutup pipinya dengan kedua tangannya. Imut sekali.


Aku memeriksa untuk memastikan apa Nonoa-chan ada di belakang kami. Setelah memastikan tidak ada, aku sedikit gugup dan menatap Rinka.


Rinka juga terlihat merasakan perubahan suasana dan menegangkan bahunya, bersiap dengan situasi ini.


...Tapi, dengan suasana yang tenang seperti ini, justru membuatku lebih gugup.


Aku meletakkan tanganku di kedua bahu Rinka──────tiba-tiba aku merasakan pandangan dari bawah. 


Aku menoleh ke bawah.


Di sana, Nonoa-chan menatap kami dengan mata berbinar...!


"Dia sudah ada di sini!"


"Hei hei, apa kau ingin mencium nya?"


"Tidak, ini sebenarnya――――"


"Wow! Cepat, cepat!"


"...Sejak kapan kau di sana?"


"Ketika Rinka-Onee-chan sedang memakai sepatu..."


Ternyata sudah cukup lama dia ada di sana... Aku sama sekali tidak menyadarinya.


"Nonoa, meskipun kau masih anak-anak, kau tidak boleh mengganggu pasangan suami istri."


"Apa aku mengganggu? Hiks..."


"Ugh... Tidak ada orang dewasa yang bisa mengalahkan kepolosan anak-anak, ya..."


Melihat mata Nonoa berair, Rinka mengangkat bendera putih dengan ekspresi gelisah di wajahnya, seolah mengatakan dia tidak bisa marah lagi.


Meskipun Rinka dikenal sebagai idola dengan citra yang tegas, dia sedikit lebih lembut pada adiknya.


"Kazuto, sebelum pergi, aku punya sesuatu yang ingin kuberikan padamu."


Rinka mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya, sebuah benda yang mirip dengan boneka Kazuto.


Itu adalah boneka kecil yang lucu yang menggambarkan Rinka dalam versi chibi.


"Eh, apa ini?"


"Aku membuat ini agar suamiku tidak merasa kesepian dan menangis. Senang, kan?"


"....."


"Apa kau tidak senang?"


"A-aku sangat senang! Sangat senang!"


"Begitu, syukurlah."


Wajah yang semula cemas berubah menjadi senyum lega. ...Ternyata boneka Rinka-chan. Hanya dengan melihatnya sekilas, aku bisa merasakan kualitasnya yang tinggi. 


Aku memegangnya, dan memang itu memang lucu. Boneka itu mengenakan kostum idola. Mata besar yang berbinar dan senyum ceria yang menyiratkan keceriaan yang tulus.


Meskipun terlihat seperti Rinka Mizuki, suasana karakter ini lebih mirip dengan Rin.


"Baiklah, aku pergi dulu ya."


Rinka pergi, meninggalkan rumah sambil diantar oleh aku dan Nonoa-chan.


Rinka tidak akan pulang selama empat hari mulai hari ini. Aku diliputi perasaan hampa, seolah ada lubang yang dibor ke dalam hatiku.


"......?"


Aku mendengar suara notifikasi jadi aku mengeluarkan Hp-ku dan memeriksanya. Ternyata dari ayah. 


Pesan yang ku terima cukup sederhana: 『Aku ingin kau pulang.』 Mungkin ada urusan yang perlu dibicarakan? Atau mungkin tentang pesan sebelumnya yang mengatakan "Mari kita bicara"? Atau mungkin ayah merasa kesepian di rumah tanpa anaknya... Tidak mungkin. 


Aku lalu membalas dengan "Mengerti."


"Ada apa?"


"Maaf, Nonoa-chan. Aku juga harus pergi sekarang."


"Tidak apa-apa! Aku ikut!"


"Kali ini, aku rasa lebih baik kalo aku pergi sendiri... Maaf ya."


"Ugh..."


Nonoa-chan tampak lesu dan menundukkan kepalanya. Rasa bersalah tiba-tiba menusuk dadaku.


Tapi kali ini, ini benar-benar sesuatu yang tidak bisa dihindari. 


Kalo aku membawa Nonoa-chan, tidak akan ada hal baik yang terjadi.


Aku tidak tahu apa tujuan panggilan itu, tapi kalo bisa kembali, aku akan segera pulang.


★★★


Sekitar tengah hari, aku tiba di rumah. Mengambil kunci, membuka pintu, dan melangkah masuk.


Aku pergi ke ruang tamu, tapi aku tidak menemukan ayahku yang seharusnya memanggilku.


Setidaknya, dia tidak ada di lantai satu.


"Apa-apaan ini..."


Saat aku hendak memeriksa, aku melihat pesan dari ayah yang masuk: 『Karena pekerjaan, aku tidak bisa pulang. Maaf.』


Aku sedikit kesal, tapi aku menyadari kalo ayahku memang seperti itu. Aku berusaha menenangkan diri.


"Yah, kalo begitu, mungkin aku main game online saja."


Ngomong-ngomong, aku belum mengambil bonus login sama sekali.


Event liburan musim panas juga belum aku ikuti. Kapan terakhir kali aku main game online?


──────Ah, ini buruk, aku sangat ingin bermain.


Aku kekurangan dosis game online!


Tidak bisa menahan dorongan itu.

Aku pun berlari.


Naik tangga dengan cepat dan berlari di sepanjang koridor menuju kamarku.


Di tengah jalan, aku bertemu dengan seorang gadis kecil, dan aku menyapa, "Ah, halo," dan dia membalas dengan suara pelan, 


"...Ha-halo..."


"......"


Ada yang aneh, kan?


Aku sudah sampai di depan kamarku dan berhenti sejenak. Aku berbalik.


Ternyata, seorang gadis kecil sedang turun tangga.


Dia mengenakan selimut dengan tudung yang menutupi seluruh tubuhnya──────.


"Eh, siapa kau?!"


"──────!!"


Gadis itu jatuh dengan suara berisik. Itu bahaya!


Aku buru-buru berlari menuju bawah tangga dan dengan hati-hati mengintip.


"....A-ada...ada...ugh..."


Gadis yang tidak kukenal itu terjatuh sambil memegang kepalanya.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال