> PROLOG

PROLOG

Kamu saat ini sedang membaca    Danjo Hi 1 : 5 No Sekai De Mo Futsu Ni Ikirareru to Omotta? Geki E Kanjona Kanojo Tachi Ga Mujikaku Danshi Ni Honro Saretara   volume 1  prolog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

 


Keinginan untuk disukai mungkin pernah dimiliki oleh semua anak laki-laki. Begitu juga denganku, aku pun pernah memikirkan hal itu sedikit banyak. Bahkan, aku pernah berpikir dengan berani, ingin didekati lebih dulu oleh seorang gadis.


Tapi, tapi...


"Ah, kau punya wajah yang sangat imut. Bagaimana kalo kau ikut minum teh sebentar bareng Onee-chan?"


Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benakku untuk didekati oleh Onee-chan (katanya) yang mengenakan makeup tebal, dan keringat berminyak di dahinya.


"Ah, umm..."


Aku bingung bagaimana harus merespons. Kalo aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, mungkin aku bisa saja mengabaikannya dan berjalan menuju tujuanku, yaitu sekolah. Atau, aku bisa menatapnya dengan dingin, yang cukup untuk mengusir rasa panas yang menyelimuti suasana ini. Tapi sayangnya, aku tidak memiliki kartu dengan kekuatan serangan setinggi itu di tangan ku sendiri.


"Aku sedang buru-buru... maaf."


Aku hanya bisa memilih kata-kata aman untuk mencoba kabur dari situasi ini, dan berusaha lewat di sampingnya dengan cepat.


"Kalo begitu, tolong beritahu aku nomor WA-mu saja! Kita bisa minum teh lain kali!"


Tapi, jelas kali pihak sana juga punya strategi balasan untuk kartu lemahku. Aku tidak berhasil lewat, dan jalanku dihadang dengan mudah. Sekarang, dia sudah mengeluarkan Hp-nya, siap untuk bertukar nomor WA.


Sejujurnya, kalo hanya bertukar kontak untuk keluar dari situasi ini, aku hampir saja menyerah dan berniat mengeluarkan Hp-ku, ketika tiba-tiba...


"Ma-sa-to!"


"Eh, ugh."


Aku bahkan tidak punya waktu untuk mengatakan "Ya ampun", aku merasakan benturan di punggungku, bersamaan dengan terdengarnya suara imut yang sudah cukup sering kudengar akhir-akhir ini.


"Ayo cepat! Pelajaran sudah mau dimulai!"


"Eh? Tunggu, apa—"


Seorang gadis berambut bob pendek kecokelatan yang mengenakan topi hitam — Koumi Igarashi — tiba-tiba menyerangku dari belakang, dan langsung menarik lenganku. Meski tadi aku sedang menghadapi situasi sulit, melihat bagaimana kami berpisah begitu cepat membuatku merasa sedikit bersalah. Ketika aku melihat ke belakang untuk memastikan keadaannya...


"Cih..."


Eh, dia mendecakkan lidahnya. Seram sekali!


Setelah berlari sebentar, Koumi dan aku berhenti tepat setelah melewati gerbang kampus, di mana aku dan Koiumi berdiri sambil terengah-engah.


"Hah... hah... sudah kubilang kan! Kalau menghadapi orang-orang seperti itu, abaikan saja!"


"Hahaha... tapi mau bagaimana lagi, mengabaikannya itu susah, kan?"


Aku meletakkan tanganku di lututku, aku mencoba mengatur napasku. Ketika aku melirik ke sampingku, aku melihat kaki sehat Koumi yang terlihat dari celana pendeknya, dan tanpa sadar aku langsung memalingkan pandanganku.


"Masato, kau itu terlalu baik! Kau membuatku khawatir, tahu nggak..."


Ketika aku mendengar kata-kata dari teman sekelasku di kampus, Koumi...aku jadi berpikir kalo setidaknya di dunia ini, pemikiranku mungkin salah.


Sebenarnya, aku baru saja berpindah ke dunia ini bulan lalu.


Karena tidak ada banyak perbedaan, awalnya aku bahkan tidak menyadari kalo aku sudah berpindah, tapi ada satu perbedaan yang jelas dari dunia sebelumnya. 


Di dunia ini, rasio antara laki-laki dan perempuan sangat tidak seimbang. 


Perbandingannya adalah 1 banding 5, yakni 1:5. 


Aku tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, tapi karena itulah kejadian seperti yang barusan sering terjadi. 


Maksudku, tindakan perempuan menggoda laki-laki di sini tidak lagi disebut 'goda balik,' tapi sudah menjadi 'goda biasa.'


Akhir-akhir ini, semakin banyak suara yang mendukung diterapkannya sistem poligami, dan nilai-nilai dalam hubungan romantis antara pria dan wanita sepertinya telah banyak berubah.


[TL\n: Fyi aja nih di Jepang tu menganut sistem Monogami yaitu satu istri cukup, yah kalo dibandingin di indo, di indo bisa poligami yah asalkan si suami harus kuat nafkah lahir dan batin+adil.]


Pada awalnya, aku merasa kebingungan dan ketakutan. Tapi, kekhawatiranku itu bisa dibilang agak berlebihan. Memang, rasio antara pria dan wanita tidak seimbang, tapi tidak ada pembatasan dalam beraktivitas, atau hal-hal seperti tiba-tiba diserang. Malahan sebaliknya—


" ? Ada apa, Masato?"


Di sampingku berdiri seorang gadis cantik yang memiringkan kepalanya dengan penasaran. 


Kulitnya halus dan indah. Matanya berwarna merah cerah, penuh semangat, mencerminkan kepribadiannya yang ceria. 


Fakta bahwa gadis cantik seperti dia peduli padaku sudah lebih dari cukup untuk menjadi nilai tambah dalam hidupku.


Terima kasih, dunia dengan rasio gender yang rusak... Aku menepuk pelan kepala Koumi yang masih tampak kebingungan.


"Ah, tidak apa-apa. Terima kasih sudah menolongku, Koumi."


"....Itu curang..."


"Eh?"


"Bukan apa-apa! Ayo pergi!”


Koumi yang sempat menunduk sepertinya mengatakan sesuatu, tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas. 


Koumi lalu berbalik dan menuju ruang kelas.


──Saat itu, aku belum menyadari.


Betapa sulitnya untuk 'hidup normal' di dunia yang sudah tidak seimbang ini.


★★★


Akhir-akhir ini, kehidupan kuliahku tidak buruk. Awalnya, setelah baru masuk, aku merasa murung dan perjalanan ke kampus ini terasa berat. Tapi, sekarang aku bisa melangkah dengan ringan. Hanya karena satu orang, segalanya bisa berubah begitu drastis. Ternyata aku ini memang perempuan yang cukup sederhana.


Tapi, ini bukan sesuatu yang bisa disalahkan. Tepat seminggu yang lalu, seorang pangeran tiba-tiba muncul di depanku. Dia begitu mempesona. Sejak kemunculannya, hidupku di kampus menjadi jauh lebih cerah.


Tubuhnya yang tinggi dan tegap. Rambut hitamnya yang bergelombang dengan sedikit gaya. Kata 'segar' benar-benar cocok untuk menggambarkannya, dan kurasa tidak ada yang bisa membantah hal itu. Bahkan, aku tidak akan membiarkan siapa pun membantahnya.


Ya, dia seperti orang yang berdiri di tengah jalan menuruni bukit itu... tunggu.


"Eh, bukankah itu Masato?"


Katagiri Masato. Itulah nama pangeranku.


Dan di sanalah dia, berdiri di tengah jalan. Ketika aku melihat lebih dekat kenapa dia berhenti, ada seorang wanita di depannya. Aku punya firasat buruk...


"Kalo begitu, tolong beritahu aku nomor WA-mu saja! Kita bisa minum teh lain kali!"

 

Apa, dia dijemput!?


Setelah memahami situasinya, aku langsung berlari tanpa berpikir dua kali.


Orang ini, orang ini tidak boleh aku biarkan pergi.


Untungnya, jarak dari tempatku berada tidak terlalu jauh dari mereka. jadi aku segera sampai di belakang Masato.


"Ma-sa-to!"


"Eh, ugh!"


Kalimat 'tubuhku bergerak dengan sendirinya' mungkin benar-benar terjadi saat ini. Begitu aku sampai, aku langsung meraih lengannya dan mulai berlari menuju kampus.



"Hah... hah... sudah kubilang kan! Kalau menghadapi orang-orang seperti itu, abaikan saja!"


"Hahaha... tapi mau bagaimana lagi, mengabaikannya itu susah, kan?"


Akhirnya, kami berhasil melewati gerbang kampus.


Setelah memastikan bahwa wanita yang tadi menjemput Masato tidak mengikuti kami, aku dan Masato menghela napas lega. 


Inilah daya tarik Masato—kebaikannya. Biasanya, jika seorang wanita paruh baya seperti itu mencoba merayu, orang akan merasa jijik, tapi Masato tidak merasakan hal itu. Itulah sebabnya, terkadang aku merasa cemas karenanya.


"Masato, kau itu terlalu baik! Kau membuatku khawatir, tahu nggak..."


Meskipun aku sudah beberapa kali memperingatkannya, kepribadian itu sepertinya tidak akan mudah berubah. Memang benar, itulah yang membuat Masato menarik, jadi aku merasa dilema.


Sambil mengatur napas yang kacau karena berlari, aku memandang ke langit. Langit yang cerah dan indah. Untungnya, sekarang masih awal musim semi, tapi kalo sudah musim panas, berlari dalam cuaca seperti ini pasti akan membuatku berkeringat jauh lebih banyak.


Ketika aku menoleh untuk melihat Masato, dia menatapku, seolah sedang memikirkan sesuatu.


" ? Ada apa, Masato?"


Aku ingin tetap terlihat manis di depan Masato, jadi aku mundur setengah langkah agar keringatku tidak terlihat, dan memiringkan kepalaku sedikit.


Lalu, sebuah tangan menyentuh kepalaku dengan lembut.


"Ah, tidak ada apa-apa. Terima kasih sudah membantuku, Koumi."


Telapak tangannya terasa hangat di kepalaku. Senyum tanpa beban itu menusuk langsung ke hatiku.


...Masato sering melakukan hal seperti ini, dengan santainya.


Suhu tubuhku yang meningkat ini, bukan hanya karena aku berlari sejauh ini.


Tidak ingin Masato melihat wajahku yang memerah, aku merapikan topiku dengan menariknya lebih dalam.


"....Itu curang..."


"Eh?"


"Bukan apa-apa! Ayo kita pergi!"


Aku berusaha menutupi kegugupanku, dan mulai berjalan menuju gedung kampus.


Benar-benar orang yang curang. Dia selalu melakukan hal-hal yang aku inginkan, dan saat seperti ini, dia melakukan sesuatu yang membuatku sangat senang, seperti serangan mendadak.


Masato, pangeran impianku.


Hatiku terasa hangat. Perasaan yang menyebar di dalam dadaku ini, aku sudah menyadarinya sejak pertama kali kami bertemu.


Aku merenggangkan tubuhku sedikit dan menatap ke langit biru yang cerah.


Meskipun sekarang masih sulit, suatu hari nanti, aku pasti akan menjadi pacar orang ini.



Selanjutnya

2 Komentar

نموذج الاتصال