> CERITA 5

CERITA 5

Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 2 cerita 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

 

AKU TIDAK BISA MENYEMBUNYIKANNYA LAGI


 

Aku mulai menyadari ada yang aneh dengan sikap Riko saat kami sedang dalam perjalanan menuju lapangan interaksi dengan hewan kecil setelah makan siang.


"──Di dalam lapangan interaksi itu, katanya ada kelinci dan marmut yang dilepas bebas, jadi kita bisa menyentuh mereka sesuka hati. Lalu, tertulis juga kalo kita boleh mengambil foto."


"Aku senang sekali! Minato-kun, ayo kita foto bareng sambil menggendong kelinci ya!"


"Iya, iya. Eh, tunggu... Riko, sebentar."


"Ada apa?"


Riko menghentikan langkahnya dengan ekspresi polos nan manis.


Sekilas, tidak ada yang aneh darinya.


Tapi, orang ini adalah orang yang aku sukai, yang telah aku perhatikan dari dekat selama berbulan-bulan.


Tidak mungkin aku tidak menyadarinya.


"Riko, kakimu sakit, ya?"


"Eh..."


Senyum lembut Riko seketika menegang.


"A-anu, aku tidak apa-apa, sungguh──"


"Sini."


Aku langsung tahu kalo dia sedang memaksakan diri agar aku tidak khawatir.


Karena itu, untuk kali ini aku mengabaikan perkataannya dan mendudukkannya di bangku terdekat.


"Boleh aku melihat kakimu?"


"......"


Riko menatapku dengan mata seolah sedang memohon.


Kalo dia bersikeras menyembunyikannya dalam situasi seperti ini... 


Perasaan tidak enak muncul, dan aku berlutut di depan kakinya.


"Riko, maaf."


Setelah mengucapkan permisi, aku mengambil kaki Riko yang memakai sandal dan meletakkannya di atas lututku.


"Kya!?"


Riko memekik kaget dan dia seketika langsung memerah.


Kalo bukan dalam situasi darurat seperti ini, aku pasti sudah memerah hanya dengan menyentuh kakinya.


Tapi sekarang, hatiku begitu sakit sehingga aku tidak sempat memikirkan hal lain.


"Minato-kun, jangan. Nanti bajumu kotor...!"


"Jangan khawatir."


Sandalnya imut yang sedikit tinggi dan benar-benar bersih, sepertinya ini baru pertama kalinya dia pakai.


Kaki kecil Riko memerah di beberapa tempat saat dia duduk di dalamnya.


Dan yang lebih menyakitkan lagi, jari kelingking dan tumitnya lecet hingga berdarah.


"...Aku akan segera mengobatimu, jadi aku akan melepas sandalmu."


"A-anu, biar aku saja yang melakukannya...!"


"Tidak usah, Riko diam saja."


"....! Ba-baik..."


Agar Riko yang selalu penuh perhatian tidak merasa sungkan, aku mengatakan itu dengan nada tegas yang tidak seperti biasanya, dan entah kenapa, wajah Riko malah makin memerah.


Aku tidak tahu alasannya, tapi setidaknya dia tidak mencoba menurunkan kakinya dari lututku. 


Itu saja sudah cukup.


Aku mulai melepas sandal kanan Riko, lalu membuka ransel yang kubawa dan mengeluarkan plester, obat antiseptik, dan kain kasa bersih.


Riko yang menyaksikan tindakanku membelalak.


"Aku penasaran... Minato-kun, apa kau selalu membawa itu?"


"Tidak, aku cuma membawanya untuk berjaga-jaga."


Di dalam ranselku ada juga senter, charger, koyo, obat nyamuk semprot, penutup mata, dan dua payung lipat.


Majalah yang aku pakai sebagai referensi memang tidak mencantumkan daftar barang yang sebaiknya dibawa saat kencan, jadi setelah bingung memutuskan, aku akhirnya membawa segala sesuatu yang mungkin dibutuhkan untuk menghadapi keadaan tak terduga.


"Maaf, mungkin agak perih."


"Tidak apa-apa."

 

Riko menutup matanya rapat-rapat, seolah bersiap menghadapi rasa sakit.


Padahal aku tidak ingin membuatnya kesakitan... 


Dengan perasaan yang menyesakkan, aku menyemprotkan cairan antiseptik sepelan mungkin.


Lalu, dengan kain kasa bersih yang baru saja kukeluarkan dari kantong tertutup rapat, aku menyeka area sekitar lukanya, dan setelah menempelkan plester, kini giliran kaki kirinya.


"──Selesai."


"Terima kasih. Aku akan mencoba berdiri ya."


"Eh? Sebaiknya kau jangan memaksakan diri──"


Aku buru-buru mengulurkan tanganku pada Riko.


Riko berdiri dengan bersandar pada lenganku, menapakkan kedua kakinya ke tanah.


"Ah! Hebat! Minato-kun, sekarang sudah tidak sakit. Berkat plester, sandalnya tidak langsung menyentuh lukanya lagi!"


Sepertinya kali ini dia tidak sedang memaksakan diri, dan aku benar-benar merasa lega dari lubuk hatiku.


Tapi, belum sampai beberapa detik, perasaan bersalah karena membiarkan hal ini terjadi mulai menguasai diriku.


"Riko, maaf, ya. Kalo saja aku sadar lebih cepat soal lecet di kakimu, pasti tidak akan separah ini... Tidak, bahkan sejak awal aku seharusnya sadar kalo pakai sandal baru dan jalan jauh itu bukan ide yang bagus."


"Tu-tunggu! Ini salahku kok. Karena aku menyembunyikan soal lecetnya, Minato-kun malah jadi tambah khawatir... Lagipula, aku terlalu senang karena bisa berkencan dengan Minato-kun, makanya aku nekat memakai sandal baru... Aku yang bodoh... Maaf..."


"Bukan itu... Semua ini karena aku gagal terus sejak tadi..."


Kalo saja aku tidak mengajaknya berjalan dari area kuda poni sampai ke danau, pasti hal ini tidak akan terjadi.


Dan itu karena aku terlalu memprioritaskan kejutan hingga aku tidak memberitahunya sebelumnya kalo kami akan berkuda, padahal aku seharusnya memberi tahu Riko dari awal, sekarang kalo dipikir-pikir, sejak situasi jadi kacau, kejutan itu bisa dibilang gagal total.


Aku teringat kesalahan kembali kegagalan di kereta tadi, serta bento yang jadi berantakan, membuatku benar-benar merasa tidak berguna.


Dan pada akhirnya aku malah membuat Riko terluka... 


Aku ingin meninju diriku sendiri yang semalam berpikir, 'Karena aku sudah memeriksanya berulang kali, pasti kencan besok akan berjalan sempurna'.


Padahal sudah diberi kesempatan untuk mengulang kencan pertama kami, tapi aku malah membuat semuanya berantakan lagi.


Aku berusaha keras agar Riko bisa menyukaiku, dan suatu saat ingin aku mengungkapkan perasaan ku ini padanya.


Aku pikir aku sudah melakukan yang terbaik, tapi nyatanya semua hanya berakhir sia-sia.


"Maaf... tidak ada yang berjalan sesuai rencana... Aku benar-benar ingin membuat Riko bahagia..."


"Eh? Rencana?"


Gawat.


Aku mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya.


Meskipun aku menyesalinya, kata-kata yang sudah terucap tidak bisa ditarik kembali.


Dengan perasaan malu yang menyelimuti diriku hingga tidak sanggup mengangkat wajahku, aku mulai menjelaskan semua yang telah aku lakukan untuk mempersiapkan kencan ini.


Sebenarnya aku ingin terlihat keren tanpa harus menjelaskan soal persiapan sebelumnya.


Tapi, pada akhirnya aku hanya bisa mengungkapkan diriku yang apa adanya.


"......Tidak mungkin. Jadi kau sudah mempersiapkan sejauh itu...? Dan kau juga sampai berkonsultasi dengan Rei-chan?”


"Asakura sangat tulus membantuku, tapi aku merasa bersalah karena hasilnya tidak sesuai harapan..."


"Kenapa kau bicara seperti itu? Aku merasa sangat bahagia sepanjang hari ini, lho?"


"Terima kasih. Tapi, tolong jangan memaksakan dirimu. Aku sendiri paling tahu betapa banyak kegagalan yang kulakukan hari ini. Maaf karena aku orang yang tak bisa mengawal kencan ini dengan baik..."


"Itu tidak benar──"


Saat Riko hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba suara guntur menggelegar di atas kepala kami.


Aku tersentak dan mendongak, melihat awan gelap menggulung cepat dari arah barat.


Sekarang bahkan cuaca pun seolah berpaling dariku.


Meskipun cuaca pegunungan memang mudah berubah, rasanya aku benar-benar membawa kesialan hari ini.


Tak lama kemudian, hujan deras mulai turun.


Orang-orang di sekitar kami bergegas mencari bangunan beratap untuk berteduh.


"Riko, kita juga harus segera pindah. Kalo Riko tidak keberatan, biar aku yang menggendongmu."


Saat aku membungkuk untuk menawarkan punggungku, entah kenapa Riko justru menubrukku dengan pelan.


Eh...?


Dia merangkulku dari belakang, membuatku semakin bingung.


Aku...sedang dipeluk...? Ke-Kenapa...!?


"A-ano, Riko-san...?"


Aku bahkan sampai memanggilnya dengan akhiran '-san' karena gugup.


"Aku tidak masalah kehujanan, aku hanya ingin kau mendengarkan ucapanku ini."


"Ba-baik."


"Saat di dalam kereta pun, aku tidak ingin jauh dari Minato-kun. Karena itu, aku sangat senang bisa berada di dekatmu. Aku benar-benar terkejut saat kau membawaku ke peternakan ini sebagai kejutan, rasanya seperti kencan yang sangat istimewa dan membuatku berdebar. Aku memang tidak bisa menunggang kuda karena memakai gaun, tapi...tetap saja, karena ini kencan dengan Minato-kun, aku ingin berdandan secantik mungkin... Sandal ini juga. Dari atas sampai bawah, aku ingin terlihat sedikit lebih imut, supaya Minato-kun bisa memandangku dan berpikir, 'dia imut', walau hanya sesaat..."


".........."


"Waktu bersama kuda poni tadi, Minato-kun pasti tidak tahu betapa hatiku berdebar. Bisa disukai hewan seperti itu, kau hebat sekali. Minato-kun apa kau tahu? Hewan itu bisa mengenali orang yang baik hati. Aku yakin poni-poni itu langsung tahu kebaikan Minato-kun hanya dengan sekali lihat. Aku belum pernah bertemu orang sebaik dan sepeduli Minato-kun. Kau bangun pagi-pagi hanya demi membuatkan bento untukku, membawa obat antiseptik dan plester, dan menyiapkan banyak hal hanya untuk membahagiakanku. Bahkan saat semua itu tidak berjalan dengan lancar, kau tetap bersedih karenanya... Semuanya menunjukkan betapa baik hatinya Minato-kun, dan aku benar-benar menghormati kebaikanmu dari lubuk hatiku."


"Riko..."


"Jadi tolong, jangan bilang dirimu itu orang yang gagal. Minato-kun adalah orang yang sangat menarik."


"........"


Aku telah berusaha sekuat tenaga hanya untuk membuatnya senang, tapi semua itu malah berakhir kacau dan membuatku terpuruk, tapi Riko menerima semuanya dan menganggapnya berharga──


...Aku benar-benar mencintai gadis ini.


Aku yakin aku tidak akan pernah mencintai siapa pun sebanyak ini seumur hidupku.


Aku begitu mencintai Riko sampai rasanya aku ingin menangis tanpa alasan.


Aku tidak sedetik pun berpikir kalo aku telah berusaha cukup keras untuk mengungkapkan perasaanku.


Tapi, karena Riko begitu berharga bagiku, tanpa kusadari perasaanku mulai meluap.


"Aku...menyukaimu, Riko."




Sebelumnya     Daftar isi     Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال