> TEMAN SEKELAS

TEMAN SEKELAS

 Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 3 chapter 10. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw




Menjelang festival sekolah kami, yang menggabungkan festival budaya dan olahraga, sekolah mengadakan turnamen bola sebagai acara pembuka. 


Meskipun sudah ada festival olahraga, aku merasa heran kenapa harus ada acara tambahan seperti ini. 


Tapi, menurut kabar yang beredar, banyak siswa kehilangan fokus belajar menjelang acara besar, sehingga pihak sekolah memutuskan untuk memadatkan semua kegiatan menjadi satu rangkaian.


Setelah festival olahraga selesai, kegiatan akan dilanjutkan dengan perjalanan studi wisata. 


Jadwal ini sangat padat, tapi turnamen bola ini memang dirancang agar memiliki nuansa yang berbeda dengan festival olahraga. 


Kalo festival olahraga menggunakan sistem tim lintas angkatan, maka turnamen bola ini diadakan dengan format berdasarkan kelas dalam satu angkatan.


Turnamen ini dianggap sebagai pemanasan sebelum festival olahraga dimulai, sehingga setiap kelas bersungguh-sungguh memberikan yang terbaik untuk menang.


"Kelas kita punya pemain andalan dari tim sepak bola, jadi kita tidak boleh kalah di cabang sepak bola!"


"Tapi, poin tertinggi diperoleh dari dodgeball campuran, kan? Apa kita yakin tidak akan mengirim pemain utama ke sana?"


"Anak-anak perempuan harus bermain voli. Kalo kita tidak cukup terampil, kita akan kesulitan menang. Selain itu, kelas kita tidak banyak yang berasal dari klub voli."


Diskusi berlangsung dengan sangat meriah selama jam pelajaran kelompok.


"Baiklah, semuanya! Supaya tidak terus berdebat, kita mulai mengisi daftar berdasarkan sukarelawan terlebih dahulu. Miyano-kun, kau akan masuk sepak bola."


"Tunggu, katanya berdasarkan sukarelawan, tapi kenapa aku langsung dimasukkan sebelum ditanya? Tapi baiklah, sepak bola tidak masalah untukku."


Kesadaran teman-teman sekelas yang sebelumnya terpecah akhirnya terfokus pada satu titik, berkat peran sentral Higashino dan Hayato.


"Hebat, ya, mereka itu." 


"Mereka memang terlihat sudah berpengalaman. Jadi, Akahito, kau mau ikut yang mana?"


"Hm? Kalo bisa, aku sih lebih memilih tidak ikut apa pun dan hanya menonton voli putri."


"Hayato! Akahito bilang dia ingin ikut sepak bola!"


"Woy, tunggu dulu!?"


Padahal orang ini tidak buruk dalam hal olahraga. 


Kalo main dodgeball, dia pasti akan mencoba menghindar, tapi kalo sepak bola, dengan adanya Hayato, dia tidak akan bisa seenaknya menghindar dan mungkin akan bermain lebih serius.


"Baiklah, kalo begitu, Kouki dan Akahito ikut sepak bola."  


"Tapi aku sebenarnya..."


Tanpa bisa mengelak, aku juga terseret masuk ke dalam kelompok sepak bola.


Yah, mau tidak mau aku memang harus ikut salah satu kegiatan.


"Ini hukuman karena mencoba menjualku. Terima saja."


Tidak ada jalan keluar. 


Ya sudahlah, daripada sendirian, lebih baik punya teman untuk diajak bicara.


"Ngomong-ngomong..."


"Apa?"


"Kau sudah banyak berubah."


"Apa?"


Akahito tiba-tiba mengatakan hal seperti itu.


"Apa maksudmu...?"


"Yah, dulu, apa mungkin kau akan bersuara dalam situasi seperti ini?"


Hanya setelah dia mengatakan itu, aku menyadarinya. 


Memang benar, tindakanku barusan cukup mencolok.


"Yah, itu perubahan yang tidak buruk, kan? Meskipun aku belum tahu alasannya."


Akahito berkata begitu sambil tersenyum penuh arti, dan aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk membalasnya.


Kalo ini memang bukan perubahan yang buruk seperti yang Akahito katakan...


"Itu berkat Aisha."


Aku bergumam pelan agar tidak ada yang mendengar, lalu memandang ke arah Aisha.


Entah kenapa, Aisha juga sedang melihat ke arahku. 


Tatapan kami bertemu, dan dia terlihat terkejut. 


Wajahnya sempat menegang sesaat sebelum akhirnya...


"Se-ma-ngat-ya."


Dia mengucapkannya dalam gerak bibir tanpa suara.


"Te-ri-ma-ka-sih."  


Segera setelah aku membalasnya, Aisha memalingkan wajah dengan cepat sambil wajahnya memerah.


Aku pun merasa pipiku mulai memanas dan berusaha keras mencari cara untuk menutupi rasa malu ini.



"Ini sungguh membuat tidak nyaman."


"Mau bagaimana lagi. Kau kan seperti wali baginya."


"Wali, katamu..."


Saat makan siang, entah kenapa aku dikelilingi oleh Akitsu dan yang lainnya di taman sekolah.


Di belakangku, Yuki memegang ujung bajuku seolah-olah ingin bersembunyi.


"Di sekolah, dia sering bersama kami, tapi tetap saja, Yuki lebih banyak bicara saat ada Kouki-kun."


"Begitu ya..."


Memang benar, dia lebih banyak bicara kalo bersamaku. 


Seperti biasa Akitsu benar-benar jeli memperhatikan hal semacam ini. 


Ini mungkin karena kami menghabiskan waktu paling lama bersama saat itu. . 


Dia bersamaku lebih dari Aisha dan Manami.


"Cepat makan, dong! Nanti waktunya habis, lho. Ayo, makan yang banyak, para laki-laki!"


Higashino berkata seperti itu sambil dengan lahap memakan sosis gurita kecil dari bekalnya.


Kano, yang sedari tadi hanya diam sambil menatap, tiba-tiba meletakkan bakso di atas tutup bekalku.


"Ini... untukmu."


"Eh, tidak perlu..."


Apa ini reaksi dari perintah 'makan yang banyak' Higashino, atau dia hanya ingin menyingkirkan makanan yang tidak disukainya? Sulit untuk menilainya.


"Kalo begitu, aku juga mau kasih ini!"


Saat aku hendak menolak, Akitsu ikut-ikutan dengan iseng menyodorkan sesendok gratin kepadaku.


Melihat itu, Higashino yang tadi diam mulai bereaksi...


"Eh...aku juga..."


Dengan ekspresi yang sangat enggan, dia mencoba meletakkan sepotong sosis gurita dari bekalnya ke atas tutup bekalku.


"Tidak boleh. Makan sendiri bagianmu."


Aisha menghentikannya. 


Higashino, yang terlihat lega, akhirnya memakan sosis gurita itu sendiri sambil berkata,


"Ngomong-ngomong, Aisha, sekarang kau bahkan membuatkan bekal untuk Fujino-kun, ya?"


"Apa!?"


Aisa langsung memerah seketika. 


Itu saja sudah mengungkapkan banyak hal...


Belakangan ini, atas permintaan Aisha, ibuku juga ikut tersenyum penuh arti setiap kali aku berangkat sekolah. 


Tidak ada yang salah dengan itu...malah, aku sangat bersyukur karena makanannya enak.


"Wah, jadi begini ya hubungan teman masa kecil? Yuki-chan, bagaimana menurutmu?"


"Ah..."


Ketika perhatian berpindah ke Yuki, aku merasa lega karena bisa sedikit mengalihkan fokus.


Hari ini aku dipanggil ke sini untuk acara bertemu dan menyapa Yuki. 


Sebenarnya, aku sempat mengajak Akahito, tapi dia kabur lebih awal. 


Dasar pengkhianat...


Sedangkan Hayato dan Makoto sedang latihan siang untuk klub mereka, jadi itu bisa dimaklumi.


"Yuki apa kau masih belum terbiasa dengan kelompok ini?"


"Tidak juga, kok. Aku pikir dia sudah mulai cukup banyak bicara denganku."


Melihat kemampuan komunikasi Akitsu, yah...wajar saja. 


Meskipun arahnya berbeda, jika bicara soal diam, ada Kano di sini, jadi Yuki mungkin sudah sedikit terbiasa.


Akitsu melanjutkan pembicaraannya.


"Tapi tetap saja, sepertinya Yuki-chan lebih bisa santai kalo ada Kouki-kun. Oh, dan alasan aku memanggilmu hari ini, Kouki-kun, adalah untuk membicarakan tentang lagu Yuki-chan!"


"Ah, jadi kau sudah tahu?"


"Tentu saja! Itu kedengarannya menyenangkan!! Aku bahkan memutuskan untuk berkolaborasi dengan alat musikku nanti!"


"Wah, itu luar biasa..."


Benar juga. 


Akitsu kan ketua klub musik tiup. 


Tidak heran dia bisa melakukan hal seperti itu.


Ketika aku melihat ke arah Yuki, dia tersenyum malu-malu dengan ekspresi bahagia.


"Dan juga, aku dengar berkat Kouki-kun, proses mixing-nya berjalan lancar. Kouki-kun bisa musik, ya? Bagaimana? Klub musik tiup sedang membuka perekrutan anggota laki-laki, lho!"


"Maaf, aku tidak bisa..."


Masuk klub sekompetitif itu di waktu seperti ini sama sekali bukan sesuatu yang bisa aku lakukan. 


Apalagi klub musik tiup sering kali lebih melelahkan daripada klub olahraga.


"Sayang sekali. Yah, tapi begini, kami sedang berdiskusi bagaimana caranya meningkatkan popularitas video ke depannya."


Karena mereka sudah mulai mengunggah video dan mendapatkan respons, langkah berikutnya untuk memperluas jangkauan penonton adalah masalah penting yang juga akan memengaruhi rasa percaya diri Yuki.


Ketika aku melihat ke arahnya, dia mengangguk pelan.


Dia bersembunyi di antara aku dan Aisha, atau lebih tepatnya, di belakang kami...


"Kalo dilihat begini, kalian ber-2 seperti orang tua dengan anak."


"Ha!?"


"Ah..."


Karena Kano mengatakan itu dengan suara yang biasa saja, Aisha dan Yuki secara bersamaan menjatuhkan lauk ke dalam kotak makan siang mereka.


Syukurlah, aku belum makan apa-apa.


"Jadi setelah kalian menikah, ya? Hmm, mengerti, mengerti."


Di kelas, Higashino biasanya menjadi penghalang bagi semua lelucon ini, tapi kali ini dia malah ikut-ikutan memperburuk keadaan.


"Hentikan dong! Kouki, katakan sesuatu!"


"Eh, tidak, tidak..."


Aisha, dengan wajah merah, menepuk ku dengan ringan.


Sementara itu, yang lain hanya diam sambil tersenyum geli melihat kami.


Sungguh memalukan...


"Hehe, yah, aku akan berhenti di sini dulu, tapi kembali ke topik, kita sedang membicarakan lagu Yuki-chan, kan?"


Higashino akhirnya mengarahkan percakapan kembali ke topik semula.


"Ya sudah, kalo begitu. Apa kalian punya ide bagus? Atau, kau sudah lihat video yang diunggah?"


"Ah, sudah."


Setelah itu, aku selesai mendaftar dan cukup cepat mengunggah lagu tersebut.


Aku sempat khawatir Yuki akan tertekan dengan reaksi komentar yang ada, tapi ternyata, dia malah senang karena mendapatkan respons, termasuk komentar negatif.


Ternyata, untuk unggahan pertama dengan beberapa komentar, itu sudah luar biasa.


Aku tahu Yuki senang disebut sebagai 'pendatang baru yang menjanjikan', dan setelah itu aku sering mampir untuk mendengarkan video-video yang diunggah.


"Wow, video kalian berkembang pesat, ya. Bisa langsung mendapatkan jumlah tayangan sebanyak ini, itu luar biasa!"


"Begitukah?"


Meskipun aku tidak tahu patokannya, Akitsu sepertinya sangat tahu banyak tentang hal ini dan memberiku penjelasan.


"Jadi, kalo video ini sudah berkembang sejauh ini, aku pikir aku bisa membantu lebih banyak. Bagaimana? Apa kau ada ide?"


"Eh...."


Aku mengumpulkan informasi yang sudah aku cari tentang kisah sukses unggahan lagu dan mulai memberikan jawabanku.


"Pertama-tama, sudah mendapatkan respons yang begitu baik di unggahan pertama ini, dan kontennya juga luar biasa. Jadi, aku rasa saranmu untuk kolaborasi seperti yang kau bilang cukup bagus."


"Hmmm, iya, benar."


Memang, kolaborasi antara sesama pelaku di dunia yang sama dapat membantu untuk memperkenalkan satu sama lain kepada penggemar masing-masing, dan itu penting untuk perkembangan, begitu yang tertulis dalam artikel yang aku baca.


"Selanjutnya...yang paling penting di awal adalah membuat orang mengenalmu, jadi mungkin bisa coba beraktivitas di berbagai aplikasi, atau melakukan live streaming...lebih tepatnya, SNS."


"Ya! Aku juga pikir begitu!"


Akitsu langsung merespons ketika mendengar kata SNS.


"Idealnya, kalo ada orang terkenal yang punya banyak pengikut yang menemukannya dan membagikannya, itu pasti bagus." 


"Benar-benar!"


Akitsu terlihat bersemangat mendengarnya, bahkan dia terlihat sedikit bangga.

 

Kemudian Higashino memberikan tambahan informasi dari samping.


"Rikako punya akun dengan 30 ribu pengikut, lho..."


"Serius?"


Benar-benar seperti ideal yang ada di depan mata... Tapi, kolaborasi dengan Akitsu itu sendiri...?


"Kalo unggahan pertama saja sudah sejauh ini berkembang, pastinya akan ada manfaat untuk ke-2 belah pihak."


 Ini adalah kisah tentang dunia yang menakjubkan..


Sementara itu, Yuki, yang seharusnya jadi pusat pembicaraan, masih menggenggam ujung bajuku sambil gemetar. Tapi, kalau sudah mulai bernyanyi, suaranya memang luar biasa bagus...


Tapi tetap saja, jumlah pengikut Akitsu ini...


"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan sampai kau dapat pengikut sebanyak ini?"


"Ahaha~. Melakukan itu, dan tiba-tiba jumlahnya jadi banyak...?"


Apa memang bisa sampai sejauh itu hanya dengan begitu saja...?


"Rikako punya banyak pengikut perempuan karena dia sering membahas tentang fashion dan makeup."


"Ah, begitu..."


"Benar-benar inspiratif."


Higashino dan Kano, yang sama-sama perempuan, bahkan mengakuinya, jadi mungkin memang Akitsu lebih banyak diikuti oleh sesama perempuan.


Tapi Akitsu sendiri sepertinya tidak tertarik membahas topik itu lebih jauh. 


Sebaliknya, dia tiba-tiba mendekat dan menunjukkan layar Hp-nya padaku.


Dia pasti menyuruhku untuk mendaftar ke SNS itu.


"Kouki-kun juga harus bergabung~."


"Baiklah, aku mengerti."


Setidaknya, memahami cara kerjanya memang penting.


Aku mengikuti instruksi Akitsu untuk proses pendaftaran, meski agak bingung.


"Jangan pakai nama aslimu, oke~."


"Ya, benar juga... Tapi, pakai nama apa ya?"


"Ngomong-ngomong, Aisha pakai nama KumaKuma."


"Begitu, ya."


Dia memang benar-benar suka beruang.


Aku menoleh ke arah Aisha, yang seperti biasa memasang ekspresi 'Kenapa lihat-lihat?'. 


Dia selalu terlihat manis.


Lalu, nama apa yang harus kupakai...?


"Bagaimana kalo FujiFuji aja?"


"Yah, toh nanti bisa diubah. Oke, pakai itu saja."


Bagaimanapun, aku hanya akan memakainya untuk mendukung Yuki.


Setelah selesai, Akitsu membantuku mengikuti beberapa akun kenalan. 


Ketika kulihat layar kembali...


"Nama rika ini, itu kau, kan, Akitsu?"


Dari nama lengkapnya, Akitsu Rikako, itu jelas sekali.


"Benar sekali~."


Akitsu menjawab sambil berpose tanda peace.


Membayangkan ada 30 ribu pengikut di belakangnya, entah kenapa aku merasa seperti menyaksikan sesuatu yang luar biasa.


"Kalau Yuki memposting info tentang lagunya, terus aku bantu sebarkan, itu pasti langsung jadi topik hangat!"


Itu luar biasa....


Tapi kalo sudah sejauh ini, kenapa tidak memanfaatkan momen yang tepat?


"Kalo bisa, momen penyebarannya diiringi dengan rilis lagu baru, pasti hasilnya lebih bagus."


"Benar juga!"


"Jadi, bagaimana menurutmu, Yuki?"


Ketika aku menoleh ke arahnya...


"Lagu ke-2... sudah siap."


Seperti yang diharapkan dari Yuki...


"Baiklah! Kalo begitu, serahkan saja padaku. Aku akan memastikan ini viral!"


Akitsu berkata begitu sambil tersenyum lebar.


"Aku juga sudah mendengarkan lagunya, dan itu memang luar biasa, Yuki-chan."


"itu bagus sekali..."


Higashino dan Kano juga memujinya, membuat Yuki kembali bersembunyi di balikku.


Yah, memang benar, lagu itu memiliki daya tarik yang tidak bisa disangkal.




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال