> Side story

Side story

 Kamu saat ini sedang membaca Nazeka S-class Bizyotachi No Wadai Ni Ore Ga Agaru Ken volume 4,   side story. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw


PERTEMUAN RAHASIA PARA GADIS



Begadang adalah hal yang wajar saat menginap. 

 

Melempar bantal, bermain kartu, atau bermain game sampai pagi mungkin juga merupakan ide yang menyenangkan.  


Ini adalah kesenangan khas para pelajar.  

 

Saat sudah dewasa, stamina tidak lagi memungkinkan untuk melakukan itu, jadi inilah momen masa muda yang hanya bisa dinikmati sekarang.  


Sara, Rin, dan Yuna berbaring berjajar sambil menghabiskan waktu begadang dengan membicarakan kisah cinta.  


Ini adalah pertemuan rahasia para gadis, terlarang untuk laki-laki.  


Dengan gelisah dan tidak tenang, Rin menatap langit-langit dan membuka mulut.  


"Sara-chin dan Yuna-Rin...apa kalian punya orang yang kalian suka?"  


Itu adalah pertanyaan yang blak-blakan tanpa basa-basi.  


Mungkin karena suasana menginap membuat perasaannya menjadi lebih bersemangat.  


Suaranya terdengar sedikit lebih tinggi dari biasanya.  


"......Kenapa tiba-tiba? Ya, ya... mungkin ada sih. Tapi aku tidak tahu pasti."  


"...... E-eh, ya. Benar juga."  


Ditanya langsung oleh Rin, Yuuna dan Sara menggeliat gelisah.  


Pertanyaan 'apa kalian punya orang yang kalian suka?' membuat keduanya teringat pada Akazaki Haruya. 

 

Yuna memikirkan Haru.  


Sara teringat pada ke-2 sisi Haruya, yang terlihat di depan umum dan yang sebenarnya.  


"Fufu... kalian berdua pasti punya, ya..."  


Rin sudah mengetahuinya. Ini bukan pertama kalinya mereka membicarakan tentang orang yang mereka sukai.  


Melalui grup chat, atau bahkan di dalam kelas, mereka sudah sering membahas topik ini.  


"Lalu, apa yang ingin kau lakukan setelah memastikannya...?"

 

Yuna berharap Rin berhenti menanyakan hal itu karena itu hanya akan membuatnya merasa malu.


"Aku tidak pernah bilang kalo aku menyukainya, ya... Hanya saja, mungkin aku sedikit penasaran, itu saja."


Yuna menggeliat di bawah selimutnya dan memalingkan wajah ke arah dinding.


"Ah, sungguh... Imut sekali, Yuna-Rin."  


"Aku setuju."


Rin mengejek, dan Sara mengangguk setuju.


"Ah, sudahlah... Aku tidak mau tahu lagi."


Rasa malu Yuna mungkin semakin memuncak.  


Dia menyelimuti wajahnya dengan selimut.


"Kau tidak perlu kabur, tahu. Aku tidak bermaksud menanyainya sampai ke detail hanya karena aku ingin tahu siapa orang yang kau suka..."


Ini semata-mata karena Rin sendiri merasa malu kalo dia harus membicarakan orang yang dia suka.  


Rin menyukai Haruya, tapi baginya, mengatakannya di depan semua orang adalah hal yang sangat memalukan.


Sambil menutupi mulutnya dengan selimut, Rin melanjutkan.  


"Aku hanya berpikir... Kalk, kalo saja, orang yang kalian sukai ada di sini, di acara menginap ini. Kira-kira, bagaimana cara Sara-chin dan Yuna-Rin akan mendekatinya?"


Ini hanya sekadar bagaimana kalau. Ini hanya percakapan hipotetis.  


Rin sangat ingin membicarakan tentang cinta, tapi kalo dia harus membicarakan dirinya sendiri, itu hanya akan membuatnya malu dan terjebak.  


Tqpu, dengan menyebutnya sebagai

'kalo' dan 'anggapan', dia merasa lebih mudah untuk membicarakannya.


Itulah yang dia pikirkan, dan dengan pengantar seperti itu, Sara dan Yuna juga merasa lebih nyaman untuk berbicara.


"...Hmm. Jadi ini hanya sekadar 'kalo', ya?"


Yuna, yang sebelumnya menolak, sekarang berbaring telentang setelah memastikan kalo ini hanya percakapan hipotetis.  


Sepertinya dia sekarang bersedia untuk berbicara.

 

"...... Ini kan hanya sekadar anggapan, ya! Hanya sekadar 'kalo' saja."


Mendengar itu, Sara pun mulai bersemangat.  


Sekarang, semua orang di ruangan itu sudah siap untuk berbicara.


"Bukankah seharusnya Rin, yang memulai percakapan ini, yang berbicara dulu...?"


Sebelum suasana saling menyelidiki siapa yang akan berbicara lebih dulu muncul, Yuna langsung angkat bicara.


"Benar! Aku juga penasaran."


Yuna setuju, dan Sara pun mengalihkan pandangannya ke Rin.


"Ya, ya... Aku mengerti..."


Rin tersenyum kecut sebelum akhirnya mulai bercerita.  


"Kalo aku... aku ingin makan bersamanya saat barbekyu. Lalu... berenang bersama di kolam renang atau laut..."


Bagian tentang berenang di kolam renang atau laut sebenarnya sudah menjadi janji antara Rin dan Haruya.  


Mungkin karena menyadari hal itu, suaranya menjadi semakin kecil saat dia mengatakannya.  


Bagian terakhirnya hampir tidak terdengar, tapi Sara mengangguk dengan puas.


"Ah, itu ide yang bagus. Saat barbekyu kemarin, kita... mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan."


Sara sengaja membuat ekspresi seolah sedang memakan sesuatu yang pahit.  


Sara dan Rin sempat dibawa oleh kakek Sara dan dipaksa untuk belajar mengatasi rasa tidak suka terhadap hati.


"Ya... begitulah."


Rin mengangguk, wajahnya masih sedikit tersembunyi di balik selimut.


"Hmm, ya... itu tidak buruk juga..."


Yuna mengeluarkan kata-kata itu dengan enggan.  


Melihat reaksinya, Rin sepertinya teringat sesuatu.


"Ngomong-ngomong, Yuna-Rin, saat barbekyu kemarin, kau bersama Akazaki-kun, kan? Apa yang kalian lakukan saat itu?"


"Ah, aku juga penasaran tentang itu."


Pandangan keduanya tertuju pada Yuna.


"Eh, su-sudah, lupakan saja tentang itu..."


Yuna teringat momen itu dan wajahnya langsung memerah.

 

Apa yang Yuna bicarakan dengan Haruya di pesta barbekyu adalah dia yang megahak Haruya untuk datang menonton pertandingan bola basketnya.  


Dan juga, momen spesial ketika Yuna menyadari kalo Haru sebenarnya adalah Haruya.  


Yuna merasa gelisah karena tidak bisa menceritakan hal itu.  


"... Le-lebih baik kita bicara tentang hal lain. K-kalao aku... Kalo orang yang aku sukai ada di sini, mungkin aku ingin dia berlutut dengan satu lutut di pantai dan menembakku."  


Dalam upaya mengubah arah pembicaraan, Yuna mengelus rambutnya dan berbicara dengan tergesa-gesa.  


"Eh?"  


Suara Rin yang terkejut terdengar di sebelahnya.  


Setelah merenung, Yuna menyadari kalo dia justru membuat situasi semakin buruk.  


Lagipula, jawabannya sama sekali tidak sesuai dengan pertanyaan Rin.  


"Ah... itu tadi..."  


Dia segera mengalihkan pandangannya.  


Dalam hati, Yuna berusaha tenang dengan menarik napas dalam-dalam berkali-kali.  


Pertanyaan Rin adalah, "Kalo orang yang kalian sukai ada di acara menginap ini, bagaimana kalian akan mendekatinya?" Bukan tentang bagaimana kau ingin di tembak oleh orang yang kau sukai.  


Ini malah seperti...  


"Jadi, Yuna-Rin ingin di tembak seperti itu, ya?"  


Dengan sengaja, Rin membuat matanya berbinar dan menyelinap ke dalam selimut Yuna.  


"Ah, hei, Rin!"  


"Dengan latar belakang matahari terbenam, berlutut sambil berkata, 'Berkencanlah denganku', seperti pengakuan yang sangat romantis~ Aku mengerti. Aku juga berpikir kalo pengakuan seperti itu sangat penuh gairah."  


Rin mengangguk puas.  


Yuna merasa sedikit terganggu dengan Rin yang terus mendekat, tapi dia juga penasaran dengan Sara yang selama ini diam.  


Ketika dia mengalihkan pandangannya ke Sara, dia melihat Sara menggeliat di bawah selimutnya dan berkata. 

 

"...... Ti-tidak buruk juga, sih."  


Sepertinya Sara juga membayangkannya.  


Adegan di mana Haruya menembaknya dengan penuh gairah dalam situasi yang Yuna gambarkan.  


"Eh, Sa-Sara-chin juga!?"  


Melihat reaksi Sara, Rin kali ini mencoba memeluk Sara.  


"...... Ka-kalo aku, pendekatan yang ingin aku lakukan adalah... berjalan sambil berpegangan tangan dan menikmati belanja di pasar tradisional. Sesuatu yang sederhana dan sehari-hari... tapi pengakuan yang penuh gairah seperti itu juga bagus."  


"Y-Ya, terlepas dari apakah itu penuh gairah atau tidak, aku juga mengidamkannya."  


Yuna, yang diselamatkan oleh komentar Sara, dalam hati berterima kasih padanya sambil berkata begitu.  


"Eh~ Kalian semua imut sekali. Kalo begitu, bagaimana kalo kita pikirkan alur seperti apa yang kalian inginkan untuk di tembak, tidak terbatas pada acara menginap ini saja?"  


Dengan semangat, Rin mengubah topik pembicaraan.  


Dia memutuskan kalo jawaban romantis akan lebih seru untuk didiskusikan.  


Tapi, begitu mereka mulai memikirkannya, mereka menyadari betapa memalukannya hal itu...  


Begitu mereka diberi waktu untuk berpikir, ketiganya langsung menyembunyikan wajah mereka di balik selimut.  


"(Tidak mungkin aku bisa mengatakan hal sememalukan ini...)"  


Pertama, Rin membayangkan bagaimana dia ingin di tembak.  


Dia membayangkan Haruya menemukannya diam-diam bekerja paruh waktu di kafe... lalu mengungkapkan perasaannya pada hari ulang tahunnya.  


『Sebenarnya, aku tahu kalo Kohinata-san bekerja keras... A-aku mencintaimu, Rin.』  


Dan di akhir, dia akan memanggilnya dengan nama depannya sambil malu-malu... Eh, hehe.  


Hanya dengan membayangkannya saja, wajahnya sudah berubah. Tidak bisa. Dia tidak bisa menunjukkan wajah seperti ini...  


Karena itulah Rin menyembunyikan wajahnya di balik selimut.


 

"(Ini lebih sulit dijawab daripada pertanyaan sebelumnya...)"  


Sara juga merasa malu sendiri.  


Adegan pengakuan yang Sara bayangkan adalah Haruya memeluknya dengan penuh gairah sambil berkata, 『Aku hanya bisa melihatmu. Tolong jangan melihat orang lain selain aku.』 akunya putus asa. 


Dia ingin membelai kepala Haruya yang terlihat gelisah.  


Tapi, hanya dengan memikirkannya saja, dia sudah merasa malu.  


Tidak mungkin dia bisa mengungkapkan hal sememalukan ini dengan mulutnya sendiri.  


Sara pun menyembunyikan wajahnya di balik selimut, seolah ingin menghilang.  


"(... Tidak bisa. Aku pasti yang paling memalukan dengan bayangan pengakuan seperti ini.)"  


Yuna juga diliputi rasa malu.  


Adegan pengakuan yang dia bayangkan mirip dengan adegan pengakuan di manga shoujo favoritnya. 

 

Dia membayangkan kalo dia dipeluk dari belakang sambil mendengar bisikan di telinganya.  


『Jadilah milikku...』


...Hanya dengan membayangkannya saja, detak jantungnya sudah berdebar kencang.  


" " "............" " "  


Ketiganya menyembunyikan diri di balik selimut karena malu.  


Mereka semua diam, seolah saling mengintip satu sama lain.  


Siapa yang akan berbicara pertama kali──────?  


Mungkin mereka takut suara mereka akan gemetar kalo mereka mencoba berbicara.  


(((Bagaimana kalo aku yang ditanya pertama...)))  


Mereka semua akhirnya menghabiskan malam dengan kecemasan seperti itu..  

 


Cerita selanjutnya.


Pada akhirnya, ketiganya tertidur sebelum sempat menyelesaikan percakapan.  



(... Hah? Kenapa mereka semua menghindari tatapanku? Apa aku melakukan sesuatu?)  


Keesokan paginya, Haruya bingung karena setiap kali dia menatap mereka, mereka menghindari kontak mata dengannya.  


"Akazaki, kau hebat ya."  


Kazamiya, yang tersenyum padanya, tetap seperti biasa.




1 Komentar

نموذج الاتصال