> CHAPTER 4

CHAPTER 4

Kamu saat ini sedang membaca    Danjo Hi 1 : 5 No Sekai De Mo Futsu Ni Ikirareru to Omotta? Geki E Kanjona Kanojo Tachi Ga Mujikaku Danshi Ni Honro Saretara   volume 2  chapter 4. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw


MEREKA MENGINGINKAN PERUBAHAN



───● GADIS SASTRA JK INGIN MENGAMBIL FOTO ●○●



"Aku rasa, sudah waktunya hubungan antara aku dan pangeran memasuki tahap ke-2."


Suara ku terdengar jelas di dalam ruang kelas.


Saat ini adalah waktu istirahat makan siang setelah pelajaran ke-4 selesai.


Setiap orang dapat memindahkan mejanya sesuka hati dan membentuk kelompok untuk menikmati waktu makan siang bersama.


Sampai beberapa waktu lalu, aku selalu makan bentoku sendirian di meja ku. 


Tapi, belakangan ini, teman-teman yang dekat dengan ku mulai berkumpul di sekitar ku secara alami.


Menurut ku, ini adalah salah satu perubahan yang menyenangkan.


...Tapi.


"Jadi, apa, kalian menonton drama yang kemarin?"


"Ah, aku menonton hanya untuk melihat Ennosuke-sama. Dia tetap terlalu tampan seperti biasa."


"Uhhhhh..."


Mereka sama sekali tidak mendengarkan!


Apa yang sebenarnya terjadi di sini!


"....Ada apa?"


"Apa? Kupikir aku sudah mengumumkan dengan suara keras, kan???"


Apa mereka tidak bisa mendengar? Apa aku harus mengadakan ASMR pembersihan telinga khusus untuk kalian saja?


[TL\n:ASMR (singkatan dari Autonomous Sensory Meridian Response) adalah sensasi yang biasanya digambarkan sebagai rasa nyaman, relaksasi, atau "kesemutan" di kepala, leher, atau punggung yang dipicu oleh rangsangan tertentu. Rangsangan ini bisa berupa suara, visual, atau tindakan tertentu yang dianggap menenangkan.]


"Hah... Jadi ini lagi, cerita khayalan Shiori?"


"Pangeran Khayalan (lol)."


Kalimat itu diucapkan dengan nada mengejek oleh Hatsumi, yang paling tomboy dan berambut pendek di antara kami.


Dia ini masih belum percaya pada Masato-sama.


Orang yang kalah!! Terimalah kenyataan!


Yah, mau bagaimana lagi. Pasti dia kesal. Aku paham.


Aku menatap Hatsumi dengan tatapan penuh kasih sayang dan menepuk-nepuk pundaknya.


"Aku paham perasaanmu yang kecewa, tahu? Tapi, terimalah, oke?"


"Aku sudah memutuskan untuk tidak percaya sampai Shiori membawa foto kalian bersama."


"Ugh..."


Ini sebenarnya sudah sering mereka bicarakan sejak dulu.


Kalo kau ingin dipercaya, bawa bukti, begitu kata mereka.


Tapi sebenarnya, tidak perlu foto bersama, kan!?


"Tapi, kan, Shiori saja sampai bertanya tentang pakaian, dan sekarang dia benar-benar terlihat seperti pura-pura polos (lol) dengan rambut terurai dan mengenakan sweater putih murni, kan?"


"Padahal dalam dirinya penuh dengan hal-hal yang tidak murni."


"Hey, itu terlalu berlebihan."


"Jelas-jelas putih murni itu cocok dengan kesan polos dan perawan!"


"Selain itu, dia juga melakukan strategi SNS dengan berpura-pura jadi siswi SMA (lol), kan?"


"Itu benar-benar konyol. Serius, terlalu menjijikkan."


"Kalo kau sih, di musim gugur cuma persiapan untuk hibernasi, kan?"


"Harusnya ku beri pelajaran, serius."


"Kau kira aku ini beruang atau apa??"


"Jadi, yah, mungkin saja ada orang seperti itu? Entah dia seperti orang sempurna yang Shiori sebutkan atau tidak, itu urusan lain."


Dengan nada datar, dia yang satu-satunya punya pacar di antara kami, Miaki, mulai bicara.


Dia sekarang pacaran dengan anak laki-laki dari klub sepak bola. 


Tidak bisa dimaafkan.


"Seharusnya kau bawa dia ke festival budaya, kalo kau sudah banyak bicara begitu."


"Ah, benar juga."


Festival budaya... festival budaya ya.


Aku tidak ingat bersenang-senang tahun lalu, tapi sebenarnya aku sedikit mendapatkan teman, jadi mungkin kali ini bisa menyenangkan.


Tapi kalo aku mengundang Masato-sama...


"Salam pangeran Shiori! Dia ini sama sekali bukan orang yang suci lho, hahahaha!"


"Dia ini tipe gadis sastra yang suka membisikin kata-kata cinta seperti 'chuki-chuki' di poster, loh (lol)."


[TL\n:Chuki-chuki adalah istilah yang sering digunakan dalam konteks budaya populer Indonesia, terutama dalam dunia ASMR atau konten video yang menenangkan. Istilah ini merujuk pada suara yang lembut dan berulang, seperti ketukan atau gesekan yang memberikan sensasi relaksasi atau kesemutan di kepala dan leher, yang merupakan ciri khas dari pengalaman ASMR.]


"Eh, ngomong-ngomong, bagaiman kalo kau jadi guru privatku saja?"


[TL\n: btw dialog yg diatas tadi cuman hayalan Shiori.]


Ah~ aku bisa sangat marah.


Tidak bisa. 


Aku merasa kalo aku memperkenalkan mereka ke Masato-sama, pasti itu akan berakhir buruk.


Tapi, di sisi lain, aku juga berpikir mungkin tidak masalah kalo Masato-sama datang ke acara sekolah.


Berjalan bersama Masato-sama di sekolah...sungguh sebuah rasa superioritas.


Akhirnya, sepertinya satu-satunya cara adalah mengundangnya tanpa ketahuan oleh mereka...


"Yah, dengan Shiori si mental tahu-tempe, foto ber-2 seperti itu hanya akan menjadi mimpi belaka."


"Ka-kalo kau bilang begitu, aku akan mengambil fotonya! Dia itu super tampan, serius."


"Ooh, aku aoan menantinya~!"


"Karena kau sudah bilang begitu, jangan sampai nanti kau bilang kalo kau tidak bisa ya~"


A-aku... mereka ini, sambil menatap Hp, mereka dengan jelas berbicara dengan sikap acuh tak acuh seakan mereka tidak berharap apa-apa padaku... sepertinya aku harus menunjukkan siapa yang lebih unggul...!


Yah, kalo dipikirkan dari jarak hati antara Masato-sama dan aku, mengambil foto itu bukan masalah besar.


Jujur saja, itu sangat mudah.


Aku bisa membayangkan wajah mereka yang menyesal di awal minggu depan.


Segera, aku akan melaksanakan rencanaku akhir pekan ini!


...Begitulah pikiran yang pernah terlintas dalam pikiranku.


"Shiori-chan? Ada apa? Dari tadi kau bertingkah aneh..."


"Ti-tidak, tidak ada apa-apa!"




Waktu sudah hampir pukul 18.


Hari ini, pelajaran Masato-sama pun hampir selesai.


Sejauh ini, aku belum berhasil mengambil foto.


Bahkan lebih parah lagi, aku menjadi orang aneh yang sering mengeluarkan hp untuk memeriksa wajah ku sendiri.


Sebelumnya... setelah aku membantu Masato-sama dari tawaran pekerjaan, bermain peran sebagai sosok yang suci mulai sedikit terasa berat.


Entah kenapa...aku tahu alasannya.


Meskipun itu pasti tidak boleh terjadi, ada bagian dari diri ku yang ingin berbicara dengan Masato-sama secara alami.


Tapi, itu tidak bisa. 


Kalo aku melepas topeng ini, aku yakin Masato-sama tidak akan datang lagi.


Aku bukanlah gadis biasa yang layak untuk Masato-sama.


Selain itu, justru karena aku bukan diri ku sendiri, aku bisa berbicara dengan Masato-sama dengan tenang.


...Tapi, kalo begitu, aku sebenarnya ingin seperti apa hubungan ku dengan Masato-sama?


Apa aku ingin berpacaran? Tentu saja. 


Kalo aku ingin bisa berpacaran dan melakukan banyak hal yang menyenangkan, itu akan menjadi hal yang luar biasa.


Tapi...kalo begitu, sampai kapan aku harus terus memakai topeng ini?


Meskipun aku berhasil berpacaran, kalo Masato-sama menyukai ku, itu berarti dia menyukai ku yang bukan diri ku sendiri. 


Apa aku akan terus berpacaran dengan dia sambil menyembunyikan diri ku yang sebenarnya?


"Baiklah, kita akhiri sampai sini! Kau sudah cukup berusaha hari ini!"


"Eh... ah, tapi masih ada sedikit yang tersisa..."


"Kali ini kita buat saja sebagai PR! Tidak ada gunanya memaksakan diri saat sudah mulai lelah."


Oh tidak... Masato-sama pasti melihat tangan ku yang berhenti sejenak dan merasa khawatir. 


Tentu saja aku tidak bisa mengatakan kalo aku berhenti karena membayangkan bagaimana rasanya berpacaran dengan Masato-sama.


Dia benar-benar sangat baik... orang yang penuh perhatian.


Karena itu, aku tidak ingin membuang kesempatan ini.


Dengan perasaan seperti itu, aku dan Masato-sama membereskan alat-alat belajar, lalu turun tangga untuk mengantar Masato-sama sampai pintu masuk rumah.


"Berikutnya ada ujian simulasi. Semangat ya?"


"Tentu saja. Aku percaya diri!"


Ini benar. 


Masato-sama sangat pintar dalam mengajar... materi pelajarannya pun mudah ku pahami.


"Baiklah, kalo begitu aku pulang dulu. Terima kasih atas kerja kerasnya!"


"....Terima kasih banyak untuk hari ini. Sampai jumpa lagi...ah!"


Pada saat aku perlahan membungkukkan badan dengan anggun, aku menyadari sesuatu.


Oh tidak! Foto!


Aku sudah banyak berbicara besar pada teman-temanku, tapi aku belum mengambil fotonya sama sekali!


Tadi sebenarnya ada kesempatan, tapi karena aku pengecut, aku tidak bisa mengatakannya.


"....Ada apa?"


"Eh... um..."


Aku tidak bisa langsung bilang, "Ayo kita mengambil foto bersama!" Meskipun aku memakai topeng, pada akhirnya aku hanyalah orang biasa. 


Tidak mungkin aku bisa mengatakan sesuatu yang besar seperti itu.


Aahrgh, apa yang harus aku katakan?


Waktu itu, saat aku mendapatkan pesan suara terbaik, aku bisa mengatasinya karena itu dalam bentuk teks, tapi...


Berbicara langsung, itu terlalu memalukan!


Tanganku yang memegang Hp-ku bergerak-gerak tanpa arah.


Ahaha~, aku hanya bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas.


Apa yang harus aku katakan...?


"Hei, Shiori-chan."


"Huh?"


Saat Masato-sama yang baru saja hendak pulang dan memegang gagang pintu, dia kembali mendekat ke arah ku.


Wajahnya begitu dekat...!


"Bagaimana kalo kita foto bersama?"


"Eh...?"


"Sebenarnya, ada seseorang yang seperti wali ku yang bertanya-tanya tentang siapa yang ku ajari, jadi kalo kau tidak keberatan, apa kau mau berfoto bersama?"


".....Eh, tentu saja! Tidak masalah!"


"Ah...terima kasih."


Eh, eh, eeeeee!? 


Apa sebuah keajaiban seperti ini ada??


Syukurlah, akhirnya aku bisa menyelesaikan misi ini. 


Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang memberikan kesempatan ini.


Masato-sama lalu mengeluarkan HP-nya.


"Baiklah, kalo begitu aku akan mengambil fotonya. Ayo ke sini."


"Ya...eh!?"


Aku mendekat ke arah Masato-sama saat dia memanggil ku.


Kemudian, Masato-sama meletakkan tangannya di bahu ku dan dia sedikit menyandarkan wajahnya di samping wajah ku.


Sangat dekat!!


"Baik, aku akan mengambil foto-nya ya~ 1, 2, 3!"


"Ah...!"


"Terima kasih! Aku akan mengirimkannya ke Shiori-chan untuk berjaga-jaga. Sampai jumpa minggu depan!"


Bang. 


Dengan suara pintu yang tertutup, Masato-sama pergi.


"~~~~~~~!!!"


Begitulah dia.


Masato-sama selalu melakukan apa yang aku inginkan dengan cepat, lalu pergi dengan anggun.


Seperti seorang pangeran dalam cerita.


Kendalinya selalu ada di tangannya.


Di ruang depan yang kini kosong setelah Masato-sama pergi, suara detak jantung ku masih berdebar kencang.


Wajahku juga sangat panas.


Grah... 


Entah kenapa──rasanya aku sangat kesal.


Aku menarik napas dalam-dalam.


"Suatu saat, aku pasti akan menjatuhkanmu...!!!"


Aku hanya bisa mengungkapkan niat yang tidak masuk akal itu.


───● RAHASIA SISWI SASTRA JK ●○●


Hari ini adalah hari Sabtu. 


Seperti biasa, aku naik kereta di siang hari ini untuk menuju ke tempat les privat Shiori-chan.


Saat aku memberi tahu Shiori-chan kalo aku akan segera sampai, aku juga membalas pesan di SNS untuk orang lain. 


Pada saat itu, tiba-tiba nama Mizuho muncul di layar, dan aku teringat kejadian waktu itu ketika aku tidak sengaja bertemu Mizuho di Boy's bar.


Aku memang sempat panik, tapi Mizuho mengatakan kalo dia akan merahasiakannya, yang sangat membantuku. 


Kehidupan kampusku tetap terjaga... Rasanya kalo ada kabar tentang seseorang yang bekerja di boy’s bar tersebar, sepertinya akan berakhir dengan masalah besar.


Tapi, siapa ya orang yang menjadi takdir Mizuho? 


Sepertinya tidak ada orang yang bekerja di tempatku yang memiliki gaya rambut slicked-back. 


Kalo bisa, aku ingin membantu, tapi sayangnya informasi yang ada sangat sedikit. 


Aku jarang punya kesempatan untuk menyentuh kehidupan pribadi para pria di sana, dan mereka semua sangat pandai dalam berpakaian supaya mereka terlihat lebih muda, jadi aku bahkan tidak tahu berapa usia mereka...


Setelah sekitar 10 menit naik kereta, aku tiba di stasiun terdekat dari rumah Shiori-chan. 


Setelah keluar dari kereta dan menatap ke langit, aku melihat langit biru tanpa awan. 


Ini sudah memasuki awal musim panas, dan sinar matahari terasa panas di kulit.


Ketika aku diminta untuk menjadi guru privat bagi seorang siswi SMA, jujur saja aku sempat berpikir bagaimana kelanjutannya, tapi sejauh ini tidak ada masalah.


Kemampuan akademik Shiori-chan semakin meningkat, dan hubungan kami juga baik. 


Aku sangat terharu ketika aku berpikir kalo sudah lebih dari 10 kali aku datang ke rumah Shiori-chan sebagai pengajar privat.


Saat aku berjalan menuju rumah Shiori-chan dari stasiun terdekat, aku memeriksa dalam pikiranku tentang apa yang akan aku lakukan hari ini.


Aku akan memeriksa pekerjaan rumah, mengecek jawabannya... dan karena dia bilang hasil tes sekolah sudah keluar, aku juga ingin membantunya mengulas itu.


Saat aku berjalan sambil berpikir, aku melewati tempat di mana beberapa waktu lalu aku didekati oleh seorang pemandu model dan aku di bantu oleh Shiori-chan. 


Ngomong-ngomong, saat itu Shiori-chan benar-benar lucu.


"Eh, eh, kau ini cukup berani, ya. Tahu tidak siapa yang ada di sini?"


"...ckh, hehe."


Meskipun itu agak kasar, kalo aku ingat-ingat lagi sekarang, rasanya tetap lucu. 


Biasanya dia adalah anak yang sangat pendiam, tapi saat itu dia berusaha keras dengan membuat karakter yang aneh demi membantuku, meskipun dengan cara yang agak konyol. 


Aku menghargai niatnya, dan kejadian itu rasanya sedikit mempererat hubungan saling percaya antara aku dan Shiomi-chan.


Aku berusaha menahan tawa yang hampir keluar...tapi, setelah sedikit berpikir...


Saat itu, aku sudah menyampaikan hal ini kepada Shiori-chan, tapi entah kenapa, aku merasa ada semacam tembok di antara kami. 


Tembok, atau lebih tepatnya, sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan... 


Tentu saja, sebagai manusia, wajar jika ada hal-hal yang ingin disembunyikan. 


Tapi, entah kenapa, rasanya Shiori-chan seolah tidak menunjukkan dirinya yang sebenarnya, sesuatu yang lebih mendalam, lebih autentik.


Di dunia ini, di mana perbandingan gender terasa agak kacau, mungkin dia berusaha menunjukkan dirinya dalam versi yang lebih baik saat berada di hadapanku sebagai lawan jenis, mungkin karena dia ingin terlihat lebih baik.


Saat aku merenung tentang hal itu, aku akhirnya sampai di depan rumah Shiori-chan.


"Yah, mungkin ini bukan hal yang perlu aku khawatirkan."


Waktu itu, setelah dia membantuku, aku bilang kalo aku ingin melihat berbagai sisi dari dirinya, dan dia menjawab dengan mengatakan "akan kupikirkan." Jadi, aku rasa aku bisa menunggu dengan sabar. 


Tidak perlu terburu-buru untuk memperpendek jarak di antara kami.


Aku berharap, sedikit demi sedikit, bisa mendapatkan kepercayaan darinya sebagai seorang pengajar. 


Setidaknya, aku berniat untuk melanjutkan hingga ujian berakhir.


Dengan begitu, hari ini juga, aku menekan bel rumah yang megah itu untuk melanjutkan tugas yang sudah aku tentukan.


"Selamat siang, Masato-sama. Terima kasih atas dukungan Anda yang tiada henti hari ini."


"Halo Shiori-chan. Senang bertemu denganmu lagi hari ini.”

 

Saat aku memasuki kamar Shiori-chan, dia menyambutku dengan sikap anggun khasnya.


"Sudah mulai cukup panas, ya. Hanya dengan berjalan dari stasiun ke sini saja, aku sudah berkeringat."


"Memang sudah musim panas. Kalo kau butuh, aku bisa pinjamkan handuk."


"Tidak apa-apa, aku sudah memakai tisu tubuh untuk mengelapnya tadi. Terima kasih, ya."


Saat berhadapan dengan gadis remaja, barang-barang perawatan seperti ini memang penting. 


Kalo sampai dia merasa tidak nyaman, semuanya bisa berakhir... 


Aku tidak bisa kehilangan pekerjaan sebagai guru privat yang selama ini mendukung kehidupanku!


"Begitu ya... Oh, kalo kau butuh, aku juga bisa memijamkan kamar mandi, jadi jangan ragu untuk bertanya kapan saja, oke?"


"Hm...? Terima kasih, tapi aku baik-baik saja."


"Benarkah? Jangan ragu-ragu, oke? Bahkan setelah kelas pengajaran selesai pun tidak masalah. Oh, kamar mandiku cukup besar lho. Bahkan Masaki-sama pun bisa meregangkan kaki di sana."


"Eh, begitu ya? Kalo begitu, kalo ada kesempatan, mungkin aku akan meminjamnya, ya...?"


Eh, kenapa dia begitu ngotot soal kamar mandi?


"Wow! Semua nilai di semua mata pelajaran naik dibandingkan ujian terakhir!"


"Ya. Semua ini berkat bimbingan Masato-sama. Terima kasih banyak."


"Ah, tidak! Ini semua karena Shiori-chan yang sudah berusaha keras!"


Setelah selesai memeriksa pekerjaan rumah, aku melihat hasil ujian Shiori-chan. 


Karena aku tahu nilai dari ujian sebelumnya, aku senang melihat ada peningkatan. 


Shiori-chan mengatakan itu berkat aku, tapi rasanya agak sulit dipercaya kalo hasil yang cepat seperti ini hanya karena kelas seminggu sekali, jadi aku rasa ini juga menunjukkan usaha yang dia lakukan di luar waktu pengajaran.


"Yah, aku senang. Kalau terus seperti ini, mungkin kau bisa mendapatkan rekomendasi untuk beasiswa, jadi ayo kita terus berusaha!"


"Ya, terima kasih banyak atas bimbingannya dan dukungan mu yang tiada henti."


Shiori-chan menundukkan kepalanya dengan sangat sopan. 


Gerakannya sangat anggun dan penuh kesopanan... membuat aku merasa tertekan.


Tqpi, aku benar-benar senang. 


Oh, ada satu hal yang ingin aku katakan.


"Karena hasil ujiannya sangat bagus, aku ingin menghadiahimu sesuatu..."


"...!?"


Memang, kalo sudah berusaha keras, rasanya lebih baik kalo ada imbalannya, kan?


Aku rasa motivasi itu penting... 


Mungkin aku seharusnya membeli sesuatu yang manis di depan stasiun sebagai hadiah?


"Shiori-chan, apa ada yang kau inginkan?"


"!? A-a-apa yang aku inginkan...? Ehm, jadi... seberapa jauh yang bisa diterima...?"


...? Seberapa jauh...? Ah, apa dia khawatir soal harga? 


Seharusnya dia tidak perlu mengkhawatirkan itu. 


Sebagai guru privat, ditambah lagi pekerjaan paruh waktu sebagai mahasiswa di bar, aku mendapatkan uang yang cukup, bahkan lebih dari yang seharusnya untuk seorang mahasiswa. 


Tentu saja, aku punya tujuan untuk melunasi beasiswa, tapi aku tidak boros dalam pengeluaran sehari-hari, jadi saat ini aku cukup nyaman. 


Bahkan kemarin aku sempat membeli sepatu basket untuk Yuka.


Jadi, hmm...


"Jangan khawatir. Apa saja, tidak masalah."


"Eh, apa saja!?"


Wah, aku terkejut. 


Suara Shiori-chan keras sekali. 


Bahkan dia langsung berdiri dari kursi yang tadi dia duduki.


Wah, apa dia benar-benar ingin sesuatu...?


"Ka-kau bilang apa saja, kan...?"


"U-ya, silakan pilih yang kau suka, tidak masalah..."


"Se-sekarang ini aku boleh pilih sesuka hati...!?"


Wajah Shiori-chan dengan cepat memerah. 


Eh, kenapa? Apa dia merasa malu mengungkapkan makanan favoritnya...?


Shiori-chan terlihat terengah-engah. 


Eh, ada apa?


"A-aku akan pergi sebentar untuk memetik bunga!"


[TL\n: maksudnya dia mau ke toilet.]


"Eh, o-oke."


Dengan kecepatan luar biasa, Shiori-chan bergegas ke kamar mandi.


...Eh? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? 


Mungkin dia tipe yang super disiplin dan tidak ingin hadiah seperti itu?


Kalo aku telah mengatakan sesuatu yang tidak sopan, aku harus minta maaf, tapi... aku pernah dengar kalo meminta maaf tanpa memahami masalah sebenarnya tidak terlalu baik...


Aku memutuskan untuk minum teh barley yang ada di atas meja.


Hmm, rasanya dingin dan enak.


Karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan, aku kembali melihat lembaran ujian. 


Hmm, bagus sekali, dia benar-benar melakukan dengan baik...


...Setelah beberapa saat, aku melihat jam. 


Sudah sekitar 10 menit sejak Shiori-chan pergi ke kamar mandi.


...Eh, bukankah itu terlalu lama? 


Apa dia baik-baik saja?



"Jadi, pikirkan baik-baik ya, sampai kunjunganku berikutnya."


"Y-ya, aku mengerti. Kalo bisa, aku ingin sesuatu yang manis. Aku suka permen dan kue..."


Setelah beberapa saat, Shiomi-chan kembali. 


Ketika aku bertanya apa dia tidak suka makanan manis, dia terlihat sangat lelah dan menjawab dengan suara pelan, "Suka..." Jadi, aku merasa lega. 


Tapi kenapa dia terlihat begitu lelah ya?


"Ah, kalao begitu, kalo tidak masalah..."


"Hm?"


Saat kami hendak kembali ke pelajaran, Shiori-chan memanggilku.


"A-anu, sha...sha..."


"Sha...?"


Dengan suara hampir tifak terdengar, Shiori-chan mulai mengatakan sesuatu. 


Apa yang ingin dia katakan? 


Sepertinya aku harus memberinya waktu untuk mengatakannya.


"Sha... Aku ingin belajar... sosial!"


"Sosial? Ah, benar. Sepertinya dalam ujian kali ini, sejarah Jepang bisa sedikit lebih baik, kan?"


"Betul, betul. Aku ingin mengulangnya..."


Hmm, tentu saja tidak masalah bagiku...


Aku tertawa kecil melihat Shiori-chan yang tersenyum.


Entah kenapa, aku merasa kalo apa yang sebenarnya Shiori-chan ingin katakan, bukan itu.


"Berikutnya ujian simulasi, ya. Semangat, ya?"


"Te-tentu. Aku sangat percaya diri!"


Pelajaran hari itu pun selesai, dan sudah lewat pukul 18:00. 


Karena Shiomi-chan mulai kehabisan konsentrasi, aku memutuskan untuk menyelesaikan pelajaran lebih cepat hari ini. 


Mungkin dia memang lelah setelah ujian.


"Kalo begitu, aku pulang dulu ya. Terima kasih untuk hari ini!"


"...Terima kasih banyak untuk hari ini juga. Sampai jumpa... ah!"


Saat aku keluar dari pintu dan hendak pulang, Shiomi-chan tiba-tiba mengeluarkan suara seolah-olah dia teringat sesuatu... Eh? 


Ada apa?


"...Ada apa?"


"U-uhm... ee..."


Shiori-chan memegang Hp-nya yang dia keluarkan dari saku sambil menggerakkan tangannya tanpa arah. ...Saat itu, aku akhirnya bisa menebak.


Shiomi-chan, ternyata dia sedang mencoba untuk memberi saran saat itu.


Hmm, kalo begitu, apa yang harus aku lakukan?


"Hei, Shiori-chan."


"Eh?"


Pasti, aku rasa hal seperti ini pasti sulit untuk diucapkan oleh seorang gadis.

 

"Bagaimana kalo kita foto bersama?"


"Eh...?"


"Sebenarnya, ada seseorang yang seperti wali ku yang bertanya-tanya tentang siapa yang ku ajari, jadi kalo kau tidak keberatan, apa kau mau berfoto bersama?"

 

".....Eh, tentu saja! Tidak masalah!"


"Ah...terima kasih."

 

Aku mengeluarkan hp-ku dari saku... Eh, tapi aku tidur punya aplikasi foto diri yang keren. 


Hmm, mungkin aku akan memakai kamera biasa saja...? 


Tunggu, apa ini kurang sensitif? 


Tapi ya sudah, sepertinya aku harus memaafkan diri sendiri.


"Baiklah, kalo begitu aku akan mengambil fotonya. Ayo ke sini."


"Ya...eh!?"

 

Aku mendekatkan tubuhku ke Shiori-chan supaya lebih mudah untuk mengambil gambar. 


Aku sih tidak terlalu sering melakukan selfi, jadi aku agak bingung...


"Baik, aku akan mengambil foto-nya ya~ 1, 2, 3!"


"Ah...!"


Saat aku mengambil foto, sedikit aroma sampo tercium dari rambut Shiori-chan. 


Ternyata cukup memalukan untuk berfoto dengan perempuan.

 

"Terima kasih! Aku akan mengirimkannya ke Shiori-chan untuk berjaga-jaga. Sampai jumpa minggu depan!"

 

Aku mencoba mengatasi rasa malu itu dan akhirnya meninggalkan rumah Shiori-chan. 


Ekspresi wajahnya terakhir kali kulihat sepertinya terkejut dan agak kaku.


Memang, ada hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, tapi... kalo sedikit lebih dipercaya, aku merasa senang juga.



Di kereta pulang.


Aku mengirimkan foto yang ku ambil tadi ke Shiori-chan dan menutup Hp-ku. 


Saat aki melihat keluar jendela, matahari sudah mulai tenggelam.


Apa aku berhasil mendekatkan diriku dengan Shiori-chan sedikit saja?


Seandainya, dia bisa lebih terbuka dan berbicara tanpa terlalu tegang, aku rasa itu akan lebih baik... 


Rasanya, mungkin itu juga akan lebih membuat Shiomi-chan merasa nyaman.


Aku merentangkan tubuhku, lalu melihat foto kami ber-2 yang ku ambil tadi. 


Sepertinya dia terkejut dengan kejadian mendadak itu, ekspresinya sedikit canggung dibandingkan biasanya.


...Kalo dipikir-pikir, foto kami ber-2 ini sebenarnya cukup dekat, apa itu bisa dianggap sebagai pelecehan?


Ah, tapi kalo dunia ini lebih sedikit laki-lakinya, mungkin tidak masalah, kan?


"Yah, semuanya pasti akan baik-baik saja," 


Aku meninggalkan pikiranku begitu saja dan menutup mata. 


Kemarin aku bekerja sampai larut malam di bar, jadi aku sedikit lelah. 


Meskipun hanya sebentar, aku memutuskan untuk beristirahat.


Pada saat itu, aku sama sekali tidak menyadari sesuatu.


Bahwa semua tindakan dan perkataanku yang telah aku lakukan sampai sekarang...


Akan membuat ku semakin terjebak, tanpa aku sadari.


───● TEMAN MASA KECIL JD MENYADARI ●○●


Ada kalanya dalam mimpiku, aku menyadari bahwa ini adalah mimpi.


"Selamat tinggal! Besok kita main bola bersama lagi, ya!!"


"Ya! Sampai besok!!"


Kenangan masa kecil.


Aku masih sering melihatnya dalam mimpiku.


"Koumi, jangan pergi ke sana lagi."


"Kenapa? Dia anak yang sangat baik, kan? Anak yang ceria dan penuh perhatian, kan?"


"...Aku tidak akan berkata hal buruk, tapi berhentilah."


"Kenapa!? Tidak mau! Aku tidak mau!! Mama bodoh!!"


Aku sangat menantikannya, aku selalu pergi ke taman dekat rumah hampir setiap hari.


Hari demi hari.


"Hari ini, kira-kira jam berapa dia akan datang ya? Aku rasa dia sudah hampir datang."


Taoi, setelah suatu hari...


"Apa dia masih belum datang? Mungkin dia sakit...?"


"Ya, mungkin hari ini ada sesuatu yang terjadi. Dia akan datang lagi."


"...Apa dia tidak akan datang hari ini juga?"


Dia berhenti datang.


"Hujannya mulai turun..."


Di tengah hujan yang turun dengan deras.


Sesuatu jatuh di pipiku.


Itu adalah hujan, mengalir turun.


"...Hei, ─── kenapa kau berhenti datang...?"




"Ah...!"


Mata ku terbangun.


Saat aku mengambil Hp-ku yang ada di samping bantal, waktu sudah menunjukkan pukul 3 lewat. 


Masih tengah malam.


"Tadi... hanya mimpi, ya?"


Akh menggaruk kepalaku .


Entah kenapa belakangan ini, aki sering sekali bermimpi tentang masa kecil ku.


Kenangan tentang waktu aku masih sangat kecil.


Aku sering teringat orang yang pernah bermain bola tangkap di taman dekat rumahku.


Kami bermain bersama selama sekitar setahun... kemudian dia tiba-tiba menghilang.


Aku merasa sangat kesepian.


Entah apa itu keterikatan atau apa, aku tetap melanjutkan bermain softball hingga SMA.


Aku merasa bodoh juga, karena meskipun begitu, dia tidak akan kembali.


Setelah bertemu dengan Masato, aku pikir aku sudah tidak lagi mengingatnya, tapi kenyataannya, kenangan dengan perasaan masa kecil seperti itu, entah bagaimana, tetap tertinggal di kepala ki.


"Aku bahkan tidak ingat namanya, tapi... apa dia baik-baik saja ya?"


Selama dia baik-baik saja, itu sudah cukup.


Dengan pemikiran seperti itu, aku pun kembali terlelap.


Liburan musim panas di kampus sangat panjang.


Bulan Agustus seringkali libur penuh, ditambah lagi libur sampai pertengahan September, yang menurut ku adalah waktu yang sangat panjang.


Kami sedang memasuki liburan musim panas yang panjang sebagai mahasiswa, tapi...





"Mizuho, aku ingin membuat janji untuk bermain dengan Masato selama liburan musim panas."


Di sebuah kafe yang terletak di kampus, aku berkata begitu kepada sahabat ku, yang sedang minum es kopi latte dengan sedotan dengan cara yang imut di tempat duduk teras.


Menariknya, menjelang liburan musim panas, aku belum membuat janji untuk bermain dengan Masato!


Ini adalah situasi yang serius!


"Ya, kalo begitu, kau tinggalkan lakukan saja, kan...?"


"Jangan bilang begitu dengan mudah!?"


Aneh, akhir-akhir ini sikap Mizuho terasa agak jauh.


Meskipun, Mizuho selalu dikenal dengan senyuman ceria dan penuh semangat... Tapi, ada apa ya? 


Saat aku bertanya, dia hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum sedih.


Aku sudah berteman dengan Mizuho cukup lama, tapi ini pertama kalinya dia seperti ini.


"Apa yang ingin kau lakukan saat liburan?"


"Apa ya... Hmm..."


Dia menyandarkan dagunya di tangannya.


Latte karamel yang aku pesan sudah mencair, hanya tersisa cairan tipis yang mengendap di bawah.


"Karena ini liburan musim panas, bagaimana kalo kita pergi ke pantai?"


"Pantai! Itu ide yang bagus. Aku juga sangat suka pantai."


Oh, akhirnya dia terlihat sedikit lebih ceria.


Kalo kami naik kereta selama sekitar satu setengah jam, kami bisa sampai di pantai, dan itu sepertinya tidak buruk.


Lagipula...


Aku sedikit mendekatkan tubuh ku ke arah Mizuho, lalu dengan suara pelan berkata,


"Kita tidak harus pulang hari itu, kan?"


"Eh!?"


"Karena kita mahasiswa, kan? Tidak masalah, kan, kalo kita pergi menginap dan bermain?"


Menurut ku, ini ide yang cukup bagus.


Menggunakan alasan perjalanan jauh sebagai pembenaran untuk menginap dan bermain...


Di sebuah penginapan, pada malam musim panas, seorang pria dan wanita muda berdua... Tidak mungkin tidak terjadi apa-apa...


"Ta-tapi aku rasa itu tidak baik!!"


"Ehh!? Kenapa begitu!"


Saat aku sedang tenggelam dalam delusiku, Mizuho tiba-tiba menyuarakan keberatan.


Melihat wajahnya yang memerah, sepertinya Mizuho memikirkan hal yang sama denganku.


"So-soalnya kalian belum berpacaran, kan? Memulai dengan hal seperti itu sebelum berpacaran... Menurutku, itu tidak baik!"


"Berani sekali kau bicara seperti itu! Padahal saat awal masuk sekolah, kau sendiri pernah bertingkah seperti, 'Apa kita akan melakukannya atau tidak!'"


"Itu... itu karena aku terbawa suasana atau semacamnya..."


Mizuho terdiam, lalu kembali menyedot minuman latte-nya dengan sedotan.


Tapi memang benar, kalo tiba-tiba aku mengajak pergi berdua ke pantai dengan menginap, bahkan Masato sekalipun pasti akan curiga dan menolak, kan...?


Hmm, kalo begitu... bagaimana ya...


"Kalo begitu, Mizuho kau harus ikut juga."


"Apa!?!"


Dengan gerakan cepat, Mizuho melepaskan mulutnya dari sedotan. 


Entah kenapa, kedua rambut ekor kembarnya terlihat ikut melompat bersamaan.


Reaksinya tetap menggemaskan seperti biasa.


"Kalo aku bilang hanya ber-2, dia mungkin akan menolak... Tapi kalo aku bilang Mizuho ikut juga, Masato mungkin akan merasa lebih nyaman, kan? Lagi pula, kalian ber-2 sepertinya sudah cukup akrab."


"Eh, tidak... itu..."


Menurutku ini ide yang brilian. 


Meski agak merepotkan Mizuho, aku bisa meminta sedikit bantuan darinya untuk menciptakan momen romantis hanya ber-2 di malam hari...


"Kau sendiri kan pernah bilang itu impianmu, Mizuho. Pergi bermain ke pantai bersama seorang pria."


"Itu... memang benar sih..."


"Bagus! Kalo begitu, aku akan langsung mengusulkan ini ke Masato hari ini! Orang bilang, jangan menunda hal baik!"


"Tunggu, Koumi, apa kau serius?"


"Serius, aku sangat serius! Jadi, Mizuho, kau juga siapkan baju renangmu, ya?"


"Su-sungguh...?"


Bisa bermain dengan Mizuho sekaligus mempererat hubungan dengan Masato—benar-benar seperti menyelam sambil minum air!


Sekarang hanya tinggal memastikan apakah Masato akan setuju atau tidak.




"Jadi, Masato, ayo kita pergi ke pantai!"


"Tunggu, apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti."


Begitu Masato tiba di kampus, aku langsung mengajaknya pergi ke pantai.


Dia memandang ke arah Mizuho, yang duduk di sebelahku, seolah meminta penjelasan. 


Tapi, Mizuho hanya membalas dengan senyum yang canggung.


"Pergi ke pantai dengan menginap! Bukankah itu sangat mencerminkan liburan musim panas ala mahasiswa?"


"Pantai, ya... Kedengarannya memang menyenangkan, tapi... menginap, ya? Menginap..."


Huff. 


Rupanya bahkan Masato pun memikirkan hal itu. 


Yah itu eajar saja. 


Aku sebenarnya berharap dia akan langsung menyetujui tanpa banyak pertimbangan, tapi kenyataannya memang tidak sesederhana itu.


Tapi, aku masih punya cara lain!


"Tidak perlu khawatir! Mizuho juga akan ikut bersama kita!"


"Apa itu benar-benar alasan yang membuatnya lebih baik?"


"Ahaha..."


Mizuho tersenyum dengan sedikit rasa bersalah.


Kalo Masato menolak, ya sudah, mungkin kami bisa mengatur perjalanan sehari atau mencari tempat lain sebagai alternatif!


Aku tidak akan menyerah begitu saja!


Masato sempat memegang dagunya, berpikir sejenak, lalu berkata...


"Baiklah. Tapi kamar kita harus terpisah, ya?"


"Yey! Tentu saja! Baiklah, mari kita tentukan jadwalnya segera!"


Bagus! 


Sepertinya kalo aku sendiri, dia mungkin akan menolak. 


Terima kasih, Mizuho, kau memang penyelamat!


"Mizuho, ayo kita tentukan jadwalnya bersama! Ini pasti akan menyenangkan!"


"Ah, iya... benar..."


Aku sudah tidak sabar menantikannya.


Sepertinya musim panas tahun ini akan menjadi liburan yang menyenangkan!




Dalam perjalanan pulang hari itu.


Mizuho mengatakan kalo dia ada keperluan, jadi dia pulang lebih cepat. 


Kini, setelah sekian lama, aku berjalan ber-2 saja dengan Masato menuju stasiun.


Karena ini momen yang tepat, kupikir aku ingin membicarakan sesuatu yang menggangguku akhir-akhir ini, tentang perubahan sikap Mizuho yang terasa aneh.


"Belakangan ini, Mizuho terlihat agak menjauh... Masato, apa kau tahu sesuatu tentang hal itu?"


Masato, yang berjalan di sebelahku, sedikit menatap ke atas sambil berpikir, lalu berkata. 


"Eh... ah... maksudmu, dia bersikap dingin terhadapmu, ya?"


"Iya, benar. Setiap kali kutanya, dia hanya bilang, 'tidak ada apa-apa'."


Mizuho yang biasanya penuh semangat tiba-tiba bersikap seperti itu membuatku merasa gelisah. 


Kalo dia sedang menghadapi masalah, aku ingin membantunya.


"....Maaf, mungkin ini salahku."


"Apa!? Kenapa begitu?"


"Ah, ya...sepertinya aku melakukan sesuatu yang salah. Aku akan minta maaf pada Mizuho."


Mizuho yang bersikap dingin terhadapku ternyata ada hubungannya dengan Masato?


Ah, aku jadi penasaran...


"Bo-boleh aku tahu alasannya...?"


"Umm, aku tidak bisa menjelaskan terlalu rinci, tapi mungkin ini karena secara tidak sengaja Mizuho mengetahui sesuatu yang selama ini kucoba rahasiakan. Lalu aku memintanya untuk tidak memberitahu siapa pun, mungkin itu menjadi beban baginya."


"Begitu ya..."


"Mungkin aku terlalu berpikir berlebihan, tapi kemungkinan itu ada. Jadi, aku akan membicarakannya langsung dengan Mizuho."


Hanya Mizuho yang mengetahui rahasia Masato?


Aku merasakan sedikit sakit di dadaku.


Apa itu sesuatu yang tidak bisa diceritakan kepadaku?


Tiba-tiba, aku merasa kesepian.


"Ja-jadi... apa itu sesuatu yang tidak bisa kau ceritakan padaku?"


Tanpa sadar, kata-kata itu meluncur dari bibirku.


Langkahku menuju stasiun terhenti.


Aku menggenggam erat tas di tanganku, seolah mencari kekuatan.


Masato, yang menyadari aku berhenti, menatapku dengan senyuman canggung.


"Bagaimana ya... Rasanya, kalo aku mengatakannya, kau mungkin akan membenciku."


"Aku tidak akan membencimu!"


"....Koumi?"


"Aku tidak akan membencimu... Aku tidak akan merasa kecewa... Justru, dikesampingkan seperti ini, itu jauh lebih menyakitkan..."


Apapun yang akan dia katakan, aku yakin tidak akan membuatku kecewa terhadap Masato.


Perasaan ku ini tidaklah seremeh itu.


Mungkin aku akan terkejut, atau merasa terluka.


Aku tidak tahu.


Tapi aku bisa memastikan satu hal—aku tidak akan pernah membenci Masato hanya karena itu.


Masato menepuk kepalaku pelan, 2 kali.


"Terima kasih... Koumi. Kalo begitu, maukah kau mendengarnya?"


"Tentu...tentu saja."


Tapi, ada sedikit rasa takut di hatiku.


Bagaimana kalo dia mengatakan sesuatu seperti kalo dia sudah punya pacar...?


Setelah sebelumnya aku berkata kalo aku tidak akan membencinya, aku tidak bisa menunjukkan reaksi buruk.


Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha mempersiapkan diriku.


"Jadi begini...Kau tahu kan kalo aku sedang bekerja paruh waktu?"


"Iya, sebagai guru privat."


"Ya...tapi sebenarnya aku juga bekerja di tempat lain."


Aku tidak tahu itu. 


Memang, aku pernah berpikir dia sering sibuk bekerja pada hari biasa, tapi aku tidak menyangka kalo dia punya 2 pekerjaan sekaligus.


Masato melanjutkan dengan raut wajah yang sedikit sulit.


"Aku...bekerja di sebuah boy’s bar."


Stron. 


Fakta itu langsung terasa di dadaku.


Tentu, aku merasa terkejut. 


Tapi di sisi lain, entah kenapa, aku bisa menerima kalo Masato mungkin memang mampu melakukan pekerjaan semacam itu.


Aku sedikit khawatir, apakah ada wanita-wanita aneh yang mengejarnya karena pekerjaan itu. 


Tapi, setelah aku sempat cemas kalo dia mengatakan kalo dia punya pacar, aku menyadari kalo hal ini tidak membuatku terlalu terpukul.


──Tapi pada detik berikutnya...


Semua itu seketika menjadi tidak penting.


Dalam benakku, sebuah kilasan kenangan muncul dengan begitu jelas.


Percakapan dengan sahabatku yang ceria itu—Mizuho.




"Dia benar-benar sangat baik! Aku sampai tidak percaya ada pria seperti itu. Aku merasa sangat bahagia!"


"Aku akhirnya tahu tempat di mana pria yang jadi takdirku bekerja! Kau tahu, dia adalah pelayan di sebuah boy’s bar!"


"Rasanya tidak mungkin itu hanya akting atau kebohongan... Aku benar-benar percaya itu tulus!"



Sebuah kemungkinan melintas di pikiranku.


Waktu itu, aku hanya berpikir, ‘Pria seperti Masato ternyata ada, ya.’


Tapi mungkin, aku salah.


Tapi, ketika aku mempertemukan mereka, tidak ada tanda-tanda kalo mereka saling mengenal.


Mungkinkah mereka ber-2 tidak menyadari? 


Apa itu mungkin?


Aku ingin percaya kalo aku salah.


Aku ingin percaya kalo itu tidak mungkin.


Tapi, instingku berkata lain.


Pria yang dimaksud Mizuho sebagai takdirnya...adalah Masato.


Aku merasa seperti ada sesuatu yang mencengkeram kuat jantungku.



Selanjutnya

2 Komentar

نموذج الاتصال