> CERITA 4

CERITA 4

 Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 2 cerita 4. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

BENTO DAN JANJI



Sambil memandangi pepohonan dan bunga liar, kami menyusuri jalan setapak di dalam fasilitas selama sekitar 20 menit hingga akhirnya danau mulai terlihat.


Riko terus-menerus berkata, "Ini menyenangkan" sambil tersenyum kepadaku selama kami berjalan.


Bagaimanapun, Riko sangat imut, sampai-sampai aku harus bersusah payah agar tidak menunjukkan ekspresi wajah yang kelewat bahagia.


Aku bertanya-tanya kenapa hanya dengan berjalan bersebelahan saja dia bisa terlihat begitu senang?


Riko benar-benar seperti seorang dewi... 


Di tepi danau terbentang rumput sintetis, dan beberapa orang membentangkan alas sambil berjemur dan menikmati makan siang mereka.


"Riko, bagaimana kalau kita makan siang di sini juga?"


"Iya! Di sana ada stan yang menjual camilan hangat, jadi biar aku yang membelinya, ya!"


"Ah, Riko tunggu! Sebenarnya...etto.."


"Hmm?"


"A-aku...sudah menyiapkan bento untuk kita berdua...!"


"Eh!?"


"Ini pertama kalinya aku memasak, jadi aku tidak yakin apakah rasanya enak atau tidak..."


"Minato-kun yang membuatnya...?"


"I-iya."


"Bento buatan Minato-kun..."


Air mata perlahan menggenang di mata Riko yang terbelalak.


"Wah!? Riko!? Maaf, apa kau segitu tidak sukanya!?"


"Bu-bukan itu...! Aku...sangat terharu...! Ehehe, maaf membuatmu terkejut. Aku sangat senang. Terima kasih...!"


Sambil mengusap air mata yang menetes di sudut matanya, Riko tersenyum manis.


Aku tidak dapat berkata apa pun dan hanya bisa mengangguk tanpa suara.


Aku tidak menyangka dia akan merasa sebahagia ini, jadi kalo aku berbicara sekarang, suaraku mungkin akan bergetar.


Aku ingin melakukan sesuatu untuk Riko.


Dengan niat itu saja, aku memberanikan diri mencoba sesuatu yang belum pernah kulakukan, tapi sepertinya itu adalah keputusan yang tepat.


Pagi tadi aku bangun pukul 3 dini hari, dan butuh waktu lebih dari 3 jam hingga bentonya selesai, tapi sekarang, aku benar-benar merasa bersyukur karena tidak menyerah.


Dengan hati yang dipenuhi rasa gugup dan harapan, aku membuka ransel dan mengeluarkan bento yang aku buat.


Di depan Riko yang menatap bento itu dengan penuh antusias, aku membuka tutupnya──


"Uwah!? ...Tidak mungkin."


Isi bento itu dalam kondisi yang mengenaskan.


Seluruh lauk berpindah ke sisi kanan kotak, tertekan dan menjadi berantakan.


Aku terlalu terkejut hingga pikiranku seketika menjadi kosong.


Dengan keadaan seperti ini, aku tidak mungkin membiarkan Riko memakannya.


"Minato-kun..."

 

"Ma-maaf. Aku akan pergi membeli sesuatu sebagai pengganti dari wagon tadi...!"


"Tunggu. Tidak apa-apa, ini masih bisa dimakan."


Saat aku hendak berlari sambil membawa dompet, lenganku dengan lembut ditarik dan dihentikan oleh Riko.


"Tapi..."


"Lihat saja, ya."


Riko tersenyum untuk menenangkanku, lalu mengambil sumpit.


Di depan mataku yang masih terpaku, Riko dengan hati-hati memperbaiki isi bento itu.


"Lihat, sudah kembali jadi bento yang terlihat lezat!"


Seolah-olah Riko telah menyihirnya, bento itu kembali ke keadaan yang layak.


Kalo diperhatikan lebih dekat, tamagoyaki memang sedikit berubah warna karena terkena kuah nimono, dan tomatnya penyok dan retak, tapi aku memutuskan untuk menerimanya.


Sebab, kalo aku menolak bento ini, berarti aku menolak kepedulian Riko yang sudah bersusah payah membenahinya.


"Membawa bento itu memang sulit. Aku juga sering gagal seperti ini."


Riko tertawa kecil dan bercanda dengan manis.


Karena aku tahu kalo semua yang dia lakukan adalah demi mempertimbangkan perasaanku, dadaku terasa sesak oleh haru.


"Minato-kun, bolehkah aku memakan bentonya?"


"A-ah, iya..."

 

"Waaai! Kalo begitu, itadakimasu."


Riko menyatukan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya sedikit, lalu dia mengulurkan sumpit ke arah tamagoyaki yang bentuknya paling tidak rapi.


Sambil menahan napas, aku mengawasinya dengan cemas, dan riko pun memasukkan tamagoyaki itu ke dalam mulutnya.


"Hmm~! Manis dan enak sekali..."


Riko menyipitkan matanya dengan bahagia sambil menempelkan telapak tangannya ke pipinya.


"Hei hei, Minato-kun juga coba makan, ya?”


"Baiklah...eh, Riko? Uhh, kenapa kau menyodorkan tamagoyaki yang sudah kau jepit pakai sumpit itu ke arahku?"


"Minato-kun harus mulai mengingat kalo aku suka sekali menyuapi Minato-kun dengan 'a~n'."


"Eeeeeeh!?


"Jadi, ya, ayo, a~n."


"Tidak mungkin...ini di tempat umum, tahu...!?"


"Tidak boleh?"


Kalo ditanya dengan wajah seimut itu, aku tidak mungkin menolak.


Lagipula, disuapi dengan 'a~n' oleh gadis yang disukai saat sedang kencan adalah impian seluruh laki-laki───tidak berlebihan kalo dikatakan begi.


Ini aneh.


Harusnya aku yang membuat Riko bahagi, tapi lagi-lagi aku yang merasa sangat bahagia.


Aku mulai menyadari perlahan kalo rencana yang aku susun dengan begadang selama berhari-hari ternyata sama sekali tidak berguna.



Sebelumnya     Daftar isi     Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال