Kamu saat ini sedang membaca Sekai seifuku-kei imōto volume 1, prolog Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
Ini tiba-tiba akan menjadi cerita tentang keluargaku sendiri, tapi adik perempuan ku sejak kecil memang jenius dalam mengatakan hal-hal yang tidak terduga.
Misalnya, itu terjadi ketika dia masih di TK, sekitar kelas besar.
"Onii-chan! Lemon, kalo sudah besar nanti mau jadi ninja!"
Ini adalah ucapan yang wajar dari anak TK, dan aku sendiri juga pernah melalui fase mengidolakan pahlawan super, jadi aku menganggapnya lucu.
Pengaruh dari anime yang ditontonnya setiap minggu sangat jelas terlihat.
Lalu, berikutnya. Aku ingat itu terjadi saat dia duduk di kelas 3 SD, di musim panas.
"Onii-chan, Lemon ingin punya pulau tak berpenghuni. Di sana, Lemon mau memelihara sapi dan ayam, lalu hidup di sana."
Meskipun kami dibesarkan di pedesaan, adik ku yang bahkan belum pernah pergi berkemah tiba-tiba mengatakan ingin menjalani hidup dengan mode sulit.
Aku pun khawatir dan menanyainya, ternyata alasannya adalah PR liburan musim panasnya belum selesai sama sekali. Sungguh alasan yang tidak bisa dipahami.
Tapi, di sisi lain, adik ku yang suka mendalami hal-hal aneh justru meneliti tentang pulau tak berpenghuni yang bisa dibeli di Jepang, lengkap dengan kondisi lingkungannya.
Dia menyusunnya menjadi penelitian mandiri dan entah bagaimana memenangkan penghargaan cukup bergengsi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi.
Aku masih ingat betul bagaimana dia berdiri di atas panggung, memegang piagam penghargaan sambil menunjukkan tanda peace.
...Dan, aku kira ini akan menjadi awal ketertarikannya pada penelitian atau minat akademis, tapi ternyata aku salah besar.
Dia tetap tidak suka belajar, dia hanya mendapatkan kepercayaan diri yang aneh.
"Lemon rasa, Mars cocok untuk Lemon. Seperti... Lemon bukan tipe yang cocok untuk negara pulau kecil, gitu loh? Seperti, panggung yang dibutuhkan Lemon berbeda, gitu deh?"
Di musim dingin saat dia duduk di kelas satu SMP, dengan tangan di pinggang dan pose seksi ala adikku, dia tiba-tiba mengatakan hal itu.
Bahkan aku pun tidak bisa langsung merespons. Kenapa tiba-tiba dia ingin pergi ke luar angkasa, bukan ke luar negeri?
Ketika aku langsung menanyakan hal itu, dia menjawab, "Soalnya kalo ke luar negeri kan harus bisa bahasa asing." Aku pun terdiam. Lalu, apa dia berpikir bisa berbicara dengan orang Mars?
Selain itu, ada juga saat dia bilang, "Besok, aku akan berjalan ke pantai!" Lalu di sore hari dia pulang membawa banyak jamur (setelah diperiksa, ternyata semuanya jamur beracun). Atau ketika dia bilang, "Aku mau main bulu tangkis dengan Kana-chan!" dan pulang dengan wajah penuh tinta hitam (katanya mereka main permainan Hanetsuki seperti saat Tahun Baru, tapi pakai raket bulu tangkis). Lalu ada juga saat dia bilang, "Aku mau mencoba membuat kue seperti anak perempuan!" tapi yang dia buat adalah chawanmushi (mungkin karena awalnya dia ingin membuat puding, rasanya sangat manis sampai lidah mati rasa)... Kalo aku harus menghitung semuanya, itu tidak akan ada habisnya.
Dari hal-hal kecil sehari-hari hingga petualangan yang agak besar, dia sudah melakukan banyak hal. Jadi, ketika suatu pagi dia tiba-tiba mengatakan sesuatu yang aneh dengan wajah bersemangat, aku hanya berpikir, "Ah, ini lagi."
Mungkin karena guru wali kelasnya menyarankan agar dia mengikuti kursus musim panas, atau karena aku terus-menerus mengingatkannya untuk membersihkan kamar dan melipat pakaian dengan rapi, semua itu mungkin menumpuk menjadi stres baginya... Aku pun berpikir begitu, seolah mencoba menghindari kenyataan.
Ya, wajar saja. Kalo adik perempuan yang sudah duduk di kelas 3 SMP tiba-tiba mengatakan hal seperti itu, pasti aku akan memandangnya dengan pandangan yang agak tidak percaya.
Tapi, pada akhirnya. Entah itu keberuntungan, ketidakberuntungan, mengecewakan, atau malah patut disyukuri, yang diucapkan adikku pagi itu ternyata adalah kebenaran.
Kata adikku—"Sepertinya aku adalah putri dari dunia lain!", begitu.