> PROLOG

PROLOG

 Kamu saat ini sedang membaca  Kanojo ni uwaki sa rete ita ore ga, shōakumana kōhai ni natsuka rete imasu  volume 4,  Prolog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw




Ada yang selalu aku ingat saat musim hujan mendekat.  


Mata itu, menatapku.  


Berapa kali pun aku coba menutupnya dalam ingatanku, dia tetap merembes dari celah-celah yang berlumpur. 

 

Setiap kali, aku katakan pada diriku sendiri kalo itu tidak ada hubungannya dengan diriku yang sekarang.  


Masa lalu adalah masa lalu. Sekarang adalah sekarang. Masa depan adalah masa depan.  


Setiap versiku berbeda, dan apa yang telah berlalu tidak perlu ditengok kembali.  


Cara berpikir itu muncul sejak aku mengubah diriku di SMA.  


Di kampus pun, aku berusaha bersikap lebih sosial, aku yakin aku akan mengubah sesuatu tentang diriku saat memasuki dunia kerja.  


Mirip saat dia mulai main game di ponsel. 

 

Diulang berkali-kali, mereset demi memulai dengan data terbaik.  


Untuk membentuk diri yang lebih baik, masuk akal untuk meninggalkan masa lalu.  


Tapi sebenarnya, aku sadar ini kontradiktif.  


Kalo aku tidak pernah menengok masa lalu sama sekali, tidak akan ada hubungan antara aku dan dia.  


Justru karena terus mengingatnya, hubungan kami sebagai sahabat tetap terjaga.  


Aku hanya membawa ingatan yang nyaman ke 'sekarang' dan menutup rapat yang buruk.  


Tapi, mungkin semua orang juga melakukannya.


Memprioritaskan diri sendiri adalah hal yang wajar sebagai makhluk hidup.  


Selama tidak diucapkan, selama tidak ada yang bisa membaca pikiran, tidak ada alasan untuk dipertanyakan.  


Tapi aku tahu.  


Aku tidak bangga dengan diriku yang seperti itu. Bahkan aku berusaha mengabaikan perasaan itu, aku menampilkan kepercayaan diri palsu. 


Mengubah bagian dalam, menyulap kepalsuan menjadi sesuatu yang nyata.  


Dan begitu masuk ke dunia nyata, suatu hari aku benar-benar akan melupakannya.  


Aku selalu menunggu saat itu tiba.  

Karena aku yakin dengan begitu aku bisa lebih mudah menjalani hidup.  


Tapi, kalo suatu hari aku harus menghadapinya...  


Pasti aku tidak akan bisa tersenyum di hadapannya lagi.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال