> CERITA 3

CERITA 3

 Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 2 cerita 3. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

 

HANYA KARENA KAU MEMBUATKU BAHAGIA




Setelah diguncang-guncang kereta selama 30 menit.


Begitu berhasil tiba dengan selamat di tempat tujuan dan melihat pintu masuk fasilitas itu, Riko langsung berseru gembira.


"『Fureai Bokujou』(Peternakan interaksi)! Seru sekali! Aku tidak menyangka akan diajak ke tempat seperti ini...! Minato-kun, terima kasih banyak..."


"Surprisenya berhasil...?"


"Sukses besar! Aku benar-benar terkejut!"


Aku yang mengamati reaksi Riko dengan jantung berdebar, merasa lega saat melihat mata Riko yang bersinar cerah.


Syukurlah... Sepertinya pilihan tempat kencan kami sudah tepat... 


Sebagai tambahan, tempat ini adalah taman hiburan bernama Fureai Bokujou yang terletak di pinggiran Prefektur Kanagawa. 


Sesuai dengan namanya, tempat ini adalah peternakan besar di mana pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan hewan.


Di dalam fasilitas ini tidak hanya ada peternakan, tapi juga danau buatan, jalur pendakian, serta area berkemah tempat orang bisa melakukan barbeque.


Sebenarnya, saat aku memasukkan taman hiburan ini ke dalam daftar kandidat, aku hanya menganggapnya sebagai cadangan, tapi, ketika aku menunjukkan daftar tujuan kencan ini kepada Asakura, dia langsung berkata, "Sudah pasti Fureai Bokujou!!"


Aku mengingat samar-samar percakapan saat itu.


★★★



『Fureai Bokujou? Asakura, kau serius mengatakan itu...? Bukankah Disney, bioskop, atau Hakkeijima lebih bagus?』


『Disney itu pilihan terburuk untuk kencan pertama. Saat waktu tunggu yang panjang, kau yakin bisa membuat Riko tidak bosan?』


『Ugh...i-itu...』


『Lagipula, biaya masuknya juga mahal.』


『Itu bisa aku bayar dari uang hasil kerja paruh waktuku!』


『Bukan, bukan itu maksudku. Walaupun kau yang bayar, orang yang waras pasti akan merasa segan karena mahal. Apalagi Riko itu tipe yang sangat perhatian, dia pasti akan bilang ingin membayarnya sendiri.』


『Itu ada benar juga... Tapi bagaimana dengan bioskop? Menurutku, itu tujuan kencan yang sangat umum dan aman, jadi seharusnya itu tidak mengecewakan.』


『Nah, itu dia! Justru karena terlalu umum, jadi tidak ada kesan segarnya. Dan selama menonton film, kalian tidak bisa saling berkomunikasi, kan? Padahal kalian sedang menghabiskan waktu berdua, tapi kalian malah membuang waktu hampir 2 jam begitu saja. Kalo sudah jadi pasangan yang terbiasa, sih tidak masalah, tapi untuk kencan pertama itu kurang tepat.』


『Be-begitu... Jadi dua tempat itu memang kurang cocok, ya. Tapi masih ada banyak tempat lain, jadi──』


『Dibandingkan tempat lain, Fureai Bokujou itu jauh lebih bagus. Ada kesan tak terduga yang segar, dan hewan-hewan di peternakan itu kan tidak sering bisa dilihat dalam keseharian? Jadi menurutku, buat Riko, semuanya akan terasa baru dan mengejutkan. Bahkan tanpa usaha keras dari Niiyama-kun, Riko pasti akan merasa terkejut dan senang. Malah kalo boleh kubilang, Fureai Bokujou itu sangat cocok dengan citra pasangan hangat seperti Niiyama-kun dan Riko』


『Pasangan hangat...』


『Eh, kenapa mukamu jadi merah begitu! Aku sampai ikut-ikutan malu, tahu!』


『Ma-maaf...』


『Mou, kau malah tambah merah! Kau ini terlalu polos!!』


★★★


──Setelah percakapan seperti itu, tujuan kencan pun diputuskan ke Fureai Bokujou.


Riko dan aku segera membeli tiket yang harganya cukup terjangkau, lalu masuk ke dalam area.


Sesuai dengan perkiraan Asakura, Riko tidak mau menerima uang tiket dariku, bahkan dia sampai ingin membayar tiketku juga, jadi aku harus berusaha keras untuk menghentikannya.


Aku benar-benar bersyukur karena tidak memilih Disney.


Dalam hati, aku mengucapkan terima kasih kepada Asakura.


"Waa! Minato-kun, lihat! Tempat ini luas sekali!"


Riko berkata begitu sambil menatap peta yang kami terima di pintu masuk.


"Aku sudah menghafalkan peta area fasilitas ini, jadi aku akan memandumu dengan penuh tanggung jawab."


"Eh!? Kau sudah menghafalnya?"


Riko membelalakkan matanya sambil bertanya balik.


Ah, sial. Mungkin barusan aku terlalu banyak bicara.


Mengatakan kalo aku sudah mempersiapkan semuanya dari awal mungkin terdengar tidak keren, bahkan bisa saja itu terkesan seperti menyombongkan diri.


★★★


Kami berjalan menembus celah di antara pepohonan, melewati jalur setapak tempat birdwatching, lalu tiba di padang rumput yang dikelilingi pagar.


Di sisi kiri, pada area yang cukup luas, terlihat kuda-kuda berjalan santai sambil membawa pengunjung di punggungnya.


Di sisi kanan berjajar beberapa bangku bergaya azumaya.


Di depan sana seharusnya ada pagar tempat kuda poni berada.


Seperti yang tadi aku sampaikan pada Riko, aku sudah melihat peta yang tersedia di internet dan memahami semua fasilitas yang ada di dalam taman ini, dan berdasarkan itu, aku sudah menyusun rencana kencan kami dengan matang.


Pertama-tama, kami akan mencoba pengalaman menunggang kuda di area sebelah kiri, lalu setelah itu memberi makan kuda poni.


Perkiraannya, kami bisa menghabiskan waktu hampir dua jam di tempat ini.


Di dalam taman yang luas ini, ada kereta kuda yang beroperasi dan berkeliling fasilitas setiap dua jam sekali.


Tepat ketika kami selesai bermain, kereta kuda itu seharusnya akan melintas, jadi aku berencana untuk menggunakan kereta itu untuk pindah ke area berikutnya.


Begitu melihat kuda yang berjalan sambil menimbulkan suara tapak kaki yang khas, Riko langsung menyatukan kedua tangannya dan menunjukkan ekspresi bahagia.


"Hebat...! Ini pertama kalinya aku melihat kuda dari dekat seperti ini...!"


"Ya, aku juga. Ternyata itu lebih besar dari yang aku bayangkan."


"Benar-benar! Kelihatan sangat berwibawa ya!"


Riko menghela napas penuh kekaguman, dia terpukau melihat kuda yang berjalan dengan langkah yang ringan.


Sejauh ini, kesan pertamanya tampaknya cukup bagus.


Kalo Riko menyukai kuda, pasti pengalaman selanjutnya juga akan menjadi kenangan yang menyenangkan.


"Riko, di sini kita bisa mencoba pengalaman menunggang kuda, lho. Kalau kau mau, bagaimana kalo coba naik?"


"Ah...e-etto, sebenarnya aku ingin mencoba, tapi hari ini aku pakai one-piece..."


"Ah...! Ya, itu ada benarnya juga...!"


Sudah jelas tidak mungkin menunggang kuda dengan mengenakan one-piece.


Sungguh memalukan aku sampai tidak menyadari hal sederhana seperti itu.


"Padahal ini kesempatan bagus, maaf ya...! Aku datang tanpa pikir panjang sambil memakai one-piece, aku benar-benar bodoh...! Seharusnya aku memakai pakaian yang lebih nyaman untuk bergerak."


"Tidak, Riko sama sekali tidak salah! Lagipula, one-piece yang kau pakai itu benar-benar imut!!"


"Te-te...terima kasih..."


"Ya..."


Riko terlihat malu, dan hal itu menular padaku, membuat kami berdua jadi canggung dan gelisah.


Orang yang lebih dulu memecah keheningan adalah Riko.


".....Etto, kalo kau tidak keberatan, Minato-kun saja yang menunggang kudanya. Aku akan menonton dari sini!"


"Tidak, aku juga tidak apa-apa."


"Melihatnya saja sudah menyenangkan kok, jadi jangan sungkan."


Rasa bersalahku semakin dalam melihat Riko yang berkata begitu tulus.


Aku harus segera memperbaiki keadaan.


Benar, kuda poni!


Kalo hanya memberi makan, seharusnya tidak masalah meskipun dua memakai one-piece.


"Riko, ke sini. Katanya kita bisa berinteraksi dengan kuda poni, ayo coba ke sana."


"Benarkah!?"


"Katanya kita bisa memberi mereka makan langsung dari tangan kita."


"Hebat! Apa mereka akan mau makan dari tanganku juga ya?"


"Riko pasti bisa. Aku jamin itu!"


Sambil mengobrol begitu, kami membeli pakan untuk kuda poni dan berjalan bersama ke arah pagar.


Kuda poni yang lebih kecil dari kuda bisa terlihat sangat menggemaskan.


Yang paling mencolok adalah matanya yang tenang dan jernih.


Saat aku hendak memberikan makan, dan mencoba mengambil stik wortel dari dalam cangkir──


"Eh... Eh, eh!?"


Entah kenapa, kuda poni yang ada di dalam pagar langsung berkumpul di depanku.


Padahal ada banyak pengunjung lain, bahkan ada beberapa kuda poni yang sedang menerima makanan dari para pengunjung, tapi semua kuda poni itu langsung berlari ke arahku.


"Waa! Minato-kun, mereka semua berkumpul loh!?"


Riko terlihat terkejut, tapi juga tampak sangat senang.


Aku sendiri kebingungan dan benar-benar tidak mengerti.


Kenapa harus aku!?


"Ti-tidak, bukan begitu...! Kalian tidak perlu mendekat ke arahku...!!"


Lebih baik kalian berkumpul ke arah Riko!


Pasti Riko akan sangat senang kalau itu terjadi...!


Meskipun aku mencoba mengusir mereka dengan melambaikan tanganku, kuda poni itu sama sekali tidak terganggu, dan justru mereka menatap wajahku dengan pandangan jinak.


".....A-apa yang sedang terjadi ini..."


"Minato-kun, hebat! Kau seperti pemimpin para kuda poni! Aku sampai terharu...!"


Riko bertepuk tangannya sambil tersenyum cerah, dan para pengunjung di sekitar pun ikut memberikan tepuk tangan disertai seruan kagum.


"Kenapa bisa jadi begini...?"


"Fufu. Minato-kun, kau memang orang yang disukai hewan, ya."


"Maaf, Riko. Aku malah mengganggu saat memberi makan."


"Kenapa kau meminta minta maaf? Menurutku, orang yang disukai hewan itu sangat keren, lho."


"........"


Riko tetap mendukungku, bahkan ketika aku tidak bisa berbuat seperti yang kuinginkan demi membuatnya bahagia... 


Sungguh, dia anak sebaik apa sih... 


Seharusnya aku yang berusaha agar bisa disukai olehnya, tapi justru aku yang semakin menyukai Riko.


Andai aku juga bisa menjadi orang yang menarik dan dicintai seperti Riko.


...Demi itu, aku harus membalas kesalahan sejauh ini dengan melakukan sesuatu.


★★★


Pada akhirnya, setelah itu pun para kuda poni sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menjauh dariku.


Kalo begini terus, hanya akan merepotkan pengunjung lain juga.


Tidak ada yang bisa aku lakukan. Mari kita menyerah pada memberi makan... 


Sambil berkali-kali meminta maaf kepada Riko, aku mengajaknya meninggalkan area kuda poni.


Meski Riko sambil tertawa bilang "Seru sekali", aku tetap merasa kecewa pada diriku sendiri.


Padahal aku sudah merencanakan semuanya dengan matang, tapi mulai dari kereta pagi, berkuda, bahkan memberi makan kuda poni tidak berjalan lancar... 


Lebih parahnya lagi, masih tersisa lebih dari satu jam sebelum kereta kuda yang berkeliling fasilitas datang.


Ini gawat... 


Kalo hanya duduk diam selama satu jam di sini, Riko pasti akan bosan.


"Danau yang jadi tujuan selanjutnya jaraknya lumayan jauh, tapi apa tidak apa-apa untuk berjalan?"


"Iya, tentu saja!"


Riko mengangguk dengan ekspresi ceria.


Di tengah kencan yang sama sekali tidak berjalan lancar ini, satu-satunya hal yang menyelamatkanku adalah senyum Riko yang tidak pernah pudar.


Sebelumnya     Daftar isi    Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال