Kamu saat ini sedang membaca Inkya no ore ga Sekigae de Skyubishojo ni kakomaretara Himitsu no kankei ga hajimatta volume 1, chapter 3. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
SIAPA KUROKI RUI?
Tik... tik... tik…
Aku terbangun karena suara hujan yang menerpa jendela kamarku.
Langit hari ini dipenuhi awan kelabu yang pekat, membuat pagi terasa suram.
"Ah, masih jam 6:30..."
Kemarin, aku mengetahui rahasia kalo Ichinose Yuria adalah seorang otaku tersembunyi, malamnya, aku dipaksa mendengarkan obrolan otakunya tentang anime hingga larut malam.
Biasanya dia terlihat murung, tapi begitu topiknya tentang anime, dia langsung jadi cerewet.
"Aku masih ngantuk, tido pun sodap ni..."
"Hei, Ryota~! Bangun cepat! Onee-chan sudah meghabiskan semua sarapanmu!"
"Laporannya telat!"
Dan benar saja, sarapanku benar-benar habis.
★★★
Di bawah langit yang dipenuhi hujan, aku berjalan menuju sekolah sambil memegang payung.
Hari ini, musim hujan telah tiba, dan dan sepertinya akan ada hari-hari lagi dimana aku membutuhkan payung untuk sementara waktu.
Aku meletakkan payungku di rak payung di pintu masuk sekolah.
Pegangan payungku ditempeli selotip bergambar karakter anime, jadi kecil kemungkinan payungku akan dicuri.
"Ah, selamat pagi—Izumiya-kun."
Saat aku sedang mengganti sepatu di depan loker, Kuroki Rui yang datang setelahku menyapaku.
Rambut lurus hitam pekat, wajah kecil yang rapi, dan aura elegan yang memancar darinya.
Seperti biasa, aura manusia sempurna tanpa celahnya sangat kuat...
"Se-selamat pagi."
Aku membalas sapaan itu dengan singkat.
"Hari ini hujan, ya?"
"A-ah, iya."
Hanya karena kami duduk bersebelahan, percakapan sehari-hari seperti ini terjadi.
Rasanya jarak antara kami tiba-tiba menjadi sangat dekat.
Apa Kuroki tipe orang yang sering menyapa seperti ini?
"Ah, Rui-chan, selamat pagi~"
"Rui, selamat pagi."
2 anggota 3 gadis cantik lainnya datang setelah kami.
"Selamat pagi, kalian ber-2. Hei, Yuria, apa kau merasa kesepian sendirian, jadi kau mengajak Airi untuk berangkat sekolah bersama?"
"Bukan begitu. Airi bilang payungnya rusak, jadi terpaksa aku membiarkannya masuk ke payungku."
"Ah, Yuria. Padahal aku sudah mengirimkan 'love call' dan berkata kalo dia ingin berangkat sekolah bersama Airi~"
"Jangan membuat cerita aneh."
Sambil mencolek pipi Umiyama, Ichinose melirik ke arahku.
Oh iya, aku harus berhati-hati agar kejadian kemarin tidak ketahuan.
"Ada apa, Yuria?"
"Tidak, bukan apa-apa... Aku akan pergi dulu."
Meskipun ditanya oleh Kuroki, Ichinose tetap menjaga ekspresi datarnya dan langsung pergi menuju kelas.
"...Begitu rupanya."
"Rui-chan? Apa yang 'begitu rupanya'?"
"Bukan apa-apa. Ayo kita pergi juga, Airi."
Sambil mengatakan itu kepada Umiyama, Kuroki melirik ke arahku dan tersenyum kecil.
Apa... apa maksudnya itu?
★★★
Pada akhirnya, Kuroki hanya menyapaku di pagi hari, dan setelah itu, dia sama sekali tidak menyapaku selama istirahat atau saat berpindah kelas.
Tapi—justru itu yang membuatnya semakin mencurigakan.
Kalo dia sudah menyadari hubunganku dengan ke-2 gadis itu... ini buruk.
Tentu saja, perubahan hubunganku dengan Umiyama dan Ichinose baru terjadi kemarin dan hari sebelumnya, jadi kecil kemungkinan hal itu akan ketahuan.
Tapi, IQ Rui Kuroki jauh melampaui orang biasa, dan ada legenda kalo dia pernah memprediksi semua soal ujian dengan membaca pikiran guru.
Selain itu, dia adalah seorang Yamato Nadeshiko yang jenius—dia memenangkan semua cabang olahraga yang diikutinya di Junior Olympics saat SMP, dan saat SMA kelas 1, dia mendapat prediksi A untuk ujian masuk Universitas Tokyo jurusan sains.
Oleh karena itu, satu-satunya orang yang bisa mendekatinya dan berbicara setara dengannya hanyalah ke-2 gadis itu, yang memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Kuroki.
Umiyama Airi memiliki payudara besar yang luar biasa, sesuatu yang tidak dimiliki Kuroki, sementara Ichinose Yuria adalah Gyaru dengan gaya fashion modern yang tidak dimiliki Kuroki, dan pahanya yang memikat adalah senjata yang mengalahkan Kuroki.
Karena Umiyama Airi dan Ichinose Yuria memiliki kepribadian yang unik dan absolut, mereka bisa berbicara dengan percaya diri kepada Kuroki Rui, dan sederhananya, ketiganya memiliki hubungan yang baik.
Itulah kenapa, kalo Kuroki mengetahui kalo seorang otaku-yinkya seperti diriku memegang rahasia Umiyama dan Ichinose, dia pasti akan menanyai aku untuk melindungi kedua teman pentingnya.
Kalo sapaan pagi tadi adalah caranya untuk menyelidiki... maka ini pertanda buruk.
Selain itu, ada kemungkinan lain kalo Ichinose atau Umiyama telah berkonsultasi dengan Kuroki tentang fakta kalo aku mengetahui rahasia mereka.
Itu mungkin alasan kenapa Kuroki mulai memperhatikan aku... tapi, kalo itu benar, rahasia mereka sendiri bisa terbongkar, dan aku tidak ingin berpikir kalk mereka akan melakukan hal seperti itu.
"Hey, Ryota."
Ketika aku sedang asyik berpikir di mejaku setelah pelajaran ke-4, aku mendengar suara kecil memanggilku dari depan.
Umiyama, yang duduk di depanku, setengah membalikkan badannya dan melambaikan tangannya ke arahku.
Karena sudah waktu istirahat makan siang, Ichinose dan Kuroki yang duduk di sebelahku sudah tidak ada di tempat mereka.
"Cepat lihat LINE. Kita bertemu di sana."
Sementara aku mengeluarkan Hp-ku, Umiyama berdiri dari kursinya dan pergi ke suatu tempat.
Apa... apa yang terjadi?
『Umiyama: Ayo makan siang di ruang kelas kosong di lantai 3? Yuria ada rapat panitia festival budaya, dan Rui-chan ada rapat klub, jadi Airi sedang tidak ada kegiatan~』
Dia bahkan mengirimkan stempel gurita marah yang dikirim bersamaan dengan pesannya.
Undangan makan siang lagi, ya.
Tapi kali ini, fakta kalo dia mengajakku ditempat dimana tidak seorang pun akan melihat kami menunjukkan kalo dia lebih perhatian daripada yang kukira.
Tapi ruang kosong... itu berarti hanya ada kami ber-2 saja, kan?
Jangan-jangan Umiyama... jatuh cinta pada 'daya tarik pria' tersembunyi dalam diriku?
............Tidak, mustahil, tidak mungkin sama sekali. 1 MM pun mustahil.
Setelah berpikir dengan tenang seperti dalam mode 'sage time', aku menyadari kalo tidak ada sedikit pun daya tarik tersembunyi dalam diriku.
Makan siang berdua dengan Umiyama... hah, apa akan ada adegan erotis dan aku bisa meremas payudaranya...
Aku membeli onigiri di kantin sambil terus memikirkan hal-hal mesum.
Tidak, tidak, sekarang ini lebih tentang Kuroki daripada adegan erotis.
Masalah Ichinose kemarin juga bisa diselesaikan setelah aku membicarakannya dengan Umiyama.
Mungkin kali ini aku juga bisa mencoba berkonsultasi dengannya.
★★★
Lantai 3 adalah area di mana ruang sains dan ruang kesejahteraan keluarga berada, jadi biasanya tidak banyak orang yang lalu lalang di ai i kecuali ada kelas yang sedang berlangsung.
Eh, tapi ruang kosong ini biasanya terkunci, kan...?
Dengan keraguan, aku memegang pintu geser ruang kosong itu, dan ternyata pintunya terbuka dengan mudah.
Di dalam ruangan, hanya ada sekitar 6 meja dan kursi di bagian depan, dan tidak ada apa pun selain itu.
"Ryota, kau lama sekali~"
Ketika aku masuk, Umiyama sedang makan siang sendirian.
"A-aku minta maaf."
Sambil meminta maaf, aku meletakkan onigiriku di kursi sebelah Umiyama.
"Ryota, makan siangmu cuma itu lagi?"
Mungkin karena aku hanya membawa onigiri seperti kemarin, Umiyama bertanya dengan nada khawatir.
"Ya, begitulah."
Alasannya sebagian karena aku kekurangan uang, tapi juga karena aku memang tidak banyak makan.
Sementara itu, Umiyama sedang menyantap katsu curry versi takeaway yang juga dia makan kemarin dengan lahap.
Seberapa besar dia menyukai katsukare?
"Kemarin kau benar-benar pergi ke arcade, Kan?"
"Ya, kan Umiyama sudah memberitahuku, jadi aku harus pergi."
"Meski begitu, kalo kau benar-benar tidak suka, biasanya orang akan kabur, kan?"
"Eh, begitu... ya?"
"Ryota memang orang yang serius, ya."
Umiyama berkata begitu sambil sambil mengisi mulutnya dengan katsukare.
Sulit untuk menentukan apa itu pujian atau ejekan.
"Ryota, kau menyukai Yuria, kan? "
"Ti-tidak, bukan begitu!"
"Benarkah? Tapi aku selalu melihatmu melirik ke arah Yuria, jadi kupikir kau menyukainya."
Oh serius... Ternyata ada saksi lain selain orangnya sendiri yang melihat insiden di mana aku menatap paha Ichinose.
Mulai sekarang, aku harus lebih berhati-hati dalam melihat (paha dan payudara) secara wajar...
"Begitu ya. Aku pikir kau menyukai Yuria, jadi aku akan membantumu."
"Me-membantuku?"
"Ya. Sebenarnya, kemarin Airi berencana pergi ke arcade di kota sebelah untuk memastikan sesuatu. Tapi setelah mendengar ceritamu tentang Yuria, aku menyerahkan tugas itu padamu. Aku pikir Airi bisa menjadi Cupid cinta."
Cupid cinta? Jangan bercanda.
Simpan saja taman bunga itu di kepalamu apa adanya.
Kalo saja Umiyama yang pergi ke sana menggantikanku, kelompok 3 gadis cantik itu mungkin sudah bubar sekarang.
"Ngomong-ngomong, dari siapa kau mendapatkan informasi kalo Ichinose berada di arcade itu?"
"Itu dari temanku di kelas lain. Dia berasal dari kota sebelah, dan katanya dia melihat Yuria masuk ke arcade di dekat stasiun. Temanku yang lain juga memberikan informasi yang sama, jadi aku terus penasaran."
"Heh... kau punya banyak teman, ya. Umiyama memang punya wajah yang besar."
"Apa? Wajahku kecil, tahu! Aku selalu memakai roller wajah! Nih, lihat!"
Umiyama dengan penuh semangat memamerkan wajah kecilnya padaku. Bukan itu maksudku.
[TL\n: maksudnya si Ryota kola si Umiyama punya jaringan pertemanan yg luas.]
"Tapi pada akhirnya, Yuria tidak ada di sana, kan? Mungkin temanmu hanya salah lihat?"
"Uhh... entahlah..."
"Kalo kau langsung bertanya pada Yuria apa dia pergi ke arcade, dia pasti tidak akan menjawab, kan?"
"Itu... aku tidak tahu, tapi..."
Tentu saja dia tidak akan bisa menjawab.
Tidak mungkin Ichinose Yuria yang anggun bisa mengakui kalo dia 'sering pergi ke arcade untuk mendapatkan action figur gadis cantik berpayudara besar.'
"Ngomong-ngomong, Ryota, tadi pagi sebelum Airi dan Yuria datang, kau sempat berbicara dengan Rui-chan, kan?"
"Eh...?"
"Airi penasaran tentang itu. Apa yang kalian bicarakan?"
Jadi, apa Umiyama mengajakku makan siang hanya untuk menanyakan hal ini?
Bahkan kali ini bukan di kantin, melainkan di ruang kelas kosong agar bisa berbicara 4 mata...
Nah dari sudut pandang Umiyama, aku adalah satu-satunya orang yang mengetahui rahasianya. Jadi, wajar saja kalo dia merasa penasaran ketika melihatku berbicara dengan Kuroki, yang merupakan temannya.
Artinya, dia masih belum sepenuhnya mempercayaiku... Meskipun aku memang sudah menduganya.
"Jangan khawatir, aku bukan tipe orang yang suka membocorkan rahasia, apalagi soal rahasiamu. Kau mencurigaiku, kan?"
"Eh? Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba kau membahas itu?"
Umiyama menatapku dengan wajah bodoh, sambil terlihat sedikit kebingungan, lalu menjilat sendoknya dengan santai.
"Tu-Tunggu, bukankah kau mencoba mengorek informasi dariku karena berpikir aku telah membocorkan rahasiamu?"
"Haaah... Ryota benar-benar tidak mengerti Airi, ya! Airi tidak pandai berpikir serumit itu! Kalo Airi benar-benar mencurigaimu, Airi pasti akan bertanya langsung tanpa berbelit-belit!"
"Begitu, ya...?"
"Malah, yang Airi penasaran bukan tentangmu, tapi tentang kenapa Rui-chan terlihat sangat gembira setelah berbicara denganmu!"
G-Gembira...? Apa maksudnya?
Aku mencoba mengingat kembali situasi saat berbicara dengan Kuroki, tapi seingatku, dia tidak terlihat sedang dalam suasana hati yang begitu baik...
"Rui-chan itu, setiap kali berbicara dengan laki-laki, dia selalu memasang wajah yang sangat datar."
"Wa-Wajah datar, apa kau serius?"
"Maksudku, dia seperti sedang berkata dengan matanya, 'Aku tidak tertarik dengan apa yang kamu bicarakan.'"
"Jadi, maksudmu dia seperti Ichinose yang tidak menyukai laki-laki?"
"Hmm, bukan seperti Yuria yang benar-benar tidak suka laki-laki, tapi lebih seperti... dia menganggap laki-laki lebih rendah darinya?"
Menganggap laki-laki lebih rendah...?
"Tapi anehnya, saat berbicara dengan Ryota, Rui-chan terlihat agak senang..."
"Be-Begitukah?"
"Waktu hari pertama kita bertukar tempat duduk, dia juga terlihat dalam suasana hati yang baik saat memperkenalkanmu pada kami."
Kalo dipikir-pikir, saat dia menjelaskan kalo aku adalah teman sekelasnya di SMP, ekspresinya memang lebih cerah dari biasanya.
"Itu dia! Pasti Rui-chan menyukai Ryota!"
Apa yang baru saja dikatakan oleh perempuan berotak bunga ini?
"Itulah sebabnya ekspresinya lebih lembut saat berbicara denganmu! Pasti begitu!"
"Itu terlalu disimpulkan secara terburu-buru... Aku bahkan tidak pernah berbicara dengannya sebelum kita bertukar tempat duduk."
"Tapi kalian satu SMP, kan!? Pasti ada momen di mana dia diam-diam mulai menyukaimu tanpa kau sadari! Kyaa!"
Gadis berotak bunga ini menempelkan kedua tangannya ke pipinya, dan berteriak dengan nada tinggi.
"Ah! Airi baru saja mendapat ide yang sangat bagus~!"
Aku punya firasat buruk tentang ini...
★★★
"Kalo begitu, Ryota, Airi akan kembali ke kelas duluan! Tolong kembalikan kuncinya ke ruang guru ya~!"
Setelah selesai makan siang, Umiyama langsung berlari pergi entah ke mana, dengan payudara besarnya yang ikut bergoyang saat dia bergerak.
Katanya tadi dia mendapat 'ide bagus', tapi ide seperti apa?
Mengingat betapa cerobohnya dia, aku hanya berharap dia tidak membawa masalah besar seperti saat membahas Ichinose.
Tapi tetap saja, gagasan kalo Kuroki Rui menyukaiku... itu benar-benar tidak masuk akal, bagian lagin dunia akan jungkir balik.
Tapi, fakta kalk Kuroki hanya bersikap berbeda kepadaku memang sesuatu yang patut dipertanyakan.
Apa itu karena kami berasal dari SMP yang sama? Aku tidak tahu.
SMA Prefektur Natsuhama Chuo, tempat kami bersekolah, cukup jauh dari SMP asal kami.
Akibatnya, hanya ada sedikit lulusan dari SMP yang sama di sini, seperti aku, Kuroki, dan Tanaka, teman otaku-ku yang ada di kelas sebelah.
Lagipula, sekolah ini adalah salah satu SMA negeri terbaik di prefektur, dan meskipun banyak teman SMP-ku yang mencoba masuk kesini, tapi kebanyakan dari mereka gagal.
Mengesampingkan pertanyaan kenapa seseorang dengan payudara besar dan yang berotak bunga seperti Umiyama, bisa lolos seleksi masuk sekolah ini adalah sebuah misteri tersendiri, tapi untuk sekarang, aku tidak akan memikirkan itu, mungkin alasan Kuroki bersikap berbeda kepadaku hanyalah karena dia jarang bertemu dengan sesama lulusan SMP yang sama.
Jadi, teori aneh yang dibuat Umiyama tadi sama sekali tidak mungkin terjadi.
"Hmph... Jangan remehkan pengalaman ku sebagai seorang Yinkya. Aku bukan sorang yiniya yang mudah salah paham seperti kebanyakan orang."
Setelah mengunci ruang kelas yang kosong, aku langsung menuju ruang guru.
★★★
Hari ini, aku berhasil melewati waktu tanpa sekali pun melihat paha Ichinose sampai kelas sore berakhir, aku mengikuti pelajaran yang membosankan dengan cukup serius dan akhirnya menyambut waktu pulang sekolah.
Nah, apa yang akan kulakukan setelah pulang sekolah hari ini?
2 hari yang lalu, aku membeli 'Oppai Sui' di Tsutaya, dan kemarin aku pergi ke arcade di kota sebelah.
Jadi, akhir-akhir ini aku menghabiskan waktu setelah pulang sekolah dengan cukup sibuk.
Hari ini hujan, jadi mungkin aku akan pulang langsung ke rumah.
Lagipula, aku juga tidak punya uang.
Setelah bersiap-siap untuk pulang, aku menuju pintu keluar sambil membawa tasku.
Akhirnya, sampai saat ini aku masih belum mengerti maksud dari 'ide bagus' yang disebutkan oleh Umiyama... Apa itu sebenarnya?
"...Ah, akhirnya kau datang."
Ketika aku sampai di pintu keluar, Kuroki sudah ada di sana... Tunggu, kenapa dia ada di sini?
Ketika aku melihat lebih dekat ke tangan Kuroki, ada selotip bergambar karakter anime yang melilit pegangan payung.
"Itu... punyaku."
Aku tidak tahu alasannya.
Tapi, tidak ada keraguan kalo Kuroki Rui memegang payung biru tua milikku dan menungguku di sana.
"...Kuroki?"
Kenapa dia memegang payungku dan berdiri di sana?
Tanpa benar-benar memahami situasi di depanku, aku memakai sepatu kulitku sambil mencoba memahami apa yang terjadi.
Tenang, ini pasti suatu kesalahan.
Pasti Kuroki salah mengiraku dengan seseorang───.
"Izumiya-kun, aku sudah menunggumu, lho?"
Hmm. Sepertinya ini bukan salah orang.
Aku sudah menduganya sejak dia memegang payungku.
"Airi memintaku untuk meminjamkannya payung karena dia tidak punya banyak waktu sebelum bertemu pacarnya, jadi aku meminjamkan payungku padanya."
Tanpa aku bertanya apa pun, Kuroki bergumam sendiri menjelaskan alasannya.
Jadi semua ini ulah si payudara besar yang otaknya penuh bunga itu... Aku tidak bisa memaafkannya... Setidaknya biarkan aku meremas payudaranya sekali.
"Tapi setelah aku meminjamkan payung ke Airi, dia berkata kali ini Rui-chan yang tidak bisa pulang, jadi Airi meminta tolong pada Izumiya-kun, kalian kan duku bersekolah di SMP yang sama dan jalur pulang yang hampir sama."
Aku sama sekali tidak tahu tentang permintaan itu.
"Maaf ya, Izumiya-kun, kau jadi ikut terbawa-bawa."
Ini keterlaluan.
Umiyama sepertinya salah paham kalo Kuroki menyukaiku, jadi dia sengaja menciptakan acara romantis (konyol) dimana kami berdua pulang di bawah payung yang sama.
Ya, aku mengerti ini semua kesalahan Umiyama... tapi meski sudah mendengar penjelasannya, masih ada satu hal yang tidak bisa kuterima.
"Airi memang anak yang merepotkan, ya. Dia terlalu sibuk dengan pacarnya... Aku sampai ingin melihat foto pacarnya sekali saja."
Pertama-tama, kenapa Kuroki tahu...kalo payung biru tua itu milikku...?
"Hey ayo, kita pergi sekarang."
".....Ah, ya."
Ini bukan suasana dimana aku bisa menolaknya.
Kalk aku menolak di sini... hubunganku dengan Kuroki pasti akan menjadi canggung, meskipun aku tidak nyaman dengannya, kami masih satu kelas selama lebih dari setengah tahun lagi, dan dia akan duduk di sebelah kananku, aku ingin menghindari hubungan yang canggung dengannya.
Lagipula, Kuroki seharusnya bisa meminta temannya yang lain untuk berbagi payung... tapi aku tidak mengerti kenapa dia bersikeras padaku.
Rumah Kuroki adalah rumah bergaya Jepang yang cukup besar di dekat rumahku.
Memang, kalo dia pulang bersamaku, dia bisa berteduh di bawah payungku sampai ke rumahnya, jadi pemikiran Umiyama sebenarnya cukup masuk akal... tapi meski begitu, bukankah biasanya orang tidak ingin pulang bersama orang seperti ku yang berada di dasar hierarki sosial di kelas...?
"Hey, payung ini, boleh aku membukanya?"
Sebelum keluar dari pintu, Kuroki mencoba membuka payungku.
"Payung ini, kau sudah menggunakannya sejak SMP, kan?"
"Eh, i-iya."
"Hehe... aku tahu."
Jadi, kenapa kau tahu?!?!?!
"Yah... payung ini cukup lebar, ya."
"A-aku saja yang pegang payungnya."
"Hmm, kau baik sekali ya."
Aku menerima payung yang sudah dibuka oleh Kuroki dan mengajaknya masuk ke bawah payung.
"Maaf mengganggu~"
"......"
Aku sangat gugup sampai aku tidak bisa berkata-kata.
Sebelum pertukaran tempat duduk, kami bahkan tidak pernah berbicara, kenapa tiba-tiba jarak kami menjadi dekat?
"Hei, Izumiya-kun."
Tidak lama setelah kami mulai berjalan, Kuroki yang berjalan di sebelah kiriku menatapku dari bawah sambil berbicara.
"Baru-baru ini, kau punya pacar, kan?”
Aku terdiam, kehilangan kata-kata.
Pertanyaan itu terlalu tiba-tiba dan tidak masuk akal, membuatku refleks berhenti melangkah.
"Jangan-jangan... pacarmu itu Yuria atau Airi?"
"Ti-tidak, tidak, tidak! Ma-mana mungkin seorang yinkya kelas bawah seperti ku bisa pacaran dengan gadis secantik Umiyama atau Ichinose?!"
"Reaksi yang terlalu berlebihan, biasanya kau pendiam tapi sekarang kau menyangkal dengan cepat, tanganmu yang menggenggam payung gemetar tak wajar. Kesimpulan... jelas itu bohong."
Analisisnya sangat tajam . Apa dia seorang detektif atau sesuatu...?
"Hei, kenapa kau bohong padaku? Kita kan dari SMP yang sama, kan? Ya, kan?"
Kuroki mendekatkan wajahnya ke arahku dengan tajam.
Memang benar kami satu SMP, tapi tidak lebih dari itu!
Karena hujan, aku tidak bisa mundur menjauh. Panas menjalar ke wajahku, tapi aku menahannya sekuat tenaga.
"Aku tidak bohong! Aku tidak pacaran dengan siapa pun!"
"Kalo begitu, kenapa kau begitu dekat dengan Airi?"
"Umiyama?"
"Kemarin, kau makan siang bersama Airi di kantin, kan? Aku mendengarnya dari teman-teman klub atletik. Kenapa kalian bisa sedekat itu?"
Jadi makan siang dengan Umiyama sudah jadi gosip yang menyebar?
Apa rumor kalo aku makan siang dengan Umiyama sudah tersebar keseluruhan sekolah?
"Ayo, jawab."
Jangan-jangan, Kuroki benar-benar penasaran soal itu...
Ya, kalo sahabatnya tiba-tiba akrab dengan seorang yinkya sepertiku, wajar kalo dia merasa khawatir.
"Itu...aku hanya berterima kasih pada Umiyama. 2 hari lalu, kami kebetulan bertemu di sebuah toko, dan dia memberikan sesuatu yang sangat aku inginkan."
Aku tidak bohong.
Aku kebetulan bertemu dengan Umiyama di toko (yang sedang bekerja), dan dia memberikan (menyimpan) barang yang aku inginkan (volume pertama Oppai Sui) untukku.
"Benarkah? Kau tidak punya hubungan apa pun dengan Airi?"
"Tentu saja. Lagipula, aku tidak berpikir gadis cantik seperti Umiyama akan menyukai seorang yinkya seperti ku."
"... Hehe, begitu ya. Kalo begitu, aku lega."
Kuroki menepuk dadanya dengan lega.
Dia pasti sangat lega mengetahui kalo sahabatnya, Umiyama, tidak berpacaran dengan orang seperti aku.
Wajahnya yang cerah itu begitu indah, seolah-olah bisa memenangkan penghargaan kalo dilukis.
Dia dadis cantik yang luar biasa... Aku hampir tidak percaya kalo dia ada di sampingku, seolah-olah dia berasal dari dimensi yang berbeda.
Kuroki tidak memiliki payudara atau paha yang menonjol, tapi wajahnya lebih cantik dan sempurna daripada gadis mana pun yang pernah aku temui, dan semakin aku menatapnya, semakin aku terpesona.
"Aku malu mengatakannya, tapi aku selalu perfeksionis sejak dulu."
Kuroki tiba-tiba mulai bercerita, mungkin karena dia sudah merasa nyaman.
"Baik dalam pelajaran, olahraga, maupun kepercayaan dari orang tua, Sensei, dan orang-orang di sekitarku, aku tidak bisa merasa puas kalo tidak sempurna."
Oh, jadi maksudmu, "Jika sahabatku Umiyama berpacaran dengan orang seperti aku, maka aku juga tidak akan sempurna" ya?
Kalo begitu, tenang saja, Kuroki, aku tidak punya hubungan seperti itu dengan Ichinose maupun Umiyama—
"Jadi aku lega mengetahui kalo Izumiya-kun bukan milik Airi..."
Hujan semakin deras.
Di depan gerbang sekolah yang sepi, di bawah payung yang sama, aku dan Kuroki berhenti dan saling memandang.
"Hey, apa maksudmu dengan itu—?"
Ketika aku bertanya balik, Kuroki tersenyum.
"Begini, di antara teman sekelas laki-laki di SMP, hanya Izumiya-kun yang tidak pernah menembakku kan?"
Hanya aku...?
Jadi, semua teman sekelas laki-laki selain aku pernah menembak Kuroki?
Aku tidak tahu kenapa Kuroki mengatakan hal seperti ini.
Seolah -olah dia ingin berkata berkata karena hanya aku yang tidak menembaknya, itu membuatnya tidak 'sempurna'.
Apa yang Kuroki katakan itu benar?
Tidak masuk akal kalo semua teman sekelas laki-laki di SMP selain aku pernah menembaknya.
Itu tidak realistis.
Tapi—anehnya, kalo Kuroki Rui yang mengatakannya, aku merasa itu bukan kebohongan.
"Ah, mungkin kamu meragukannya?"
"Ti-tidak..."
"Biar kujelaskan, itu benar, loh? Semua teman sekelas laki-laki di SMP pernah menembakku setidaknya sekali. Hanya Izumiya-kun yang tidak pernah melakukannya."
Setelah mengatakan itu, Kuroki dengan licik mengangkat sudut bibirnya.
Senyum hangatnya seperti matahari yang tidak cocok dengan hari hujan ini.
"Sa-satu pertanyaan, bagaimana dengan teman sekelas yang berpacaran dengan gadis lain?"
"Itu karena mereka ditolak olehku, jadi mereka memilih gadis lain, kan? Hehe, mereka sebenarnya ingin makan chateaubriand, tapi akhirnya memilih daging sapi atau daging babi... Cinta itu kejam, ya."
Yang kejam adalah ekspresimu...!!
Aku menahan diri agar tidak menimpali.
"Tapi... Izumiya-kun berbeda, kan? Dalam kasusmu, sejak awal kau bahkan tidak melirik daging. Bisa dibilang kau seperti hewan herbivora... Itulah yang membuatmu berbeda dari pemangsa lainnya."
Aku...herbivora?
Tidak mungkin. Aku ini jelas seorang karnivora sejati (penggemar oppai besar dan paha montok!).
"Hei, Izumiya-kun, kau sebenarnya juga sangat menyukaiku kan? Pasti kau hanya malu dan tidak bisa mengakuinya, kan?"
"...Ma—maaf, tapi aku tidak punya perasaan seperti itu."
"Sebenarnya kau benar-benar menyukaiku, kan? Ya, kan?"
Kuroki mendekat dengan senyum penuh percaya diri di wajahnya, dia berusaha menekan perasaanku dengan paksa.
Dasar wanita ini... dia mencoba mengubah perasaanku dengan paksa karena perfeksionismenya sendiri.
Aku akui, wajah Kuroki memang luar biasa cantik. Ditambah lagi, sejak tadi, aroma harum dari rambut hitamnya terus mengusik pikiranku, membuat jantungku berdegup kencang.
"Ya kan? Hei, katakan padaku kau mencintaiku, kan?"
"Itu sebabnya aku—"
Aku mencoba mundur saat dia mendekat dengan cepat, tapi karena hujan, tidak ada tempat untuk melarikan diri...
"Fufu, apa kau menyadarinya sekarang?"
"Tidak mungkin... Kau..."
Karena kami berada di bawah payung yang sama, kalo salah satu berhenti melangkah, yang lain juga tidak bisa bergerak.
Dengan kata lain, saat ini aku seperti terkunci di tempat.
"Kalo begitu, ayo kita mulai permainan kecilnya sekarang~"
Kuroki berkata begitu dengan senyum paling licik hari ini, dan menatapku.
"Aturannya sederhana. Sampai Izumiya-kun mengatakan 'aku mencintaimu' di sini, aku tidak akan bergerak dari tempat ini. Kalo kau benar-benar tidak mau mengatakannya, tidak masalah juga kalo kita tetap di sini sampai pagi."
"Ja-jangan konyol! A-aku akan pulang sekarang!"
"Hujannya semakin deras... Meninggalkan seorang gadis sendirian di bawah hujan sederas ini... Izumiya-kun, kau kejam sekali."
G-gadis ini...! Apa dia akan bertindak sejauh itu supaya aku menembaknya...!
"Izumiya-kun, bagaimana? Apa kau akan meninggalkanku di depan gerbang sekolah seperti ini, atau kau akan menembakku saja dan menyelesaikan semuanya?"
A-aku harus bagaimana...? Tidak peduli seberapa cantik, pintar, dan sempurnanya Kuroki, menembaknya karena dipaksa seperti ini rasanya salah.
"Sudahlah, berhenti menggodaku. Aku tidak akan pernah mengatakan kalo aku menyukaimu, dan kau pun pasti tidak akan senang mendengar pengakuan yang dipaksakan, kan?"
Dalam keputusasaan, aku mencoba melontarkan argumen yang masuk akal... Tapi—
"....Bagaimana kalo aku bilang kalo aku senang?"
"Hah? Ti-tidak mungkin!"
"Itu benar. Karena sejak hari itu, aku selalu—"
Saat itu terjadi sesuatu.
Dari belakang, sebuah tangan indah dengan kuku berwarna biru muda terulur ke bahu Kuroki.
"Rui? Akhirnya aku menemukanmu... Eh?"
Ketika aku menoleh, yang terlihat adalah sepasang paha yang sedikit terlihat dari balik rok.
Paha ini... Ichinose!
Meskipun aku sengaja tidak melihatnya selama pelajaran tadi, bayangan itu sudah tertanam kuat di benakku.
"Kenapa Rui pulang bersama Izumiya? Rui sudah berjanji untuk pulang bersamaku. Kalo kau ingin merayu seseorang, lakukan dengan orang lain."
"I-Ichinose dan Kuroki sudah berjanji untuk pulang bersama…?"
"Airi meminjam payung Rui karena dia mau pergi berkencan dengan pacarnya, jadi Rui berjanji untuk pulang bersamaku. Aku mengatakan kepadanya untuk menunggu sebentar karena aku masih ada tugas sebagai panitia festival budaya... Tapi, kenapa sekarang dia justru berada di bawah payung Izumiya?"
Ini terasa aneh.
Sebelum keluar dari lobi sekolah, Kuroki mengatakan kalo 'Umiyama memintanya untuk pulang bersamaku'.
"Ayo, Rui... Kita pergi."
Ichinose menarik Kuroki keluar dari payungku dan membawanya masuk ke dalam payungnya sendiri, lalu mulai berjalan.
Berkat Ichinose, konfrontasiku dengan Kuroki berakhir tanpa kejelasan... Aku seharusnya berterima kasih padanya.
Saat aku mulai melangkah lagi, Hp-ku yang ada di saku-ku bergetar.
Sepertinya ada notifikasi LINE.
『Ichinose: Tadi aku bersikap dingin karena ada Rui. Maaf, Izumiya.』
Jadi itu sebabnya dia terasa begitu dingin tadi.
Ichinose juga pasti merasa terjepit di antara berbagai situasi yang sulit.
Saat aku mau mamatikan Hp-ku, tiba-tiba muncul notifikasi lain:
『Anda menerima pesan LINE dari pengguna yang belum berteman.』
"Belum berteman...?"
Nama akun yang muncul di layar adalah 'Kuroki'.
『Kuroki: Fufu~ Karena kita sudah semakin dekat, aku langsung menambahkanmu sebagai teman ♡ Tentang kejadian tadi, jadikan rahasia kita saja, ya? Kalo sampai kau membocorkannya... Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ♡』
『Kuroki: Selain itu, aku pasti akan membuat Izumiya-kun jatuh cinta padaku ♡ Jadi tunggulah dengan tenang, ya?』
Aku menerima 2 pesan LINE berturut-turut yang menyeramkan seperti adegan dalam film horor.
Bukan rasa tenang yang kudapat, melainkan ketakutan.
Kenapa seorang otaku-yinkya sepertiku harus menjadi target dari gadis tercantik dan terkuat di generasi ini...?!
Kehidupan damai yang kuimpikan...sudah pasti akan hancur berantakan.
Dengan begitu, aku (walaupun enggan) akhirnya menjadi pemegang rahasia dari 3 gadis paling populer di kelasku.
Karena pergantian tempat duduk, aku kini mengetahui rahasia gadis-gadis cantik S-klas yang tidak seorang pun dari mereka sadari.
Dan aku merasa kalo kehidupan SMA-ku akan menjadi semakin kacau kedepannya.
Thanks
BalasHapus